"Mbak?"
"Iya, Ga?"
"Tadi itu kak Farah, ya?"
"Iya Ga, kenapa emang?"
"Gak ada mbak, cuman dia keliatan kacau gitu."
"Iya, masalah dia semakin besar. Dan itu membuat dia semakin tertekan. Mbak udah kasi masukan sama dia, dan mbak harap sih dia mau dengerin mbak" Ucapku sambil menyantap suapan bubur ayam yang terakhir.
"Aneh ya mbak, kenapa masi banyak cewek yang gak peduli sama kebahagiaannya sendiri, malah mentingin kebahagiaan orang yang jelas-jelas paling nyakitin."
"Uhukkk...uhukkk..." Aku terbatuk setelah mendengar ucapan Mega dan tidak sengaja memuntahkan air yang sedang ku minum.
"Ehh, mbak.. kenapa? Hati-hati kalo minum mbak, jangan terburu." Ucap Mega sambil membantuku membersihkan minuman yang tumpah.
"Gak ada apa-apa kok Ga, mungkin ada yang nyangkut ditenggorokan mbak."
"Ya sudah, kalo gitu Mega mau lanjutin tugas Mega ya mbak, kalo mbak perlu sesuatu pamggil aja Mega."
"Oke."
Mega berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan keluar kearah ruangannya.
Sementara ucapan Mega masih terngiang ditelingaku. Secara tidak langsung gadis itu menyinggung perasaanku. Hanya saja aku tidak ingin menjelaskan tentang apa yang aku rasakan setelah mendengar ucapannya.
Mau sampai kapan La? Mau sampai kapan kau memendam semua luka ini? Kau juga butuh ketenangan, kau juga butuh kebahagiaan yang sesungguhnya. Kenapa masih saja kau menahannya? Kenapa masih saja kau berharap akan kesungguhan yang ia ucap? Tidakkah kau kasihan pada batinmu? Tidakkah kau kasihan pada orang yang lebih menyayangimu?
Lagi-lagi bulir bening itu menetes, batinku selalu meronta meminta ketenanganan. Lantas mengapa aku tak mengijinkan itu terjadi? Mereka selalu meronta padaku, sampai kapan kau mau memikirkan dirimu sendiri?
Memang, tak semua hal-hal yang mementingkan diri sendiri itu baik. Tapi memang ada kalanya kita harus mementingkan diri sendiri disaat yang tepat dan wajar.
Ponselku bergetar, ada sebuah notif pesan chat dari seseorang yang selalu ku tunggu disana.
1 Message from Irfan Sajaya.
Tanpa babibu aku langsung membacanya berharap ada kabar baik disana.
Irfan Sanjaya
online-La, jangan telfon aku hari ini ya, aku sibuk nanti malam. Aku masih ngurusin proyek baru diperusahaan.
11.00 am
-Hmm, oke.. gapapa aku ngerti, kamu apa kabar? Udah makan?
11.01 am
-kerjaan kamu masih banyak ya?
11.02 am
-iya, banyak. Maaf aku masih ga ada waktu
11.05
-iya, gpp.. aku juga lagi sibuk sama pasien aku.
11.10
Huft, lagi-lagi aku menghela nafas. Ternyata dia hanya mencegahku untuk tidak mengganggunya. Padahal selama ini aku tidak bermaksud untuk mengganggunya. Tidak ada kabar disana. Tidak ada obrolan panjang. Jujur hatiku sangat sedih. Jika ia tidak mau bertanya, apa salahnya menjawab pertanyaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mati Rasa - Completed✓
General FictionSyila berusaha mati-matian menyembunyikan rasa sakitnya dari semua orang. Kisah percintaannya pernah mengalami kegagalan sebelumnya, sampai pada akhirnya seseorang datang setelah hari patah hatinya. Orang itu ia yakini akan memberi warna baru dalam...