Pilihan

2.7K 306 31
                                    

Vote and Comment

.
.
.

Mungkin,
takdir mempertemukan kita
Hanya untuk bersama.
Bukan untuk bersatu.

.
.
.
.


"Jungkook kita bertemu lagi."

"Lo?"

Putih, silau, kekosongan tak berujung.

Jungkook bermimpi di tempat yang sama lagi, bertemu wanita paruh baya itu lagi. Anehnya wanita itu kini tersenyum.

"Ditanganmu?"

Jungkook mengerutkan alisnya saat nenek itu menunjuk telapak tangan kanannya, lantas kerutan di alisnya makin mendalam saja saat menemukan apa yang ia genggam secara tak sadar.

"I-ini–"

Bola kecil.

Bola yang hilang entah kemana dan dicari-carinya. Bola yang membuatnya pergi dari kehidupan lamanya.

Perempuan tua itu tersenyum sambil mengangguk. "Aku membawa kabar baik." Ucapnya, melangkah mendekati Jungkook.

"Kau bisa kembali sebentar lagi."

itu–bukan kabar baik sama sekali.

"Kau sudah lebih baik dari sebelumnya Jungkook. Pun kau sudah menerima pelajaran yang ada."

"Bola itu, Bola itu akan membawamu kemb–"

"Aku tidak ingin kembali!" Jungkook memekik cepat, melempar bola ditangannya dengan sembarang.

"Kau pikir aku peduli?" Si yang lebih tua menentang. Menekan setiap kalimat yang ada.

"Kau harus kembali sebelum bola itu berganti warna menjadi hijau, persis layaknya pertamakali bola itu berubah untuk membawamu pergi dari duniamu."

"Aku mohon, apa tidak ada jalan lain?" Jungkook bertanya lirih, kakinya lunglai tak sanggup berdiri.

Namun tetap saja, jawabannya hanyalah gelengan ringan.

"Mulai sekarang tubuhmu sedikit demi sedikit akan kehilangan energinya, sampai pada hari dimana kau memang harus kembali. Jika di hari itu kau tetap pada pendirianmu saat ini, kau akan–"

"Akan?"

"Menghilang. Kau akan hilang dari dimensi manapun."

"Seakan kau tau pernah ada, tak akan ada yang mengingatmu."

Jungkook terperangah. Ia benar-benar kehilangan kata-kata, benar-benar merasa tengah dipermainkan.

"Ini dapat dijadikan pelajaran atau pula kenangan. Kesedihan atau pula kebahagiaan. Petunjuk atau pula kesesatan. Ingat itu?"

"Jangan egois."

.

.

"NGGA!"

"Apanya yang ngga, woy!" Jaehyun terkejut, memukul lengan Jungkook karena tiba-tiba si pemilik gigi kelinci terbangun dibarengi dengan teriakkan yang tak bernalar.

"Jungkook, lo ketiduran lama banget."

Jungkook terdiam, total linglung. Menatap Jaehyun dengan mata bulatnya yang melebar.

"Kok lo keringet dingin begini?"

"Taehyung?"

"Ah–tadinya anak itu udah mau pulang. Cuma kayaknya dia masih di depan kafe? Dia nungguin lo."

Other Part (KookV) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang