Chapter 13

5.4K 476 104
                                    

Akhir nya yang di tunggu-tunggu oleh kedua pasangan itu, hari ini Lia melahirkan seorang bayi laki-laki, setelah berperang dengan alat-alat medis, akhirnya bayi laki-laki mereka keluar dengan selamat dan sehat.

Bara yang selesai mengadzani sang bayi pun menghampiri istrinya dan mencium kening Lia berulang, ia sangat bahagia sekaligus terharu.

"Terimakasih sayang... Mas cinta kamu."

"Mas, ada Mama, Mami sama Papi, malu ih..." Lia mendorong kepala suaminya agar menghindari menciumi seluruh wajahnya.

Tiba-tiba pintu di dorong kuat hingga menimbulkan debaman, Septian masuk dengan raut kesal.

"Apa ini? Semua pada reuni nggak ngajak-ngajak, tega bener ninggalin Ian kayak orang gembel di sekolah jalan sampe rumah sakit." Cerocos Septian berapi-api sambil melempar tas sekolah miliknya.

"Maaf, Bang... Papa kelupaan kalo ada nama kamu juga di KK, Papa kira udah di coret."

"Huaaa Papa jahat!" Septian langsung menyeruduk kaki Bara dan meninju nya berkali-kali. "Nanti Bang Ian nggak dapat warisan, tega kamu Mas!" Septian menirukan gaya bicara Lia saat ngambek.

Lia melirik jengah Septian bersama bapak dari anaknya itu, keduanya selalu beradu cocot dan belum kelar-kelar, apalagi Bara ngambek setelah di amanahi untuk menjaga anak-anaknya berlibur di zoo, Bara mengeluh pada sikap ajaib Septian yang membuatnya migrain dan menghabiskan tiga butir param*x.

"Udah deh Bang, sini liat adeknya abang." Lia berseru halus sambil menunjukkan bayi laki-laki nya yang tengah menyusu.

Septian langsung berdiri diatas kursi. "Ma, itu mainan petak umpet ya kok merem terus, Bang Ian hitungin ya, nanti kamu sembunyi..." Septian dengan sengkleknya mengira bahwa adik bayinya itu sedang bermain petak umpet.

"Bang please deh... Ini emang gini, merem... Nanti juga melek." Lia mengusap pelan kepala bayi nya.

"Ooo, begitu... Kok merah? Mama cat pake krayon nya Bang Ian ya? Bentar Bang Ian ada cat air nanti Bang Ian warnain ijo biar jadi kacang ijo."

Lia menahan nafas, tak kuat dengan tingkah konyol anaknya ini, perasaan dulu Lia memberi makan seperti manusia pada umumnya bukan di campur semen dan properti bangunan lainnya.

"Namanya siapa Ma?" tanya Septian terus mengamati bayi kecil di gendongan Lia.

"Emm... Mas anak kita namanya siapa ya?" tanya Lia.

"Mas sudah siapkan, tapi kali ini kamu saja yang buat." Bara ingat bahwa dulu sayembara nama bayi Septian berasal darinya. Kali ini ia membiarkan sang istri memberikan nama untuk bayi mereka.

"Namanya toyib aja Ma, biar gak pulang-pulang, terus udah pulang bawa berlian." Sahut Septian.

"Ngaur aja! Kamu ini sarapan apa sih Bang?"

Lia memijat pelipisnya.

"Namanya-"

"Asep binti Abu gosok, Ma."

"Bang, Mama pites nih kepalanya?"

Septian hanya memngerucutkan bibirnya. "Yah, cuma rekues nama aja kena sembur." Septian menunduk lesu.

"Namanya... Pradipta, nanti dipanggil Adil apa Dipta gitu, Mas." Ucapnya sambil mengancingkan kembali bajunya saat bayi nya sudah di beri Asi dan di pindahkan.

"Okay, jadi... Namanya Adip? No problem."

"Papa bahasa apa sih? Bahasa alien? Abang ajarin dong."

Septian duduk dipangkuan sang Papa. "Bukan Bang, itu bahasa inggris, kamu masih bocil, takut juga sama kucing "

"Hee, Papa bongkar aib Ian didepan umum, martabak Ian jatuh!"

"Martabat, Bang... Bukan martabak." Ralat Bara sambil mencubit pelan paha anaknya merasa gemas.

"Ma, dedek bayinya itu lahirnya lewat mana? Jalur prestasi apa jalur beasiswa?"

Lia menghembuskan nafasnya kasar ia padahal belum boleh gerak dan banyak bicara.

Alhasil Bara yang harus menjawab. "Bukan Bang, lewat bawah, mana ada jalur prestasi segala!"

"Ooo, kirain lewat jalur neraka."

"Astagfirullah... Papa balikin kamu ke rahim Mama lagi ya?"

"Jangan Pa... Ampun."

*

2 month later...

Tangisan kencang Dipta membuat Lia terbangun, ia segera meraih tubuh mungil Dipta dan menimangnya kecil agar tidak menangis lagi, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, ada Septian masuk sambil membawa satu buah spidol.

"Berisik banget sih, Ma... Kuping Bang Ian sampe bisu."

Lia tak menghiraukan celotehan ngawur anaknya, ia tetap menimang Dipta yang berangsur menangis menjadi diam.

"Sini Ma biar Bang Ian gendongin, pasti luluh sama ke gantengan Bang Ian."

Lia menggerakkan telunjuknya. "No, Bang... Nanti kalau ada apa-apa gimana?"

"Ayo Maa... Pleaseee."

"Bang..."

"Please Maa..."

Akhirnya Lia mengalah, ia memindahkan tubuh Dipta di tangan Septian, tentu saja di bawah pengawasan dan kedua tangan nya juga ikut bekerja untuk menyangga tubuh mungil bayi nya.

"Ihhh apa ini Ma... Kok bau?" tanya Septian sambil melihat tangan nya.

"Ooh Dipta pup, Bang... Ahaha." Lia menggendong Dipta dan membaringkan bayinya diatas kasur yang sudah dialasi oleh karpet kecil lalu segera mengganti celana Dipta.

Sedangkan Septian membeku, matanya melotot. "Ma, tangan Bang Ian najis..."

"Ya di cuci sana Bang... Nggak najis amat, kena air sabun hilang."

"Hilanglah kesucian tanganku..." Septian terus bergumam.

"Yaallah Bang, tinggal di basuh sama air sama sabun."

Septian langsung buru-buru ke kamar mandi dan membasuh tangan nya cepat.

"Gendong lagi Bang?" tawar Lia sambil memajukan tubuh Dipta pada Septian.

"Ogahh! Bang Ian trauma."

"Hahaha, kasian..."

*

Huhu garing banget coba, ini mager ngetik di paksa ngetik ya gini jadinya, semrawut gaada ide alur jelas dan tulisan acak-acakan. Intinya yang penting update dr pd gak sama sekali, right?

Oke jangan lupa vote+komen ya... See you muachh...

Magic Family [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang