Dalam genggamanmu-7

7 3 2
                                    

Hari ini aku tak masuk kuliah. Ini terpaksa. Karna jarak rumah sakit dan rumahku jauh sekali. Memakan waktu yang lama untukku tempuh. Dan menyisakan lelah. Kalau aku masuk kuliah? Aku tak bisa. Tubuh dan otakku tak mendukung.

Aku membuka pintu rumah yang sangat kurindukan saat tuan muda memperlakukanku tidak baik. Tak ada siapa-siapa. Sepi. Tapi dari dapur ku dengar obrolan yang mungkin sangat seru lengkap dengan tawanya. Aku membuka pintu dapur. Benar saja mereka sedang berkumpul di meja makan. Aku mencium tangan Bapak dan Umi. "Anti khair?" Umiku yang bertanya "Alhamdulillah, khair"

Aku mengambil jeruk yang tersimpan di meja makan dan melanjutkan langkahku ke kamar. "Isyah" Aku menoleh. Rupanya Peri cantik yang memanggilku. "Kau tau--"

"Aku tidak tau. Yang kutau sekarang aku lelah dan biarkan aku tenang di kamar gudang indahku, nyonya Zidan"

Aku pergi menuju kamar, yang ku harapkan saat ini hanya kasur doraemon dan guling bukan cerita-cerita serunya yang membuatku mengibarkan bendera tak ada kebahagiaan. Semenjak Kak Zidan disini sangat membuatku membatasi diri dengan semuanya. Terutama istrinya, kembaranku.

"Hey, kau akan memiliki keponakan, Syah. Usianya sudah 4 bulan. Bantu kami mempersiapkan acara 4bulanan!" Teriaknya. Mungkin saking bahagianya Asyah.

Huft!
Langkahku tertahan seketika.
Aku memejamkan mataku lelah saat tubuhku bisa berbaring di kasur. Lagi lagi tetesan air mata jatuh begitu saja. Rupanya, Aku belum bisa mengusirnya dari hati nakal ini. Pernikahannya saja aku belum bisa sepenuhnya menerima, apalagi punya anak. Smoga saja tak membuat hatiku menjadi jahat. Aku harus segera menikah dan dibawa pergi dari sini.

Aku menghubungi Aa lewat Video call. Katanya hari ini aku pucat dan sembab. "Semalaman aku tak tidur, A"

"Oh, kau shift malam ya?" Aku mengangguk. Aku menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Keliatannya ia marah setelahnya tertawa dan meledekku ketika mendengar aku disebut calon menantu Uminya. Kalau dugaanku Aa marah itu benar, semarah apapun Aa, aku tak bisa membuatnya pulang dan melindungiku disini.

Ia kecewa pada laki-laki yang ku ceritakan tapi tak memengaruhiku untuk membenci tuan muda. Aa memang sangat baik. "Sangat keterlaluan. Kau harus ikhlas ya.. Allah menguji kebaikan hatimu dengan harus mengikhlaskan semuanya. Dengan begitu in syaa Allah takan membuatmu takut lagi terhadapnya."

Lagi-lagi he give me inspiration for become people good.

"Tapi ini sudah kelewatan A. Ia sangat kurang ajar. Dan ini bukan kejadian yang pertama. Aku tak tau apa maksudnya. Ingin sekali aku memvidionya dan memperlihatkan semua pada Bapak"

"Bagaimanapun usahamu untuk keluar dari sana. Aa yakin Bapak akan mempertahankannya. Kecuali kalau kau dipecat langsung oleh bosmu. Disana gajimu besar kan?. Jadi pekerjaan bapak lebih ringan"

"Setidaknya kan Bapak harus memilihkan pekerjaan yang membuatku nyaman. Tidak membuatku menjadi tak ikhlas menjalani semuanya. Lagian Isyah masih tanggung jawab Bapak untuk dibiayai kan?"

"Jangan menunggu sampai Bapak tidak mempunyai kewajiban untuk membiayai. Selagi kau bisa cari uang sendiri, kan itu bisa membuat beban Bapak berkurang. Kau ingatkan usia Bapak? Orang lain sudah pensiun dari pekerjaan di usia sepertinya. Semangat & Cepatlah menikah."

"Ga mau, Isyah tak menikah tapi Aa pulang. Itu sangat membuat Isyah bersyukur dan menjalani semuanya dengan ikhlas."

"Hey, jangan bicara seperti itu. Saat ada orang baru yang kau cintai. Aa yakin kau akan menghapus kata-kata itu tanpa sisa. Hahah"

"Aku tak tau"

"Bagaimana dengan tuan muda itu?"

"Saat dia sadar. Aku tak bisa mengatakan apa-apa. Aku takut dia melanjutkan aksinya yang belum selesai semalam. Ku rasa ia akan menyulikku. Tapi entahlah. Apa yang bisa ia ambil dari keluarga ini sebagai penebus agar aku bisa lepas darinya? Kekayaan? Kita kan bukan orang kaya"

"Kehormatan"

"Ih jika ya aku tidak akan mau, A"

"Jadi jaga selalu tubuhmu ya? Allah sangat memuliakan wanita. Jangan sampai kejadian kemarin terjadi lagi. Jangan sembarangan memberi dirimu sendiri"

"Itu tidak mungkin A. Aku tau segala aturan wanita dalam islam. Untuk itu aku ingin sekali dipecat agar bisa memakai pakaian yang sangat layak dan tak di perlakukan seenaknya lagi oleh laki-laki brengsek"

"Buatlah sesukamu selagi tidak merugikan orang lain dan dirimu sendiri. Kau boleh membuat dirimu sendiri dipecat tapi--"

"Jangan merugikan orang lain dan diriku sendiri"

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumussalam, A"

Ia mengakhiri panggilannya. Membuat diriku dipecat tidak merugikan diriku sendiri dan orang lain? Bagaimana caranya? Sudah ku bilang, aku harus menikah.

🌼🌼🌼

Ba'da Magrib, Tania datang kerumah. Katanya ia tau aku di bawa pergi dari hotel oleh seseorang. "Pihak hotel marah Syah, bisa-bisanya kau pergi sedang belum waktunya untuk pulang tapi ku bilang ini murni kecelakaan. Tidak ada yang merencanakan selain Allah. Kalau aku tak mengatakan itu. Aku yakin kau akan kehilangan pekerjaanmu, Syah"

"Kenapa tak membuatku di pecat saja? Justru itu kesempatan emas untukku"

"Rupanya kau masih berharap keluar dari pekerjaan?"

"Bagaimana bisa aku melupakannya?"

"Ouh, maafkan aku. Tania lupa. Kenapa tak menjelek-jelekanmu saja di depannya kemarin ya?"

"Ish, tidak begitu juga caranya, Tania"

Ia tertawa. "Bagaimana dengan seseorang yang membawamu pergi? Kenapa kau bisa lolos? Aku tau semua dari cctv"

"Saat ia membawaku entah kemana. Kita kecelakaan di jalan. Allah menyelamatkanku dengan cara ini. Setidaknya niatnya jadi tak bisa terjalani."

"Tapi kau tidak luka kan, Syah? Jangan katakan iya"

"Aku tidak akan mengatakan iya"

"So?"

"Alhamdulillah ana khair"

"Kau ini, bisa saja menipuku"

.

.

Terima sayang 💛

Dalam genggamanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang