Lincoln Memorial, Washington DC
Foto seorang gadis cantik mengenakan dress biru sambil tersenyum manis, di kelilingi bunga-bunga putih. Orang-orang berpakaian hitam mengelilingi peti putih yang ada di tengah, mata mereka sudah bengkak dan merah. Seorang pendeta berdiri di samping foto gadis itu dan berbicara, seraya mempersilahkan orang-orang terdekat memberikan bunga terakhir.
Setelah memberikan bunga, satu-persatu dari mereka pergi. Menyisakan lima lelaki yang masih setia berada di tempat itu. Langit mendung seakan ikut bersedih atas kehilangan malaikat mereka. Tidak bisa menahan airmata melihat gadis ini yang sudah terbalut dress putih di dalam peti akan di masukkan ke dalam bumi
"Semoga kamu tenang di sana, aku akan selalu datang kesini" Kata Vince seraya tersenyum kecil
"Kau selalu punya tempat khusus di hati kami" Ujar Joey sambil mengusap foto yang sudah terbingkai itu
"Ayah, ibu, jaga Casey ya.." Tambah Ash yang mencium foto itu. Rintik-rintik mulai turun, dengan berat hati mereka pergi dari meninggalkan peti itu untuk di masukkan ke dalam lubang. Ikhlas adalah yang paling penting, setidaknya itulah pemikiran mereka..
"Ash... Ashton.." Panggil seseorang membuat Ash terbangun dari tidurnya
"Hmm? Ada apa?" Balas Ash dengan suara serak khas baru bangun
"Kamu kenapa?" Tanya orang itu dan duduk di depan nya
"Biasalah.." Ash memperbaiki posisinya dan mengatur rambutnya yang sedikit berantakan
Orang itu tersenyum kecut "Mimpi itu bisa membuat mu gila"
"Sejak kejadian dua hari lalu saat jantungnya berhenti berdetak, aku sangat takut hingga terbawa mimpi."
"Luke dan aku juga mimpi seperti itu, kami berdua terbangun dan segera memeriksa alat hemodinamik-nya." Yang di akhiri dengan tertawa pelan mengingat betapa takutnya mereka jika gelombang-gelombang itu berubah jadi garis lurus
"Aku merindukannya Drew.." Lirih Ash
"Aku juga.. Tapi kita harus sabar.." Katanya sambil menatap ruangan di samping mereka
Joey duduk di samping ranjang dengan membaca sebuah buku. Tangannya tidak berhenti mengelus tangan mungil seorang gadis yang terbaring di sana.
Suara dari alat hemodinamik menggema di ruangan sepi itu. Gelombang naik turun di monitor itu menandakan gadis yang terbalut selimut tipis di sana masih hidup. Tiba-tiba Joey merasakan jemari kecil itu bergerak. Tadinya yang serius pada bukunya, sekarang tidak peduli lagi. Dia melepas bukunya dan melihat jemari itu memastikan tadi tidak hanya perasaannya saja. Dan benar, jari telunjuknya perlahan bergerak. Senyum cerah dan mata penuh harap tercetak jelas di wajah mulusnya.
"Vince! Vincent! Lucas!" Teriaknya membuat kedua orang itu terbangun dari tidur nyenyak. Mereka berlari dan melihat jemari Casey yang bergerak sangat pelan.
"Holy Mother Cracker!" Luke melotot. Vince dengan senangnya bergegas keluar untuk mencari dokter "Dokter! Dokter! Dok?!"
"Ashton! Andrew!" Panggil Joey. Ash dan Drew masuk. Jemari Casey memang sudah tidak bergerak, tapi Luke menceritakan semuanya. Ash dan Drew menyunggingkan senyum.
"Good girl" Bisik Ash di telinga kakaknya
Tidak perlu waktu yang lama hingga seorang dokter kira-kira berusia 50 tahun masuk dengan jas putihnya, serta stetoskop hitam yang melingkar di lehernya. Dia memeriksa kondisi pasiennya dengan telaten.
"Semuanya bagus. Ku akui dia gadis yang kuat.. Sedikit lagi dia akan bangun." Ujar Dokter Rudy
"Terimakasih Casey.. Terimakasih sudah berjuang.." Luke menggenggam tangannya dan menciumnya pelan
"Berikan ini padanya kalau sudah sadar. Saya akan datang lagi untuk mengecek dia. Kalau begitu saya permisi." Drew menerima obat itu dengan cepat dan mengangguk pada dokter setelah dia melangkah pergi dari kamar itu.
"Oh ya Max, saat pertama kali aku melihat mu di kampus kau sedang bercerita pada jam tangan mu. Bisa kau jelaskan?" Tanya Vince yang tiba-tiba teringat kejadian pertama saat melihat Max
"Luke menukar jam tangan ku dengan punya dia, aku saja kaget saat mendengar jam ini mengeluarkan suara dan bilang berhati-hati karena ada beberapa orang bersenjata akan datang pada ku saat itu juga" Jelas Max
"Adik mu?" Tanya Vince lagi
"Kondisinya memang tidak baik, tapi saat ini dia masih di rawat. Luke menemukannya di ruang dekan bersama 3 mahasiswa lainnya yang akan segera di kirim" Max melirik Luke yang juga sedang menatapnya dan mengangguk tegas.
▪▪▪
Setelah 3 hari 11 jam dan 42 menit, akhirnya mata hazel itu terbuka. Hal pertama yang di lihatnya adalah ruangan serba putih biru dan selang infus yang terpasang rapih di tangannya. Vince menyadari gerakannya yang ingin duduk, segera menghampirinya. Dia memberi kode pada yang lain bahwa Casey sudah sadar.
"Hey Girl" Sapa Vince, membuat bibir pucatnya tersenyum. Dia melihat mereka satu-satu tapi pandangannya jatuh pada Andrew yang menghindari tatapannya.
"Drew?"
"Casey maafkan aku, seharus-"
"Aku tahu kau akan melakukan hal yang sama" Potong Casey dengan suara seraknya
"Tentu saja.. Aku senang kau masih bertahan"
"Aku haus" Luke meraih segelas air dan obatnya, lalu membantu Casey minum
"Bagaimana dengan Darla? Dekan? Mahasiswa lain?" Mereka terus di hujani pertanyaan gadis ini. Tapi Ash dengan cepat menghentikannya "Jangan terlalu banyak berfikir sis, teman-teman mu sudah membereskan semuanya"
"Adik mu?" Tanya Casey pada Max "Selamat"
"Sudah berapa lama aku di sini?"
"Tiga hari" Balas Drew santai, mata hazel itu seakan keluar. "Tiga hari? Aku masih harus mencari siapa orang ke dua VIP di-"
"Kami sudah menemukannya dan Madam Ruby sudah kembali ke kliniknya" Kata Vince
Casey terkejut "Eh? Benarkah? Siapa?"
"Carl operasi plastik jadi Cody dan membantu Darla. Dia yang memberi perintah penjaga di penjara agar tidak memberi tahu Mr Flint tentang Darla" Jelas Joey
"Carl Richard? Security?" Ya. Rambut yang di temukan Joey selain Darla adalah milik Carl, security mereka yang di sogok Ben agar membantu Darla melarikan diri dan membantu rencana jahat mereka
Casey mengangguk, tapi kemudian matanya memicing melihat siapa yang berdiri di ujung ruangan dengan kaleng soda di tangannya "Mr Flint? Apa itu kau?"
Terdengar kekehan dari pria itu "Aku tidak mungkin melewatkan semua ini."
"Mr Flint, aku perlu liburan... Beri aku seminggu lagi dan aku akan kembali ke agency" Kata Casey mantap membuat Mr Flint kembali tertawa
"Kedengarannya bagus, baiklah.. Kau dan teamu bisa berlibur dengan pesawat pribadi ku"
Max berdiri di tengah ruangan membuat semua mata tertuju padanya "Terimakasih sudah menolongku. Aku minta maaf atas Darla.. Aku harus pergi, aku mau mengecek keadaan Maddie"
Team Silver tersenyum. Ash kemudian menghampirinya "Di mana kau akan tinggal?"
"Balik bersama ibu"
"Aku juga ikut" Balas Ash mantap
Max mengerutkan kening "Kenapa? Bukannya kau ingin tinggal bersama kakakmu?" Seraya melirik Casey yang juga terlihat bingung
Ash menunduk "Aku takut mengganggunya saat menjalani misi, aku tidak mau merepotkannya"
"Kau tinggal bersama ku atau aku akan menghajar mu!" Ujar Casey dingin namun penuh tekanan membuat semua yang ada di sana tertawa. Gadis mereka kembali.. Ash tersenyum kemudian memeluk kakaknya itu..
▪▪▪
KAMU SEDANG MEMBACA
Grey's Agency
ActionDengan terpaksa Mr Flint memanggil kembali Team Silver di tengah 'cuti' mereka. Reuni yang patut di nantikan, tapi tidak berjalan sesuai harapan. Nyawa kembali di pertaruhkan setelah 3 tahun. *Dalam Tahap Revisi*