Perjanjian

3.3K 347 13
                                    

Vote and comment💜

.
.
.
.
.

I may not always 
Be there with you, But i will always
Be there for you.

.
.
.
.
.


Taehyung membuka pintu mobil, menapakkan kaki, menyentuh aspal. Membuat matanya dipertemukan dengan bangunan mewah yang berdiri dihadapannya.

Ya, Ia kembali lagi.

Kembali pada tempat yang sangat di elu-elukan banyak orang untuk dapat disinggahi. Tempat yang menjulang kokoh membuat siapapun iri. Tempat yang dahulu sangat Taehyung ingini, namun tidak lagi.

Karena kini, bahkan hanya untuk menatap bangunan itu dari depan tanpa memasukinya, ia sudah merasa terancam. Membuka knop pintu dengan terbayang kekosongan didalamnya. Melangkahkan kaki dengan hawa dingin mengitari tubuhnya.

"Tuan muda bisa masuk. Presdir sudah menunggu didalam."

Taehyung mengangguk, menyeret kopernya. Menampakkan diri di muka pintu yang terbuka.

Memandang sosok laki-laki paruh baya yang berdiri menghadapnya berlipat lengan, dikelilingi penjaga seperti biasa.

Hari ini, haruskah ia menandai menggunakan spidol merah di kalender? Hari bahagia dimana untuk pertama kalinya ia pulang, ayahnya sedang menunggunya. Hari pertama dimana ayahnya menantinya.

Atau mungkin, tidak perlu. Lantaran begitu sosok itu mendekat lalu berdiri dihadapannya, yang bisa Taehyung lakukan hanyalah tersentak kaget karena tendangan kencang penuh tenaga mendarat pada kopernya.

Menyebabkan telapak tangan kiri Taehyung yang tengah menggenggam gagang besi koper itu terbeset cukup parah, merembeskan darah yang jatuh menetes ke atas lantai saat sampai di ujung jari.

"PEMBANGKANG!"

"BERANI-BERANINYA KABUR DARI RUMAH!"

Taehyung menunduk, menyembunyikan air mata yang keluar. Menangkap semua bentakan dan teriakkan dari Ayahnya.

Dibarengi dengan gigitan pada bibir bawahnya agar isakan dan rintihan kesakitan akibat luka di tangannya tidak keluar.

"FASILITAS, MATERI, SEMUANYA SUDAH DIBERIKAN. SEBAGAI GANTINYA ABOEJI HANYA INGIN KAMU MENURUT, APA SUSAHNYA?!"

"DASAR ANAK TAK BERGUNA!"

PLAK!

Lagi-lagi Taehyung hanya bisa tersungkur tak berdaya, menerima tamparan yang lebih kuat dibanding sebelumnya. Kali ini ia yakin darah segar mulai keluar dari ujung bawah bibirnya. 

"KAU SUDAH HIDUP TANPA KESULITAN DAN TINGGAL MEMINTA, APA YANG KURANG LAGI BAGIMU?!"

"TAK TAHU DIRI!"

"Aboeji ingin tahu apa yang kurang?"

Si surai cokelat berucap, melantukan kalimat dengan nada lemah namun juga terdengar tegas. Menadahkan kepala, melihat dahi Ayahnya yang mengkerut.

Kemudian dengan susah payah Taehyung mengangkat tubuhnya sendiri, menepiskan rasa nyeri dan perih yang menimpa. Bertukar tatap dengan laki-laki paruh baya lewat dua bola mata tajam berkaca-kaca.

"Kasih sayang."

Kim Do yang awalnya ingin membuka suara, menarik lagi lidahnya ketika perkataan itu keluar. Merasakan genggaman kuat pada kedua sisi kerah jasnya, meninggalkan bercak darah disana.

Other Part (KookV) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang