14. Bahagia Sesaat

392 39 0
                                    

Seberkas cahaya berhasil masuk menembus ke jendela apartemenku, membuatku terbangun dari mimpi burukku yang kini berubah menjadi mimpi indah.

Aku mendengar ponsel ku berbunyi dan melihat siapa yang sudah memberiku notif dipagi hari.

New Irfan Sanjaya❤

-Morning my lady ❤
6.00 am
-sudah bangun?
6.00 am
-Ayo cepat bersiap, aku mau jemput kamu.
6.02 am

-Morning too
7.00
-sorry beforehand, i was late to reply
I just woke up.
7.00 am

-Never mind at all, are u okkay dear?
7.05 am

-yeah, like u hear, btw kamu tumben mau jemput aku. Ada apa?
7.06 am

-owh..no no, i cant tell u dear.. this is a secret😉
7.08 am

Aku hanya memutar kedua bola mataku dan kemudian tersenyum simpul saat membaca pesan darinya. Semoga ini awal yang baik untuk memperbaiki semuanya.

-whatever, i'm going to the bath!
7.10 am

☆☆☆

“Kita mau kemana?” Tanyaku yang mulai memberanikan diri untuk bertanya, kemana ia akan membawaku.

“Kerumah mama.”

“Hmm.. ngapain?”

Irfan menoleh kearahku sambil tersenyum dan kemudian mengusap rambutku,”Ingin memperkenalkan calon menantunya.” Jawabnya.
Aku hanya bisa tersenyum dan tak dapat menahan pipiku yang mulai memanas karnanya. Sungguh, ini seperti mimpi yang akan menjadi kenyataan.

“Kamu pake blush on nya ketebelan ya?” Tanyanya yang sengaja ingin menggodaku.

“Hah, enggak tuh.”

“Terus kenapa pipinya merah?” Ucapnya sambil sedikit menahan tawa.

Aku hanya bisa menunduk dan mengalihkan padanganku ke arah kaca jendela mobil. Demi apapun aku merindukan momen seperti ini.


☆☆☆


Sesampai dirumah orang tua Irfan, aku merasa gugup dan canggung. Padahal aku belum masuk kedalam rumahnya. Ini untuk pertama kalinya aku bertemu dengan kedua orang tuanya, berharap mereka bisa menerimaku sebagai calon menantunya.

Melihatku yang tampak gugup, Irfan menggenggam kedua tanganku dan berusaha untuk menghiburku seperti mengatakan semua baik-baik saja.

Aku pun hanya tersenyum dan mengikuti apapun yang ia katakan.
Irfan memencet bel rumah beberapa kali sampai akhirnya seorang wanita paruh baya membukakan pintu.

“Ehh, Den Irfan..” silahkan masuk.” Ucap wanita paruh baya tersebut. Sepertinya dia seorang pekerja rumah tangga.

Iya Bi, mama didalem kan?”

“Iya Den,”

“Oke deh Bi.”

Setelah itu Irfan mengajakku masuk kedalam rumahnya. Namun perasaanku mendadak tidak karuan setelah masuk kedalam rumah tersebut. Ya tuhan? Perasaan apa ini? Seharusnya aku gugub karena bahagia, tapi mengapa aku ketakutan?

Irfan masih menggenggam tangan ku saat berjalan. Sampai akhirnya kami berhenti disebuah ruangan dimana ada seorang wanita paruh baya tampak asik mengobrol dengan seorang gadis muda yang tampak seusia denganku. Hanya saja dia tidak kelihatan seperti warga lokal. Dia wanita asing.

“Ma?” Panggil Irfan pada wanita paruh baya tersebut. Wanita tersebut adalah Mama Irfan.

Wanita paruh baya tersebut langsung menghentikan pembicaraannya dengan wanita asing tersebut dan beralih kearah Irfan yang memanggilnya.

Mati Rasa - Completed✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang