Chapter 7 [Khaira side]

7.9K 450 47
                                    

Part ini khusus saya tulis buat Ara😍, renacananya mau bikin lapak sendiri buat Ara sama Reno, tapi bingung judul+covernya😭. Kasi saran lagi ya😍
Ini latarnya udah beberapa tahun kemudian, Si Ara sama Dinda kelas 12 SMA.

"Huh? Dompet?" Khaira menggumam pada dirinya sendiri sembari memungut dompet berwarna coklat dengan bahan kulit sintetis. Dompet ini pasti milik seorang pria, jelas saja karena di dalamnya terdapat KTP dan beberapa kartu penting dengan jumlah uang yang lumayan banyak, bukan Khaira lancang atau bagaimana, agar ia tahu kemanakah ia kembalikan dompet ini.

Khaira menarik sedikit baju Dinda. "Din, ada dompet, nggak tau ini punya nya siapa." Jawabku sambil masih memegang dompet tersebut.

"Waiyah? Seriusan? Widih, ada Pak Soekarno background nya pink gak?" Tanyanya bersemangat.

Khaira berdecak. "Ish, ini bukan milik kita, gue mau kembaliin tapi-"

"Maaf, saya boleh lihat dompet yang anda bawa?"

Suara bariton membuat Khaira memutuskan percakapan bersama Dinda, seorang pria dengan seragam loreng-loreng tersebut berdiri di hadapan kedua gadis dengan umur setara.

Khaira sekarang lupa acaranya bernafas dengan baik, bukan karena apa tapi karena melihat wajah ganteng Bapak TNI di depan nya ini membuatnya menahan nafas.

"Sekali lagi saya ulangi, Boleh saya melihat dompet tersebut? Karena dompat saya hilang." Ulang Pak Tentara tegas.

Gadis berseragam SMA itu tersentak sedikit, lalu meringis menggaruk belakang kepalanya. "Ah? Iya, maaf, Pak..." Khaira kemudian menyerahkan dompet tersebut.

"Ini dompet saya..." Ia menunjukkan KTP nya dan menunjuk nametag seragamnya yang sama. "Terimakasih...-"

"Khaira, Pak." Sela Khaira saat ia sibuk mencari nametag seragamnya. "Tadi saya nggak sengaja nemuin di dekat kaki meja." Terang Khaira sambil tersenyum lebar menampakkan lesung pipinya yang manis.

"Ah terimakasih Dek Khaira. Saya berhutang budi, karena kalau tidak ada barang-barang berharga saya di dalam sini." Ia menepuk dompetnya lalu di masukkan kedalam saku celana seragam nya.

Tiba-tiba pipi Khaira bersemu, lalu mengangguk cepat dan menutupi sebagian wajahnya dengan ujung kerudungnya, ia tak mau Pak Tentara ini melihatnya merona. "Mmm... I-iya, Sama-sama." Jawabnya sedikit rileks karena sudah mengontrol kinerja jantungnya yang tiba-tiba berdetak kencang.

"Jadi, hutang budi apa yang pantas saya berikan?" Tanya Pak Tentara sambil menatap lekat Khaira, membuat gadis SMA itu bersemu lagi.

Kepala Khaira menggeleng. "Nggak usah, Pak-"

"Reno, jangan panggil saya 'Pak' terlalu tua." Pak Tentara yang bernama Reno tersebut duduk di hadapan Khaira, yang membuatnya salah tingkah dan beberapakali bergerak tak nyaman.

"Abang ini tentara ya?" Pertanyaan Dinda membuatnya menoleh dari kesibukan nya mengecek benda berharganya di dalam dompet.

Reno tersenyum tipis. "Saya jualan cendol di perempatan jalan."

Dinda mengerjapkan matanya terkejut, Khaira pun sama, benarkah?. Lalu ia melambungkan tawanya hingga seluruh kafe memusatkan pandangan pada Reno karena kharismanya yang mencolok di kafe ini.

"Saya TNI-AD dek, Masa mau jualan cendol." Ia tertawa singkat mengakhiri ucapan nya.

Dinda mengeluarkan jempolnya. "Aku hampir percaya loh!" Ia kemudian tertawa. Aku mencubit pahanya.

"Psstt... Jangan slengean deh di depan Pak Reno." Mungkin suara Khaira yang terlampau kencang hingga dapat di dengar oleh Reno.

"Saya sudah bilangkan? Jangan panggil saya Pak, panggil Bang atau Kak, saya agak risih saja, dikira om-om tua demen anak kinyis-kinyis." Ia menabur senyum yang membuat Khaira tersenyum juga, percaya saja bahwa senyuman itu dapat menular.

Dinda mengeluarkan handphone nya. "Minta nomornya dong, Bang. Kapan lagi bisa mepet jantanan Tentara." Ia tertawa kecil sambil menyodorkan handphone nya.

Reno mengangguk, ia kemudian menuliskan digit nomor whatsapp miliknya dan memyimpan nya di daftar kontak handphone Dinda.

"Namanya siapa, Dek?" Tanya Reno.

"Adinda Afrida Sania, bisa di panggil sayang atau di singkat yang." Dinda yang slengean kembali muncul, menurut Khaira, Dinda itu mirip adiknya yang bernama Septian yang memiliki sifat jahil, receh, dan slengean, mungkin kalau Septian memiliki umur sama sepertinya akan menjadi pasangan klop dengan Dinda.

Reno hanya tertawa kecil, ia melirik Khaira yang entah kenapa menarik bibirnya kebawah.

"Adek-adek ini bolos sekolah ya, kok masih pake seragam?" Tanya Reno sambil mengamati kedua gadis SMA di depan nya.

"Abang ngaur! Udah pulang kok, kita nongki, biasalah cari wifi." Dinda menyela.

Reno mangut-mangut. Ia langsung menepuk keningnya. "Kan, jadi teralihkan topiknya, balas budi yang setimpal-"

"Mas lupakan aja, Saya juga ikhlas kok nggak pamrih." Jawab Khaira masih tak lepas dari ponsel pintarnya. Sesekali gadis kelas dua belas SMA itu melirik Reno.

"Mas?" Dinda orang pertama yang protes, sebenarnya Reno ingin protes mendengar bahwa gadis imut di depan nya ini menanggilnya 'Mas'.

Khaira yang tersadar hampir tersedak, ia mengurut tenggorokan nya. "Ehm... Maaf, maksudnya Kak." Ia mengubah panggilan nya.

"Tidak papa kalau kamu panggil seperti itu." Khaira mendongakkan wajahnya, ia menatap Reno yang mengulas senyumnya. Ah, Pak Tentara ini bukan siapa-siapanya membuatnya harus menunduk terus agar tidak ketahuan blushing.

"Din, nanti jam delapan- What! Sekarang jam... Astaga ini udah jam enam!" Pekiknya heboh tanpa sadar pergerakan refleks nya di saksikan oleh Reno. Reno dalam hati terkekeh melihat keunikan gadis berjilbab biru muda di depan nya, biar Reno deskripsikan, Khaira memiliki mata bulat yang jerih, dengan kulit putih dan hidung agak mancung, di tambah bibir tipis dan satu lesung pipi di kanan yang membuatnya semakin terlihat cantik dan imut, perawakan nya tidak tinggi amat, sebatas bahunya kira-kira, dengan badan berisi, tidak kurus dan tidak gemuk, pokoknya ideal.

Terlalu lebar Reno mendeskripsikan tentang Khaira hingga tak sadar bahwa gadis itu menunggu jawaban nya. "Ah, kalian tadi ngomong apa?"

Reno mengusap wajahnya.

"Mmm... Mau pulang, makasih ya Pak Tentara..." Khaira tersenyum sambil mengangkat tangan nya di satukan di keningnya sebagai rasa hormat, sambil terkikik di sela hormatnya, ia tersenyum lebar membuat lesung pipinya semakin terhisap dalam.

"E-eh, saya yang berterimakasih pada kalian."

Setelah sesi berpamitan, Reno terus mematut punggung kecil gadis SMA yang berlari menjauh dari kafe, melihat keribetan Khaira dan kejauhan, melihat gadis itu berdebat dengan gadis centil Si Dinda.

Reno menyentuh dadanya, ah perasaan apa ini?. Kejadian barusan ini membuat rasa asing menyelinap hati.

*

Yeayy, cie yang baperr😂 cocok gak sih Ara sama Pak Tentaraa. Gatau ada ide ngalir langsung tulis aja, jangan lupa vote+komen yaa.😍

Magic Family [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang