Chapter 4 [Special part]

9.8K 554 20
                                    


"Ma, inget nggak hari ini hari apa?" Tanya Khaira sambil merebahkan kepalanya di paha sang Mama yang sedang asyik menonton acara televisi. Meskipun usianya tak lagi kanak-kanak, tapi ia masih bermanja-manja pada Lia.

"Emm... Hari Selasa? Kenapa?" Tanya Lia sambil mengerutkan keningnya.

Khaira mendecak malas, gadis menginjak usia remaja itu membuka kalender kecil yang di sediakan di sebelah televisi. "Masa tanggal ulang tahun suami sendiri lupa, sih?"

"Mama inget cuma bingung kasih suprise nya gimana." Lia mengganti channel menjadi acara parenting mengurus anak-anak. "Gak usah di rayain segala kan bisa, nanti Mama yang rayain sendiri sama Papa kamu." Jawabnya.

"Ih, Mama... Kasian Papa, ulangtahun Mama kemarin aja di rayain Masa gak sih?"

"Iya ya, tapi suprise nya gimana? Mama gak tau apa-apa deh." Jawab Lia sambil memasukkan keripik kedalam mulutnya lalu mengusap perutnya yang kian membuncit, kehamilan nya yang menginjak tujuh bulan membuatnya lebih produktif mengkonsumsi camilan dan buah-buahan, jadi di kulkas harus ada buah-buahan dan camilan.

"Gini aja... Mama pura-pura ngedate sama Om El, terus si julid Ian itu kan selalu nyinyir ngadu, nanti Papa kan jelas cemburu, ya gitu..." Khaira mencomot buah anggur dan menyuapkan kedalam mulutnya.

"Hmm... Tapi Mama takut di cakar gebetan nya, sangar gitu aja." Lia mengusap tengkuknya merinding.

"Oh iya sih, Om Gema gimana?"

"-Stop, Mama kasian kemarin habis diajak baku hantam sama Papa kamu."

Khaira cekikikan. "Papa kalo cemburu juara! S3 Pertawuran." Khaira mengacungakan jempolnya sambil terkikik.

"Yah, Mama terserah sih ngikut aja, kalo debat Mama udah khatam sama Papa kamu."

Khaira tiba-tiba menepuk keningnya. "Aku lupa kalau ada janji sama Ken, Ma..." Ia cengingisan.

Lia mendengus, ia menatap selidik pada anak tirinya. "Hmm... Janji kencan." Ledeknya.

Khaira memukul pelan bahu Lia bermaksud bercanda karena sudah menggodanya. "Maa! Kita cuma temen kok!" Khaira bersedekap.

"Cie cuma dianggap temen doang." Ia tersenyum jahil.

"Mama diskusi aja sama Kak Ail."

"Nggak! Ail itu datar banget kayak papan gilasan, yang ada diam aja nggak dapat ide." Lalu, ia menjentikkan jarinya. "Aha! Mama diskusiin aja ini sama Tante Sarah, udah kamu kencan sana!"

"Hehehe Maaf ma..." Ia meringis lalu kembali ke kamar untuk bersiap-siap.

Lia hanya menggelengkan kepalanya. Lalu meraih handphone nya, hari ini cukup damai karena Septian sedang menginap di rumah nenek nya, alias Mama dari Lia, beserta kedua anak kembarnya, dan besok adalah hari ulangtahun suaminya.

"Halo, Assalamualaikum, Sar?"

'Waalaikumsalam, Li... Ada apa?'

"Lo ingetkan kalau Mas Bara besok ulangtahun?" Tanya Lia di sambungan telepon.

'Iya inget, ini lagi cari kadonya. Lo ada suprise nggak? Titip apa gitu mumpung di Mall sama laki gue.'

"Nggak deh, gue udah ada hadiah sendiri. Jadi gini, lo mau kerjasama buat kasih suprise ke Mas Bara nggak?"

'Ya mau aja sih, gue ngikut.'

Lia menjentikkan jarinya. "Tapi gue gak ada ide, hehe"

'Ih dasar, tapi gue tau!...'

"Apa?"

'Jadi gini...'

*

Hari ini Lia sudah siap, ia setelah menjemput ketiga anaknya langsung menuju ke kantor suaminya. Rencana yang di buat oleh Sarah sudah ia setujui.

"Wah... Ma tombol ini kalo di pencet Bang Ian bisa berubah gak?" Tanya Septian sambil mengamati tombol lift dan meraihnya.

Lia mengurut kening. "Emangnya Abang power rangers? Jangan ngawur ah!" Ia kemudian menggandeng ketiga anaknya menuju ruang pribadi Bara, karena Lia tidak sanggup menggendong Cailla dan Callio karena pertumbuhan berat badan dan sekarang ia tengah hamil besar.

Septian sudah nyelonong masuk di ikuti Callio, sedangkan Cailla yang kalem membuntuti Mamanya.

"Lia?" Jawabnya semringah, ia langsung melonggarkan dasinya yang terasa mencekik, lalu meraih lengan istrinya dan di dudukkan di pangkuan nya.

"Di rumah nggak ngapa-ngapain, Ian pengen ketemu bapaknya." Jawabnya sambil cekikikan.

"Ma! Bang Ian rindu duitnya doang!" Protesnya, lalu ia menutup mulunya. "Maaf komandan." Septian menangkupkan tangan nya di depan dada.

"Pak, ada yang memaksa ingin bertemu dengan Bapak, kami sudah menahan tapi-"

"Suruh masuk, Ri." Jawab Lia menengahi. Lalu masuklah seorang wanita dengan wajah sembab dan penampilan berantakan, ia langsung menarik kerah kemeja Bara. Hal itu menbuat Bara emosi tak tahu apa-apa.

"Kamu siapa?" Jawabnya dingin sambil menepis tangan wanita asing itu.

Wanita itu bertumpu, lalu melemparkan bukti testpack kearah Bara. "Tanggung jawab, Mas! Aku hamil!"

Bara terhenyak, ia menatap marah wanita yang mengaku-ngaku ia hamili padahal setelah hubungan nya membaik dengan Lia selama lima tahun, selama lima tahun itu ia tidak lagi bermain wanita dan membatasi diri dengan wanita.

"Anda jangan membuat omong kosong! Saya saja tidak kenal anda, jadi jangan membuat lelucon!" Bara menghempaskan bahu wanita tersebut.

"Mas!?" Lia memprotes, ia berjongkok membantu wanita yang bernama Gita.

"Makasih, Mbak..." Gita mengusap air matanya.

"Mas, jelaskan semuanya!" Lia menatap serius Bara.

Bara menghela nafas berat. "Demi Allah saya bersumpah kalau saya tidak menghamili wanita sialan ini-"

"Mas jahat! Aku benci Mas Bara!" Pertahanan nya runtuh, Lia mengusap kasar air matanya yang menganak sungai, lalu ia berlari keluar dari ruangan Bara.

Di sela-sela ia berlari, Lia tersenyum kecil saat rencananya berhasil. Lalu ia segera menelpon Khail untuk mempersiapkan semua kejutan untuk Bara.

Bara berusaha mengejarnya yang sudah menaiki taksi, Ia tiba-tiba menahan tawa saat melihat wajah panik Bara sedang mengejar taksi yang ia tumpangi. Kemudian dalam hati ia bersorak karena rencananya berhasil. Setelah sampai di rumah, ia langsung berlari dan menutup pintu, Bara menyusul, Lia langsung mengambil kertas yang entah Bara tidak tahu isinya apa.

"Ceraikan saya, Mas..." Lia menyerahkan surat tersebut dengan bulpen kepada Bara.

"Apa ini?!" Tanyanya gusar sambil mengacak-acak rambutnya.

"Surat cerai, sudah jelas semuanya kalau Mas Bara menghamili Gita!" Aku membuat air mata buaya, lalu terisak perih, sedangkan Sarah pura-pura menenangkanku.

"Ini bukan surat cerai, tapi-" Bara menggumam sambil terus membaca isi surat yang di berikan Lia.

Lalu Lia menghapus air matanya dan tersenyum lebar. "KONTEN PRANK BERHASIL, HAPPY BIRTHDAY PAPA!"

Lia berteriak diikuti Sarah dan yang lain nya, Bara langsung menyipitkan matanya merasa di bohongi.

"Jadi... Kalian tadi cuma bohongan? Ngeprank saya?!" Tanyanya tak percaya. Ia mendelik sebal.

Aku tertawa. "Maaf, hehe tapi seru!"

"Saya nyaris jantungan mendengar kamu meminta cerai. Jadi semua ini ide siapa?"

Aku menunjuk Sarah sambil membekap mulutku.

"Oh, jadi Sarah?"

"Maaf, Om... Ampun!"

*

Ciee yang habedee... Jangan lupa vote+komen, dann... Kasih wish buat Bara dong, muehehe😂

Jangan lupa follow ig author
@sani.a8872 (ntr di polbek, baru buat akun :*)

jangan lupa juga follow
Mrs_Rhie (open followback, dm saja)

Magic Family [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang