Arti Rindu, Bukan seberapa sering kau pulang.
Tapi seberapa sering hati mengingat dan seberapa sering do'a diucap.
-Dalam genggamanmu
Ig. @ern_indriaaUdara Bogor yang cukup menenangkan. Ku rentangkan tanganku di depan jendela kamar yang ku buka setelah selesai sholat subuh, dzikir dan yang lainnya. Keindahan gunung serta langit yang beranjak biru terlihat sangat jelas disini. Ku dudukan diriku di pilar jendela yang telah terbuka. Saat melihat keindahan yang tak pernah ku lewatkan ini, hatiku tak pernah berhenti mengoceh. Semuanya tentang harapanku kedepan di gunung itu. Slalu terbesit setiap melihatnya "Suatu saat nanti, gunung itu akan kita daki. Seakan menjadi saksi atas keesaan Allah, yang maha suci." Aku berharap akan banyak kisah indah disana yang akanku lakukan bersamanya, suatu saat. Siapa lagi yang ku harapkan melengkapi harapan indahku disana? Selain Zidan ainurr Rofik bin Kyai Anwar. Rupanya hatiku masih disana.
Ku tarik bibirku, hampir sama dengan bulan sabit yang belum lama lagi akan pergi meninggalkan langit subuh.
Sebisa mungkin, ku awali pagi ini dengan senyuman. Semoga menjadi awal hari menyenangkan yang berkepanjangan sampai matahari berganti menjadi bulan.Aku bersyukur sekali hari ini. In syaa Allah, semoga seterusnya begitu ku harap. Karna kata Syaikhuna, guru besarku jangan sampai satu hari saja terlewat untuk bersyukur. Setidaknya dalam satu hari, ada satu detik untuk merasakannya. Bagaimanapun, tentang syukur bukan tentang 'Diberi harta' 'yang banyak'. Sebesar apapun nominal harta, tak ada nilainya jika dibandingkan dengan ni'mat berkedip, bernafas, melihat, mendengar, mencium dan apapun itu yang sering kita sepelekan 'syukurnya'.
Pagi ini. Tak terasa, sudah 4 tahun aku jauh dari keluarga. Lulus Smp dan demi lulusnya hati untuk tidak 'mencintai' nya lagi, aku melanjutkan pendidikan ku di Bogor. Di Pesantren Nurul Qalbi. 'Cahaya hati' bisa dibilang begitu artinya. Semoga saja setiap detikku belajar disini, menjadi wasilah hatiku bercahaya. Bukan menampakkan sinar. Lebih tepatnya slalu terbesit, termotivasi, tersentuh dan 'terniat' untuk berbuat kebaikan. Apalagi terhadap sesama muslim. Semoga saja.
Selama disini, tentu aku belajar banyak hal mulai dari ilmu nahwu, shorof, dan tentunya fiqih. Ilmu kehidupan masa kini dan masa depan aku meyebutnya. Dan yang paling ku syukuri selama disini, Mikaisyah yang sudah tak asing dikenal bar bar binti nekat dalam menyukai, mengagumi plus mengharapkan menjalin keridoan Allah dengan Putra Kyai Anwar (di kampung halaman), Mikaisyah si tak tau malu yang suka mengutarakan rasa sukanya pada siapapun yang disukainya 'pada zamannya', sudah asing dengan gelar semua itu. Secara perlahan, dengan 4 tahun aku pergi meninggalkan Bandung untuk menuntut ilmu, rasa itu seakan berjatuhan di setiap jalan yang ku lewati. Tapi baru sebagian.
Itu patut ku syukuri. Full 4 tahun sama sekali aku belum pernah menapaki lagi Kota kembang yang menjadi saksi bisu atas di izinkannya seorang Mikaisyah menjalani kehidupan dibumi. Bagaimana tidak? Setiap libur evaluasi, aku slalu pulang ke rumah uwa ku yang rumahnya masih satu kabupaten dengan Pondok. Sekalipun hari lebaran, Aku tidak pulang. Umi dan Bapak yang slalu berkunjung ke Bogor untuk menemui ku dan para uwa.
Berbagai alasan sebisa mungkin, ku tulis drama yang akan ku mainkan. Bagaimanapun alasan itu, masuk akal atau tidak. Yang penting Umi dan Bapak percaya dan aku diizinkan untuk lagi lagi belum bisa pulang ke Bandung. Aku tidak sepenuhnya berbohong, hanya sedikit. Berbohong sekedar menjadi pemanis agar Alasanku di percaya.
Seberat apapun menanggung rindu pada keluarga ku yang di Bandung, slalu terselip nama Zidan yang membuatku malu untuk pulang. Ia yang ku sukai beberapa tahun kebelakang. 3 tahun sebelum aku memutuskan merantau untuk mondok di Bogor, ia memang sudah lebih dulu Mondok. Ia mondok saat lulus Smp juga. Bagaimanapun usiaku dan kak Zidan beda 3 tahun.
Tempatnya merantau bukan di pesantren yang ku tempati sekarang ini. Melainkan yang lebih extrim menurutku. Haha, Jawa Tengah. Menurut ku ini exrim, aku mana bisa melakukannya?
Meskipun sudah 4 tahun Pesantren di Bogor kadang aku masih suka nangis ingat Umi dan yang lainnya terus menelpon bilang kangen. Karna Bandung-Bogor masih bisa ditempuh beberapa jam, Umi dan Bapak besoknya slalu menyempatkan untuk datang ke Pondok. Jika aku mondok di Jawa Tengah? Aku tak yakin Umi dan Bapak bisa melakukannya setiap aku selesai menelpon. Secara kan, Jarak yang sangat memakan waktu. Pekerjaan Umi dan Bapak tak bisa di tinggalkan jika lebih dari satu hari.
Kata Bapak, Zidan sekarang sudah tak lagi mondok di Jawa Tengah. "Terus dimana Pak?" Kataku sambil mulut tak berhenti mengunyah ketika Umi dan Bapak menengok ku ke Pondok. "Di Mesir" Kata bapak tak lupa lengkungan bibir manisnya yang mulai mengkerut.
Sepertinya orang itu sangat suka sesuatu yang ku bilang extrim. Mungkin berjalan di atas tali pun tak jarang ia lakukan di antara gurun gurun haha
Jangan berpikir bapak ku slalu menceritakan segala tentang Kak Zidan setiap bapak menengok. Apalagi setoran laporan bulanan tentangnya yang ku jadikan kesempatan untuk tau bagaimana kehidupannya sekarang. Tidak. Itu tidak benar, sama sekali. Bapak tidak mengetahui tentang rasa "suka" Ku. Lebih tepatnya entah memang tidak tau atau tau tapi tidak menanggapinya dengan begitu ekspresif. Karna sudah ku ceritakan kan kemarin? Secara perlahan keluarga ku tau. Bagaimanapun sesuatu yang di sembunyikan pasti akan terungkap juga. Aku percaya itu. Apalagi aku lama sekali mengaguminya. Kan?
Bapak ku tipe orang yang suka bercerita. Bukan hanya tentang Kak Zidan, siapapun itu slalu Bapak ceritakan sekiranya aku kenal dengan orang yang tengah menjadi topik pembicaraan. Apalagi jika di Bandung ada anak tetangga yang sukses, Bapak slalu menceritakannya dengan harapan aku bisa sepertinya. Tapi tentu dengan caraku sendiri. Cerita seperti itu, seakan menjadi charger untuk mengisi semangatku lebih giat mencari ilmu dan tentunya untuk bisa membuat Umi, Bapak, keluarga dan guru-guru ku Bangga. Wait me All, suatu hari, i will make u pround.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam genggamanmu
EspiritualLepaskan sebelum memberi kepastian Genggam erat setelah menghalalkan🖤 🌼 Sebelumnya, gue minta maaf banget kalau ada persamaan alur, nama tokoh, latar, suasana, kejadian, sikap pemeran, persamaan kalimat, kata, huruf dan apa aja dah yang sekiranya...