Mikaisyah

32 6 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صلي على سيدنا محمد وعلي اله وصحبه وسلم
Enjoy read😉

Tak jarang sebagai makhluk hidup kita selalu tak tau diri atas harapan yang sangat diidam-idamkan.

Contoh saja ketika hati mulai merasakan 'jatuh cinta' istilahnya. Merasakan canggung, gugup, senang plus bisa disebut 'deg-degan' saat berhadapan dengan satu lawan jenis yang menempati tempat spesial di sudut hati. Tanpa adab, berdo'a sambil memaksa demi tercapainya harapan untuk bisa menjadi tulang rusuk pelengkapnya tanpa menyadari 'apakah pantas?'

Aku, bukanlah wanita sholehah. "Sholehah" Jauh dari deskripsi tentang diriku. Aku hanyalah wanita nekad yang dengan tak tau malu nya slalu menunjukkan rasa cintaku pada seseorang, sehingga setan mengetahuinya dan menjadi yang ke tiga diantara kita dari kisah ini.

5 tahun lalu, aku tak sanggup untuk mengingatnya. Rasanya aku sudah menurunkan derajat diriku sebagai wanita yang sudah jelas lebih tinggi daripada laki-laki.
Meranjak duduk di bangku kelas 5 SD. Aku tak pernah lelah memperlihatkan rasa suka ku pada seseorang. Dari mulai memberitahukannya pada orang-orang yang dekat denganku sampai orang-orang yang dekat dengannya. Dan pada akhirnya sampai pada Umah. Menyebalkan? Sungguh dan Sangat.

Ibunya ia yang ku sukai.
Beliau lekat dengan panggilan Umah.  Akupun memanggilnya begitu. Beliau adalah istri dari Kyai Anwar pemilik Pondok Pesantren yang lumayan dekat dari rumahku.

Pondok Pesantren Hubbul Qur'an tepatnya. Dari kecil sampai 3 SMP aku mengaji disana. Tidak mondok, hanya ngaji ngalong saja istilahnya. Keluargaku dan Keluarga Umah kenal baik. Rukun tak pernah ada konflik. Apalagi hubungan bapak ku dan Kyai Anwar. Kyai Anwar adalah guru bagi Bapak.

Kembali ke topik pembicaraan. Ku akui itu sangat dan sangat memalukan. Aku tak sanggup untuk bisa bertemu dengan laki-laki itu lagi, hanya membuat diriku malu dan mengingat semuanya. Membuat diriku merasa menyudutkan diri sendiri, membuat diriku merasa sangat kotor, hina, dll.

Jika Allah menghendaki, aku sangat bersyukur jika aku di jauhkan dengannya. Dimana sampai saat ini jantung ku masih tak bisa ku kontrol hanya karna memikirkannya saja.

Dulu, aku terlalu menuruti nafsuku, terlalu menjadikan setan sebagai teman agar senantiasa membantuku untuk bisa berhubungan dengannya tanpa melibatkan kesadaran bahwa ada Allah yang bisa ku pinta makhluk-Nya hanya dengan mendo'akannya saja. Simpelkan?

Itu juga yang slalu ku sesali.
Mengapa dulu sangat sibuk mencari perhatiannya daripada mencari perhatian pemiliknya lewat do'a.

Terima kasih, sudah berkenan membaca semuaaa. Love💚

Ig. @ern_indriaa

Dalam genggamanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang