25. begin [시작하다]

23 7 3
                                    

Hana terduduk di sisi kasur, tiba tiba suatu perasaan aneh datang membuatnya terdiam sendiri di kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hana terduduk di sisi kasur, tiba tiba suatu perasaan aneh datang membuatnya terdiam sendiri di kamar.

Setelah kejadian tadi di lorong hana merasakan hal tak nyaman pada tenggorokannya, setahunya ia tak pernah punya fobia terhadap darah, jika punya tak mungkin dirinya akan berani menusuk seseorang di mini market beberapa hari yang lalu.

Merasa mual pun tidak, rasa ini, lebih mengarah ke perasaan, terancam?

Ia tak yakin.

Tok tok...

Pintu balkonnya di ketuk dari luar,

langsung bangun dari duduknya hana pun berjalan menuju pintu balkon, hendak membukanya namun terhenti, di saat matanya menangkap pemandangan kurang mengenakan di luar-dibalkon.

Seekor burung hitam tergeletak bergelinang darah di balkonnya?

Bukannya tak jadi keluar hana malah membuka pintunya, melangkah mendekat untuk melihat burung mati itu, menyeringitkan dahi bingung saat melihat di sisi burung itu terdapat gulungan kertas berlumuran darah, masih segar warnanya, masih merah merekah dengan bau yang semakin meyakinkan jika burung itu baru terbunuh.

Dengan pelan hana berjongkok lalu mengulurkan tangannya, mengambil gulungan kertas penuh darah itu, membuka ikat pita merah di sana dan membacanya.

Bukannya tertuliskan sesuatu, melainkan hanya sebuah kertas yang,

kosong...?

Tapi untuk apa?

Gadis itu kembali menatap burung mati di balkonnya, menyentuh sayap sang burung yang menutupi sesuatu-tak merasa jijik sama sekali, lalu di temukannya sebuah kunci emas.

Ini, untuk apa lagi?

Mengambilnya dan melihatnya seksama, memperhatikan apa ia pernah melihat kunci ini sebelumnya. Walau akhirnya Percuma, mau seberapa lama memperhatikan ia tetap tak tahu, baru kali ini ia melihat kunci itu.

Memeriksa tubuh burung itu sekali lagi apa ada sesuatu lagi yang tersembunyi seperti kunci.

Tidak ada,

Ia putuskan untuk kembali ke kamarnya, membalikkan tubuh pelan tangannya masih menatap surat kecil dan kunci yang ia dapatkan. Tak melihat jalan hana malah menabrak pintu balkon bening kamarnya.

Eh, bukankah tadi ia tak menutupnya?

Tekk tekk...

Hana berusaha membuka pintu itu, menggerak gerakkannya namun tetap tidak terbuka.

Mulai panik sendiri, berputar sekali untuk melihat apa ada yang bisa ia gunakan untuk mendobrak pintu, tidak ada benda kecil, yang ada hanya meja besi dan kursi besi.

Tidak ada pilihan lain ia hanya bisa membukanya dengan kursi.

Dugg...

Dugg...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Destiny | BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang