Chapter 17 [Special Dirgahayu 2 ]

2K 180 16
                                    

Septian tersenyum bangga, di tangan kiri nya memegangi sebuah bambu yang menjulang dengan bendera merah putih terikat berkibar tertiup angin, di hadapan nya sudah banyak sepasang puluhan mata dengan berbagai aktifitas mereka di sebuah lapangan dengan beberapa atribut untuk perlombaan di langsung kan.

"Hahhahaha aku akan mengalahkan semua rakyat jelata, mana bisa karyawan menang balap karung ama sultan!" Gumam Septian sambil menepuk beberapa kali bajunya bangga.

Baru saja melangkah cuitan seseorang membuat langkah Septian terhenti.

"Ayo langkahi Fino dulu! Fino udah mempersiapkan dari jaman semen bukan batu"

Ekor mata Septian melirik sinis Fino. "Heh gigi ompong! Udah ompong ngedot pula malu-maluin Indonesia, jangan lupa pake popok ya nanti pas balap karung cepirit haha-"

"Aku nggak pake popok ya! Sok tahu-"

"Udah-udah! Berat ni abang-abang sekalian, Callio encokan walaupun masih bocil" Sela Callio sambil mengatur nafasnya, menunjuk sebuah toak raksasa saksi perjuangan Septian dan anak tetangga sebelah yang rela manjat atap masjid agar meramaikan lomba kali ini. Niat Septian menjadi catatan kebingungan bagi malaikat Raqib dan Atid, entah ini amal berpahala atau berdosa.

Sedangkan Septian yang hendak mengeluarkan jurus menyantet pun tidak jadi, memilih untuk menyeret toak tersebut menuju lapangan. Di setiap langkah mereka hela banyak pasang mata yang menatap mereka aneh.

"Woi liat-liat mau Bang Ian kepruk kepalanya pake toak ni?!" Galaknya sambil terus menyeret toak hasil curian tersebut, bukan curian lah wong Septian izin kepada om pengurus masjid yang tengah berdzikir.

"Udah Bang di sini aja jangan jauh-jauh nanti nyemplung sungai mau ngelunasin yang baru?" Callio sedikit menahan Septian yang terus menyeret benda ini.

Septian mengangguk. Ia berjalan kecil menuju kakak-kakak panitia yang tengah berdiskusi membawa beberapa lembar kertas. Matanya tak hentinya melirik sebuah panggung kecil yang diatasnya terdapat hadiah hiburan untuk pemenang lomba.

"Bang Bangsat! Lomba pertama nya itu apa?" Tanya Septian sok akrab kepada Abang panitia bertopi merah.

Mendengar namanya ternistakan, Satria langsung menjewer telinga Septian. "Ape lo?! Bangsat-Bangsat, gausah panggil Bang anjir!" Kesal Satria.

Septian hanya memamerkan gigi-gigi nya. "Salah siapa nama nya ada Sat Bangsat nya-"

"Gue getok pala lo pake mic nih!"

"Iya iya maap Bang Ssss-hmpttt"

"Lomba pertama nya itu lomba makan kerupuk! Puas lo?!"

"Kalo Bang Ian bawa kerupuk sendiri dari rumah boleh gak Bangsat?"

Satria menghela nafas sabar, ia tersenyum hambar. "Serah Yan serahh, mau lo gantungin jengkol kek pete kek seraaaahh!"

Kepala Septian mengangguk kecil, ia melepaskan ransel tas yang tersampir di bahunya, lalu membuka resleting tas tersebut, mengeluarkan satu bungkus besar sebuah kerupuk Bangka ukuran raksasa.

"Gini boleh ya Bang, nanti talinya bukan tali rapia lagi tapi tali pramuka ye Bangsat!"

"Lo anak sape sih?!" Satria mengacak-acak rambutnya gemas.

"Anaknya Bapak Sultan Bara Atmadja, ceyo perusahaan sempak!" Balas Septian.

Para kakak-kakak panitia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya seperti cupang mabok akibat di obok-obok airnya melihat kelakuan peserta lomba tujuh belas Agustus ini. Salah satu mc panitia mengumumkan bahwa lomba pertama yang di adakan adalah makan kerupuk, jadi di depan peserta lomba sudah tergantung sebuah kerupuk, berbeda dengan satu peserta di pojok yang cengar-cengir, ya Septian.

"Harus adil semuanya juga kerupuknya raksasa dong!" Protes Septian, lagi dan lagi akhirnya semua kerupuk di setarakan bentuknya dan sesuai permintaan menggunakan tali pramuka astaghfirullah...

Ancang-ancang lomba di mulai, Septian sudah menegakkan kepalanya, setelah hitungan terakhir, ia langsung menggigit kerupuk tersebut dengan ganas, berbeda dengan anak-anak lain nya yang masih kebingungan menggigit sisi mana karena bergerak-gerak dan tertiup angin. Septian tersenyum di sela kunyahan nya, lalu datanglah si pembuat onar yaitu Bang Asep san Bangsat eh Bang Satria, keduanya sudah cekikikan menarik tali pengikat kerupuk Septian agar melayang tinggi dan tidak dapat di capai oleh mulutnya.

"Woi Bangsat sama Bangsep! Bangke kalian-"

"Rasain wle, kalah lho, tiati hadiah sepeda gunung nya di rebut ama Fino tuh!" Ledek Asep sambil menunjuk-nunjuk Fino yang sibuk berambisi memenangkan lomba kali ini.

Tanpa banyak bicara Septian menggigit tangan keduanya. Ia lalu melanjutkan meniti kemenangan nya yang sempat tertunda dengan terburu-buru.

"Lomba ini di menangkan oleh... Septian! Beri tepuk tangan semuanya!" Sang mc langsung menunjuk Septian yang sudah berkacak pinggang sombong. Tepuk tangan bergemuruh meramaikan suasana perlombaan yang di iringi lagu kebangsaan.

"Il, Ilo minum woi mau mati nih keseretan kerupuk Bangke eh Bangka." Teriak Septian saat perlombaan ini di menangkan olehnya. Callio menyodorkan satu botol air kepada Septian.

"Bangga gak tuh?" Tanya Callio sambil duduk menikmati kerupuk raksasa tersebut.

"Bangga banget kek menangin kampanye DPRD! Makanya apa yang Bang Ian bilang, huu..." Dengan sombong tingkat firaun Septian menepuk dadanya.

Lomba kedua yaitu balap karung, Septian sudah berdiri dengan beberapa barisan peserta lain nya dengan kaki terbungkus karung, kedua mata semua peserta fokus pada titik finish. Setelah aba-aba, Septian meloncat bak Pocong yang menempuh garis final, ia terus memacu laju langkahnya, namun keberuntungan tidak memihak bocah ini, Septian jatuh terlungkup.

"Heh gak adil ini, ini nggak sah ulang lagi dong! Kok pada ngeliatin doang nggak di tolong!"

Sembur Septian berapi-api saat beberapa orang hanya mengamati dirinya yang tengah terjatuh, bahkan beberapa musuhnya yang satu kelompok dengan Fino menertawakan dirinya.

Callio dengan sigap langsung menolong sang kakak, ia berlari cepat menuju lapangan dan membantu berdiri Septian.

"Huwaa lutut Bang Ian berdarah panggilin ambulans..."

"Cuma berdarah, Bang bukan retak apalagi patah tulang!"

"Intinya Bang Ian terluka, dugong!"

"Ya tapi gak usah lebay, Bang-"

"Lomba ini di menangkan oleh... Fino! Beri tepuk tangan semuanya."

Gemuruh tepukan tangan menggema seakan menertawai Septian, Septian jadi merasa terledek oleh kesombongan nya sendiri. Ia bangkit dengan berjalan tertatih menuju Fino yang sudah melipat tangan nya di depan dada. Oke, perang dunia ghaib di mulai.

"Mana adil! Aslinya Bang Ian yang menang woi!"

"Salah sendiri jatuh, wlee...!"

"DAH AH MALES, BABI"

*

Heyoo ada yang kangen? Wkwk
Maap ni Rhie vakum dulu, sebenernya publish bab ini udah ketinggalan banget ahaha, tapi yg penting update haha
Cuma bisa update ini, yang lainnya nunggu mood balik

Jan lupa vote+komen ya
Lav uuuu


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Magic Family [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang