Part 12 [Special Eid Mubarak]

5.6K 514 48
                                    

Setelah berpuasa selama tiga puluh hari atau satu bulan penuh, kini umat islam menjalankan peristiwa idul fitri sebagai puncak dari bulan ramadhan, dimana hari suci tersebut di sambut baik oleh seluruh umat islam.

Lia sudah wara-wiri di dapur membuat aneka kue seperti kue nastar, kue kacang, putri salju dan masih banyak lagi, Bara sampai jantungan sendiri melihat kegesitan sang istri di tengah kehamilan. Ah bukan hanya kue saja, Lia juga membuat masakan seperti opor ayam, gulai dan kari.

"Sayang, biar Bik Nur sama yang lainnya yang nyiapin nya, Mas jantungan loh liat kamu tadi hampir kepleset." Bara memeluk Lia dari belakang saat istrinya itu tengah mencetak adonan kue kacang.

Lia menggeram, menyikut perut Bara. "Apasih, Mas alay banget." Gerutunya sambil mengoleskan kuning telur diatas adonan yang sudah di cetak. Di dapur luasnya kini tercium aneka aroma kue dan masakan.

Bara hanya bisa diam, nanti kalau istrinya merasa capek ia akan berhenti sendiri, baru saja bilang Lia sudah duduk di kursi dekat jendela sambil memotong ketupat.

"Mas, tolong ambilin opor nya ya..." Lia menyerahkan satu piring berisi potongan ketupat padanya.

Bara mengangguk dan menuangkan opor diatas piring milik Lia, ia juga mengambil satu mangkok berisi ketupat dan gulai.

Sembari makan berdua, suasana terusak karena kehadiran Septian yang menangis kejer dari sepulang salat idul fitri.

"Huaaa..." Septian menangis kencang sambil menyahut toples kue nastar, di sela tangisan nya ia mengunyah kue nastar dengan ganas.

Lia yang panik langsung mengangkat tubuh Septian di pangkuan nya.

"Hiks... Enak rasa nanas." Lia tertawa saat Septian menggumam merasakan kue nastar disela tangisannya. "Mama, Fino jahannam-"

"Ssttt, Bang... Bahasanya!" peringatnya halus sambil membenarkan letak peci Septian yang miring. "Kenapa?" tanya Lia lembut.

Bara hanya diam saja sambil memakan gulai, ia tak mau mencampuri urusan anak dan istrinya itu, pasti Septian buat onar lagi.

"Tadi Bang Ian ambil uang masukin uang ke kotak amal, Bang Ian pamerin dua ratus ribu di Fino, terus Fino di belakang Bang Ian ngasih uang seratus ribu, Bang Ian pikir Fino juga masukin uang ke kotak amal tapi katanya itu uang Bang Ian yang jatoh dari saku, huaa... Bang Ian udah masukin uang seratus ribu ke kotak amal, gak bisa diambil lagi kata pengurus masjidnya, Ma. Uang THR Bang Ian..." sambil bercerita tangan nya aktif memasukkan berbagai jenis kue kedalam mulutnya.

Lia menahan tawa, lalu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja mendengar cerita Septian yang cocok casting film dengan judul 'Azab dari pamer uang'

"Siapa yang ajarin Bang Ian pamer?" tanya Lia memastikan.

Septian berpikir sejenak. "Umm... Ilo!" telunjuknya menunjuk Callio yang sedang bermain mobil-mobilan didepan pintu dapur.

"Apaan! Bang Ian aja yang iri liat Kak Fino punya uang seratus ribu, terus Bang Ian gak mau kalah pinjam uang Ilo biar jadi dua ratus ribu!" Callio menyahut marah.

"Sstt... Ilo turunin derajatnya Bang Ian, jangan sampe tahu kalo Bang Ian ngutang ke Ilo, dasar ember!" Septian berlari menutup mulut adiknya.

"Udah-udah kalian ini, udah ikhlas aja Bang nanti di gantiin Papa kok, ya kan Pa?" Lia melirik Bara yang tengah menyendok kuah gulai.

Uhuk-uhukk...
Bara melotot saat melihat Septian dan Callio mengulurkan telapak tangan di depan nya.

"Kenapa tangannya?" tanya Bara sok tidak tahu, padahal ia tahu kedua anaknya ini minta ganti rugi atas kesalahan mereka sendiri, kenapa ia jadi kambing hitam nya sih.

"Ma, kok Papa sih?" Bara sempat berbisik sebelum pasrah membuka dompetnya lebar-lebar dan mengeluarkan berlembar-lembar uang berwarna merah untuk anaknya. Otomatis semua anaknya dari yang tertua sampai istrinya pun mengantri untuk diberikan THR olehnya.

Dari ujung Khaira sudah berbaris bersama Cailla, di belakang keduanya juga ada Khail, Septian dan Callio, lalu di belakangnya lagi ada Lia yang tengah berdiri memasang cengirannya.

"Kamu kan sudah, By... Yang kemarin, Mas kasih tiket ke Maldives? Terus tas Gucci lima buah?" Bara menutup dompetnya.

Lia melirik suaminya kesal. "Itu hadiah THR, terus THR realnya kartu platinum ya... Itu yang gold atau yang silver." Lia menunjuk-nunjuk deretan kartu dibalik dompet sang suami.

Bara hanya mengangguk pasrah, mencabut dua kartu gold dan silver dari dompetnya untuk sang istri. "Belum lagi kamu mau hadiah baby nya lahir, bisa bangkrut Mas."

"Itukan janji nya Mas sendiri, siapa suruh buntingin Lia niat banget sampe buat grub sebelas kali? CEO kok miskin sih... Kalo Lia baca di novel hartanya gak habis terkuras tujuh turunan." Lia merangkul leher suaminya.

Bara hanya bisa mengangguk-angguk saja sembari memanfaatkan kesempatan memeluk istrinya.

"Kita bikin konten yuk! Nanti Bang Ian yang ngomong didepan kamera sambil ucapin minal aidzin walfaidzin, terus Lia post di IG atau gak story WA." Lia mengutarakan pendapat pada suaminya namun dapat didengar oleh anak-anaknya.

"Enak banget jadiin Bang Ian babi ngepet di tengah-tengah yang nyocot mulu." gerutunya saat ia menjadi sasaran.

"Setuju, Ma... Ayo-ayo baris melingkar ya..." Khaira memandu posisi menempatkan Septian di tengah, di kedua sisi Septian sudah ada si kembar Cailla dan Callio, di sisi lagi ada Khail dan Khaira, lalu di ujung barisan ada Lia dan Bara, semua kompak mengatupkan tangan.

"Pstt... Bang, sesuai skenario!" teriak Lia kecil mengode Septian.

Septian mengangguk, menarik nafas panjang dan mulai bersabda.

"Selamat menunaikan ibadah haji- eh selamat hari raya idul fitri, semoga dosa-dosa kita di terima oleh Allah, amin ya rabbal alamin."

Kompak semua mata melotot pada Septian yang cekikikan didepan kamera.

*

MINAL AIDZIN WALFAIDZIN kawan-kawan, meskipun telat apa salahnya meminta maaf, ini dibuat pas lebaran jadi baru publish sekarang :'
Rhie sekeluarga minta maaf sebesar-besarnya.
Mencoba mulai aktif update sesuai planning dan jadwal :)

Jangan lupa vote+komen ya... Mwah

Magic Family [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang