Chapter 8 [Ramadhan Scene]

9.2K 543 74
                                    

Anggap aja sekarang udah bulan ramadhan ya😂wkwkwk

Ini ngetiknya sambil ngantuk ya, jadi bila ada typo maklum ya dab berhubung juga kuotaku menipis😭, kayanya up wp bakal slow nunggu dansos datang(semoga saya teraliri uang permirsa)

Oke, happy Reading😍.

Hari ini, semua umat islam menjalankan ibadah ketiga dalam urutan rukun islam, yaitu berpuasa, di bulan suci ramadhan ini  keluarga Bara sudah di rempongkan oleh beberapa kendala dan kehebohan Septian menyambut bulan suci ini.

"Woi sahur woi! Ngorok mulu kalian itu nggak malu sama Bang Ian yang udah bangun ambil makan sahur." Seperti satpol PP, Septian mengobrak-abrik kamar adik kembarnya sambil berteriak seperti razia banci di pinggir jalan.

"Bang Ian ganggu mulu, jangan teriak juga kali satu padang mahsyar kedengeran." Callio merengut sambil mengucek matanya, sedangkan Cailla sedikit terusik lalu kembali tertidur dengan posisi telentang.

"Iya-iya, maaf... Bang Ian ini mengingatkan ke jalan yang benar tau!" Septian membalas nyolot. "Jadi, mau sahur nggak? Katanya nantangin Bang Ian, huh... Sekarang yang kalah siapa coba?" Gerutunya sambil menyendokkan nasi dan lauk kedalam mulutnya.

"Apa itu, Bang... Mau." Dengan setengah kesadaran Callio meraba-raba piring Septian.

"Ini telur dadar." Jawabnya sambil memotong telur dadar buatan Mamanya.

"Telur apa? Telur ayam atau kambing?"

"Heh, kambing itu membelah ya bukan bertelur." Septian menjawab ketus.

"Heh, sok pintar, kambing itu melahirkan!" Cailla menyahut. Rupanya adik nya itu sudah bangun dan mendengar perdebatan nya bersama Callio.

"Eh, eh kalian udah bangun?" Lia membuka pintu kamar anaknya yang terlibat kasus bentrok saat subuh-subuh, ia yang sedang menggoreng lauk lain nya untuk sahur jadi terganggu mendengar teriakan dari kamar anaknya.

"Enggak, Ma... Ini lagi bobok di alam kubur." Sahut Septian.

"Bang, udah diem deh, Mama lempar ke sungai mau gak?" Lia mengusap perut buncitnya, yah bagaimana lagi ia tidak di perbolehkan oleh suaminya untuk menjalankan puasa karena sedang hamil tua.

"Mau dong, apalagi sampai di lempar di hati Mama..." Kemudian Septian berlalu sambil membawa piring kosong yang sudah ia habiskan.

Lia menggerutu, berkacak pinggang. "Heh, anak siapa ini coba? Titisan iblis darimana lagi ya tuhan..." Mengingat kelakuan ajaib anaknya membuatnya memijat pelipis.

Ternyata ketiga anak ajaibnya itu juga ikutan meramaikan sahur. Setelah membangunkan Khaira dan Khail, ia langsung mengajak keduanya bergabung, jadilah meja makan ini tak kalah ramai saat makan malam, apalagi mengingat bulan spesial ini yang menambah kesan istimewa walaupun dengan lauk biasa.

"Heh upil zebra, ini punya nya Ila ya." Semakin besar, Cailla sudah mengerti umpatan halus, siapa coba yang mengajarkan kalau tidak Septian, sudah Lia peringatkan, namun ia kapok sendiri malah memperingati anaknya.

"Heh jempol katak, siapa cepat dia dapat!"

"Eh mana ada undang-undang kayak gitu! Pokoknya ini punya Ila."

"Heh, kalian ini mau sahur apa demo sih?" Lerai Lia saat mereka hendak lempar-lemparan lauk karena tak terima, gak ada batu atau benda lainnya laukpun jadi, pokoknya kalau debat dan tidak terima hendak tonjok-tonjokan pasti lempar-lemparan benda. Pernah juga Lia ngambek selama satu minggu karena bedak dan foundation nya jadi bahan lemparan.

"Callio, Septian... Cepat makan?" Kalau tidak bapaknya yang melerai tidak sah begitu.

"Heh, Ian... Agak geseran dikit Kak Ara kejepit nih!" Khaira bersuara saat tubuhnya terjepit oleh si jahil Septian dan Callio.

"Bangkai tikus, Ilo duduk di sebelahnya abang ya." Callio mulai turun sambil memungut piringnya, lalu duduk di sebelah Khail yang diam menyantap makan.

Khail sedikit mendengus saat adiknya itu memanggilnya 'Bangkai' karena di sekolah ia di panggil Khail saja tanpa embel-embel, kalau di rumah rasanya nggak kau di panggil karena panggilan nya sehina ini, apalagi adik-adiknya jahil tidak mau memanggil Kak, memanggil Bang dan di satukan dengan nama panggilan nya 'Kai' jadilah... Bangkai. Oke rancangan panggilan nama itu di ciptakan oleh si jahil Septian.

"Makan, Lio... Jangan ngomong." Tegur Khail sambil meneguk minumnya.

Callio yang masih beradu mulut dengan Septian jadi tehenti. Sedangkan Lia mendengus sambil mengusap dada, seraya berkata. Gini amat yaallah sahur pertamaku.

Oh iya Lia kan tidak puasa, ia ikut-ikut saja rencananya tadi langsung tidur setelah membuat makan sahur, tapi namanya hamil dengan lapar yang sesekali menanjak-nanjak, akhirnya Lia ikut bergabung makan sahur.

Sembari menunggu azdan, semua anggota keluarganya berkumpul di ruang keluarga dengan kegiatan masing-masing. Hingga akhirnya Azdan Subuh menyambut, yang artinya batas sahur sudah di tutup dan menjalankan menahan lapar hingga manghrib tiba.

"Yeay, bukaa! Yee, Ma... Mana kolaknya, mana es buahnya, mana pisang gorengnya, mana-"

"Itu Adzan subuh dodol!" Sahut Khaira gemas.

"Ooo, kirain azdan maghrib, eh tapi Ian kok haus ya, bentar Ian ambil minum dulu."

"Heh, katanya puasa, hayo yang nggak kuat, huh baru Azdan udah haus, kayak Ilo ini masih bertahan." Callio menepuk dadanya bangga sambil tersenyum sombong.

"Gak boleh sombong, kalo sombong satu geng sama Malaikat Izrail." Cicit Septian.

"Eh enak aja aku satu geng sama Malaikat israfil ya!" Tak mau kalah, Callio membalas ucapan kakaknya.

"Bagian apa? Boss apa babu?"

"Bagian Jendral, dinas di neraka sambil kerja ngelapin terompetnya." Jawab Callio.

Lia memutar bola matanya malas, mencubit pinggang suaminya. "Mas, anak kamu tuh... Yaallah gemes pengen kubur hidup-hidup." Oke, Lia hanya bercanda, ia saking gemasnya mendengar recehan anaknya yang tiap hari mengalun di telinganya.

"Anak kamu juga, sayang... Yang hamil kamu yang-"

"Ingat puasa, Mas..." Bisik Lia sambil menepis tangan nya.

"Udah sana sholat subuh, ajakin Kai, Ara, semuanya ajakin kalau perlu satu kecamatan." Jawab Lia sambil berlalu dari ruang tamu untuk ke dapur, lumayan kan nyemil-nyemil selagi semua member keluarganya sedang pergi melaksanakan sholat.

"Kalo Bang Ian ajakin Snowie boleh nggak?" Septian mengangkat kucing kesyangan Khaira.

"Boleh, Bang... Sekalian angsanya Pak RT, ular cobra, kudanil angkut tuh... Keluarga besar kebun binatang juga boleh." Callio menyahut sambil memakan buah pepaya.

Apa? Buah pepaya?

"Ilo! Kamu katanya puasa kok nyemilin pepaya sih!"

"Hehe maaf ibu negara, khilaf."

*

Dikit aja, garingkan? level lawakanku menurun😭 sekarang jadi level bucin😂, oke sesuai janji ya. Sekarang Ilo ketularan sengkleknya, udah kayak sekeluarga jadi receh.
dan satu lagi... Selamat menjalankan ibadah puasa di bulan suci ini, jika saya ada salah mohon maaf ya(dahal blm lebaran ya). Oke, semangat puasanya.😍

kecup manis dari Bang Ian... katanya 'Selamat berpuasa kakak-kakak semua...'

jangan lupa vote+komen ya....

Oke, see you....



Magic Family [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang