Pernyataan

2.6K 303 33
                                    


  Vote and Comment
.
.
.
.
You dont have to say
I love you
To say
I love you.
.
.
.


Taehyung menresleting dan menyampirkan tas kecilnya saat merasa keperluan yang ia bawa telah lengkap.

Hari ini dimana waktu menunjukkan pukul 3 sore, Taehyung berencana mengunjungi sekolah yang tengah didekor segala rupa untuk acara kesenian yang diselenggarakan 2 hari lagi. 

Melalui informasi pesan, Jimin dan kawan-kawan yang lain sudah berada di sana, sekitar tiga jam lalu. Ingin membantu sukarela plus mencari perhatian Yoongi kalau untuk Jimin.

Tak ketinggalan, ia juga telah mendapat kabar kalau Jungkook pun sudah tiba, malah dari pagi-pagi buta. Maka dari itu, kini dengan cepat ia keluar kamar tidur lalu menuruni tangga.

Namun di anak tangga terakhir, ia memelankan langkahnya. Berlawanan dengan pintu keluar, Taehyung malah berjalan kecil menuju dapur karena mencium bau masakan.

Sepengetahuannya pembantu rumah telah pulang sejam yang lalu? Lantas bau ini berasal dari mana?

Rasa penasaran menguap, tergantikan dengan rasa bingung menyerempet terkejut, begitu mata Taehyung menangkap Ayahnya memakai celemek sedang menuangkan sesendok sayur besar ke dalam mangkuk.

I-tu benar Ayahnya?

Sejak kapan dia kembali?

"Akh panas, panas."

Taehyung terkesiap saat mengetahui tangan pria paruh baya yang berdiri sekitar 4 meter didepannya terkena sisi panci yang masih panas. Membuat dirinya menyenggol meja makan kayu menimbulkan decitan.

"Taehyung?"

Kim Do menyematkan senyum kaku, menyadari keberadaan anaknya. Melupakan tangannya yang kini terlihat melepuh dan segera mengangkut dua mangkuk sayur ke atas meja makan.

"Ingin keluar?" Dibalas anggukan pelan.

"Makan dulu? Sudah Aboeji siapkan."

Taehyung menatap sunyi mangkuk yang di sodorkan kepadanya lalu beralih pada Ayahnya yang telah mengikis jarak, tersenyum.

"Tidak kerja?"

Kim Do menggeleng. "Aboeji cuti satu minggu kedepan. Aboeji sadar tak pernah meluangkan waktu banyak selama ini."

Si surai cokelat mengedarkan pandangan ke segala arah sambil berdehem pelan. Merasakan hawa canggung diantara keduanya.

Didalam hati bermunculan beragam pertanyaan tentang mengapa Ayahnya bertingkah berbeda?

"Taehyung." Mengapa, mengapa nada suaranya kembali seperti Ayahnya yang dulu, dulu sekali.

"Aboeji sudah jahat sekali ya?"

Taehyung terdiam. Menatap iris cokelat Ayahnya yang dihiasi keriput dan kantung mata yang cukup parah.

"Taehyung, tolong maafka–"

"Yang lain sudah menunggu. Aku duluan."

Kim Do terhenyak saat anaknya melenggang pergi begitu saja. Kata-kata untaian, perasaan takut, penyesalan yang membuatnya tak bisa tidur, melayang tak berguna.

Namun ia hanya bisa mengangguk pelan, sadar diri. Berbalik, membawa dua mangkuk kembali pada meja dapur. Meraih sendok dan mencicipi hasil makanannya sendiri. Tak buruk juga, batinnya.

Suapan ke dua tertahan di depan bibirnya. Merasakan tubuhnya sedikit terhentak kedepan sebab dorongan dari belakang.

Lalu ketika harum stroberi tercium dan dua buah tangan melingkupi pinggangnya dari belakang,
"Aku kesal karena tak pernah bisa marah pada Aboeji." dibarengi suara tersebut menguar, Kim Do tak kuasa menahan tangisnya.

Other Part (KookV) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang