20. Rumit

5.3K 761 162
                                    

Pagi berganti siang, siang berganti malam, kehidupan terus berjalan namun seolah Lalisa masih berjalan di tempat, stuck dan susah bergerak.
Ingin menetapkan hati, namun rasa gengsi melebihi segala hal.

Hati nya gundah, pikirannya resah.
Ia hanya tak bisa jujur menyuarakan rasa, hingga membuat Taeyong salah paham akan kecemburuan yang ia rasa.

Ia bukan gadis yang pandai menyembunyikan perasaan nya, apalagi ketika melihat Taeyong berpelukan dengan si mantan, —Dania.
Lalisa benar-benar marah dan melampiaskan emosi nya pada Taeyong, —si oknum yang tak cukup peka pada perasaan wanita.

Ketika si Bunda meminta Lalisa membawakan Taeyong bekal atau beberapa macam lauk ke posko KKN nya, gadis itu sesekali menolak, dengan seribu alasan yang membuat si Bunda menyerah, hingga si Bunda sendiri yang pergi ke posko KKN Taeyong untuk menjenguk nya atau sekedar memastikan bahwa lelaki itu baik-baik saja di sana. Taeyong benar-benar sudah dianggap anak sendiri oleh kedua orang tua Lalisa, jadi wajar jika perlakuan nya seperti itu.

Pagi itu, dihari minggu, Lalisa sedang duduk di sofa depan TV, menonton kartun Spongebob dengan mangkuk sereal di tangannya, mencoba menghabiskan waktu tanpa bermain handphone, karena handphone nya pasti hanya di penuhi notif dari lelaki yang sekarang ingin ia hindari, —Taeyong.
Lisa masih kesal padanya, tak ingin mendengar alasan apapun, gadis itu hanya butuh waktu sendiri.

Tok! Tok!

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam." Jawab Lalisa, namun enggan bangun dari duduk nya, hingga membuat si Bunda mengomel.
Bunda pun dengan cepat membuka kan pintu dan melihat siapa yang bertamu pagi ini.

"Oh nyari Lisa? Tunggu bentar ya." Si Bunda pun menghampiri Lalisa di ruang tengah, dan meminta nya menghampiri si tamu di depan pintu.

"Temen kamu tuh di depen." Ujar Bunda singkat dan ia kembali menuju dapur, tak menjawab pertanyaan Lalisa saat anak gadisnya itu bertanya, "Siapa?".

Gadis dengan mata bulat cantik itu pun bangun dari duduk nya, dan berjalan menuju pintu utama.

" Eh Wooyoung?" Lalisa cukup terkejut dengan kedatangan lelaki itu.

"Ada apa Woo repot-repot kesini?"

"Ohh itu Lis, mau ngomongin tentang beasiswa di Univ. Katanya kamu mau ambil Ilmu Hukum di UI ya?" Wooyoung bertanya dan diangguki Lalisa. Namun sebelum lelaki itu melanjutkan obrolan nya, Lalisa meminta nya masuk, —bentuk keramahan sebagai tuan rumah.

"Masuk dulu yuk Woo, gaenak di depen pintu."

Terlepas ia adalah seorang mantan yang pernah menampar Lalisa, gadis itu tetap harus sopan pada seorang yang bertamu ke rumah nya bukan?.

"Bun, bikinin teh." Ujar Lalisa sedikit berteriak, agar di dengar Bunda. Dan Lalisa pun mengajak Wooyoung duduk di ruang tamu.

"Keluarga ku ngira aku bakal ngampus di Indo, dan mereka nawarin beasiswa Full di UI. Nah kebetulan Om ku jadi Dosen di Fakultas Hukum, kamu kan mau ambil Ilmu Hukum tuh, makanya nih aku mau kasi kamu kontak Om ku sama brosur nya." Jelas Wooyoung panjang lebar.

"Kenapa ga chat aja? Lo malah repot-repot kesini, jadi gaenak gw." Lalisa menggaruk tengkuknya, dan Wooyoung terkekeh.

"Udah ku hubungi kok, tapi kek nya kamu lagi ga pegang HP, makanya aku kesini, sekalian silaturahmi."

Lalisa hanya mengangguk paham, gadis itu memang sedang libur memegang handphone, —sedang menghindari seseorang.

Setelah itu obrolan mereka memanjang, dimulai dari membahas Wooyoung yang akan kuliah di Singapore, Lisa yang akan ambil beasiswa di UI, dan rencana-rencana lainnya. Hingga sebuah ketukan pintu kembali menyapa pendengaran Lalisa.

Mantan Zone ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang