Chapter 15 [Special Eid Adha]

2.4K 179 11
                                    

"ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR, ALLAH HU AKBAR. LAA ILA HA ILALLAH HUALLAH HU AKBAR!"

"Hah, hampir abis aja ini nafas," Septian segera menarik botol air mineral dan bernafas seperti ikan yang setelah tak tercelup air, megap-megap dengan mulut terbuka dan terkatup. "Gak bayangin nabuh bedug capek nya gimana besok Bang Ian jadi akang gendang gimana ya?" Gumam nya sambil menepuk-nepuk bedug yang sudah tersaji di depan nya.

Septian masuk kedalam masjid, merapihkan peci dan sarung nya. "Asalamualaikum epribadeh... "

"Cue nungguin ya?" Septian terkikik saat melihat beberapa wajahnya teman-teman sebaya dan diatas umur nya yang memandangnya. "Minggir semua kaum jelata, hempas dari wilayah Bang Ian, Bang Ian mau takbiran yang merdu biar orang-orang di alam kubur di bangkitkan lagi." Septian menata kembali peci berlapis emasnya, iya emas asli milik Lia di sematkan di peci nya, astaga. Katanya biar ngerasin jadi Sultan.

Para pemuda-pemuda tim takbiran pun meyingsing dan mempersilahkan Septian yang berjalan gagah, baru saja satu langkah...

Duagh...
Miris, kedua kaki kecilnya tersandung kabel mic hingga menyebabkan Septian terjungkal kedepan, sontak hal itu membuat beberapa orang yang di dalam masjid tertawa.

"Jangan ketawain Bang Ian kalian semua! " Gerutunya sambil menyilangkan kaki duduk bersila, meraih mic dan mengecek nya.

Tok
Tok
Tok
Jemarinya mengetuk permukaan mic yang langsung terdengar seperti ketukan maut, lalu Septian menarik nafas panjang. "Tes tes netes, ehen-ehem, pertama-tama Bang Ian mengucapkan minal aidzin walfa idzin mohon maaf lahir-"

"Ini idul adha nyet!" Sahut seorang pemuda bertompel sebut saja Bang Maman. "Lo tinggal takbiran aja kek mo tahlilan, yan."

Septian menyengir. "Karena pembukaan itu harus bikin babu-babu terkesan. Diem deh Bang, urus tuh tompel udah kek ketempelan batu bacan!" Serunya sambil menggenggam mic.

"Oke, bismillah... ALLAHU AKBAR, ALLAH HUAKBAR-"

"WOI ITU ADZAN WOI, ULANG-ULANG!"

"oke sekali lagi, ya. Kalo salah kasih hadiah bedug serta seeprangkat kotak amal, muehehe..."

"ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR, ALLAH HU AKBAR. LAA ILA HA ILALLAH HUALLAH HU AKBAR! WA LILLAH ILHAM!"

Septian berteriak ngegas di depan mic hingga membuat salon yang berdiri tak jauh dari posisi mereka terjatuh. Beberapa tim takbiran pun menutup telinga nya karena suara membahana Septian menusuk hingga menembus alam akhirat.

"Cakep..." Septian tersenyum bangga setelah melihat keadaan teman-teman nya yang... Seperti di landa gempa bumi, angin puting beliung, tanah longsor banji, tsunami dan lain-lain satu republika bencana-bencana.

"Ini bukan pantun woi cakep-cakep mulu, kuping gue katarak astaga!"

Setelah takbiran yang di kumandangkan di masjid, berganti kini para tim takbiran mengadakan takbir keliling, bedug sudah di hiasi dengan rumbai-rumbai manjalita yang bersinar di malam yang penuh kegembiraan ini. Takbir keliling di sambut antusias oleh Septian, bahkan ia sampai merengek pada Bara untuk menyewakan ondel-ondel sebagai penabuh bedug, namun Bara menolak tegas, bukan karena tak punya uang, tapi ada derajat dan martabak yang harus di jaga.

"Bang Ian yang nabuh ya?"
"Bang Ian yang dorong ya?"
"Bang Ian yang bagian teriak-teriaknya ya biar satu kampung heboh, nanti Bang Ian tahu-tahu viral terus di undang di chennel-"

Magic Family [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang