Chapter 2

12.1K 698 90
                                    

Jangan lupa vote, komen, dan share ya... Follow juga akun sayaa, nanti double up.

Lia melotot saat melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua belas, ia kalang kabut mencari kerudung. Ia lupa bahwa pada pukul sebelas menjemput Septian, Lia berharap jika Septian masih aman di sekolah dan sedang menunggunya. Ini karena ia menyibukkan diri untuk mengurus rumah seperti mencuci baju, mencuci piring, dan menjemur, belum lagi melayani tingkah kedua anak kembarnya, Cailla dan Callio.

"Samelekom, spadaa, punten pakett!"

Lia hampir tersandung karpet saking kagetnya mendengar lengkingan suara Septian yang sudah masuk kedalam rumah. Ia langsung berhambur memeluk Septian.

"Apasih, Ma... Alay banget, Bang Ian gak papa kok." Selain anti cium-cium, ia juga agak sedikit risih jika di peluk.

"Ihh, Abang bikin Mama takut tau..." Ia menarik pipi gembul Septian. "Dianter siapa kesini?" Ia celingukan.

"Tuh... Namanya siapa ya. Om Gemoi? Eh Om Gema." Septian menuntun sang Mama untuk melihat siapa gerangan yang mengantar Septian pulang.

"Terimakasih Mas, sudah anta-Gema?!" Lia melongo, ia menatap sosok Gema yang sedang memainkan handphone dengan membelakanginya, tapi setelah ia mengajak bicara, pria itu berbalik.

"Lia?!"

"Hmm... Mencurigakan, kayaknya aduin ke Papa enak ya nih, bisa liat baku hantam versi real." Bisik Septian kepada Callio yang langsung ia angguki.

"Iya, tapi nanti kacian om gemoi-"

"Gema woi!" Ralat Septian sambil menoyor kening adiknya. "Ya nggak usah kasian, kita cuma dukung Papa biar mampus Om Gema deketin Mama."

"Oceh, bentar Ilo ambil hape Mama dulu." Si Kecil Callio masuk kedalam kamar dan membawa sebuah handphone untuk di berikan kepada Septian.

Septian dengan cekatan menghubungi Papanya lewat video call. Dan langsung saja video call tersebut tersambung, Septian menggulir kamera menjadi kamera belakang dan menampakkan sang Mama sedang berbincang-bincang dengan Om Gema.

"Tuh Pa, tuh... Mama selingkuh, Ayo Pa sikatt terus, pulang Pa nanti Mama di gondol lho." Septian memanas-manasi Bara yang sedang menunjukkan raut marahnya, ia sampai melotot melihat Lia yang sedang asyik bericara dengan Gema.

'Siapa namanya biar Papa masukin ke list neraka.'

"Namanya Om Gemoi, Pa..." Sahut Callio sambil berbisik di speaker. "Eh Gema maksudnya." Jawabnya sambil terkikik.

Terlihat Bara masih marah, ia memijat pelipisnya dan membereskan semua pekerjaan nya. 'Oke, Papa pulang, mau ngajak ribut Om Gema. Jagain Mama jangan sampai kegoda sama Om Gema.'

Septian mengangguk patuh, ia mematikan sambungan dan memeluk handphone Mama nya dengan perasaan bahagia. Ah, ia ingin sekali melihat Papa nya baku hantam dengan Om Gema.

"Sekarang kita siapin peluit, nanti kalau pertandingan di mulai Ilo yang tiup peluitnya, oke?"

"Oceh, Ila ngapain?" Tanya Callio berbisik pada Ila yang sedang bersandar nyaman di sofa sambil ngedot.

"Ila jadi cheerleaders buat dukung Papa." Septian mengambil kemuncing. "Nih, buat nyemangatin Papa nanti suruh pake toak masjid biar teriakan Ila kedengeran." Usulan Septian membuat Callio berdecak.

"Terus Bang Ian ngapain?"

"Bang Ian jualan es teh, biasanyakan kalo habis tawuran capek, nanti Bang Ian jualan es cendol sambil teriak 'Yang dingin, yang dingin' Gitu..." Jawab Septian sambil membuka kulkas dan menyusun beberapa botol teh di dalam kardus.

Callio mangut-mangut, ia berlari ke kamar dan mengambil peluit juga topi. "Ilo udah siap, tinggal cari toak masjidnya, kan berat, Bang Ian aja yang bawa ya..."

"Nggak mau, suruh Om Gema yang bawa lah!" Jawab Septian sambil menyiapkan pouch untuk mewadahi pundi-pundi rupiah yang ia hasilkan nanti.

"Ya nggak jadi baku hantam itu namanya, Bang, nggak usah pake toak nanti di marahin ustad lho."

Septian menepuk jidatnya. "Ah iya nanti Bang Ian di rukiyah."

"Bentar, Ilo panggil Ila dulu." Callio mendekati sang kakak kembaran. "Ila ikut main nggak?" Tanya Callio.

"Main apa? Ila ikutt." Rengeknya melepas botol dot dari mulutnya.

"Stt... Papa mau baku hantam sama Om Gemoi, nanti Ila jadi cirlider nya, ya? Cuma teriak-teriak, tapi jangan sampe keras-keras amat nanti Monas terbelah." Cailla mengangguk mantap.

"Teriaknya kayak gimana?" Tanya Cailla.

"Ya, pokoknya teriak gitu." Jawab Septian sambil memeluk kardus berisi teh botol.

"Oceh, sekarang mana tawuran nya, Ila pengen ikut."

"Eh cewek nggak boleh ikut tawuran, Ila cuma semangatin Papa, nah itu Papa yok!" Septian mengajak kedua adiknya menuju halaman rumah. Bara langsung melemparkan pertanyaan untuk Gema dan Lia yang tidak di mengerti ketiga anaknya.

Sampai, Bara dan Lia beradu mulut pun ketiganya hanya duduk manis di balik jendela besar.

"Oke saatnya! Kuy, Ilo tiup peluitnya!" Titah Septian saat melihat Papanya mencengkram kerah pakaian Om Gema.

"Bentar otw, Bang." Kemudian ia meniup peluit sesuai titah Septian, membuat ketiga orang dewasa tersebut terkejut.

"Eh, kalian ngapain?" Tanya Lia sambil mendekati ketiga anaknya.

"Mau support Papa buat baku hantam, nih Bang Ian udah sediain wasit, cheerleader, sama Bang Ian rela merakyat jualan teh botol." Jawabnya sambil menawarkan sebotol teh kepada sang Mama.

Lia melotot. "Bang Ian kok tahu Papa mau berantem?"

"Iyalah, orang Bang Ian yang ngadu ke Papa kalau Mama lagi omong-omongan sama Om Gemoi."

Septian langsung membekap mulut Callio yag keceplosan.

"Apa?! Jadi kalian yang aduin ke Papa kalau Mama cuma bicara sama Om Gema?!"

"Hehe, maaf Ma, Mama mau teh? Seger lho." Tawar Septian sambil terkekeh.

Lia mengurut keningnya. Kelakuan ajaib ketiga anaknya membuatnya pusing.

"Bentar Ma, Bang Ian mau nawarin teh ke Papa, kali aja haus habis baku hantam." Septian melenggang menuju sang Papa yang sedang terlibat perbincangan serius.

"Apa hubungan kamu dengan istri-"

"Yang dingin, yang dingin~" Septian menyela dengan tidak sopan nya diantara kedua pria dewasa di depan nya. "Pa, Papa kan habis tawuran, emangnya Papa nggak haus? Nih cuma dua puluh ribu dapat dua botol-"

"Septian..." Tegur Papanya dingin sambil menatap tajam sang anak.

"Yah, Papa kok sebentar banget berantemnya, lagi dong."

"Septian!"

"Yah, gitu aja ngambek, belum apa-apa udah bangkrut aja."

*

Yeayy, akhirnya bisa up jugaa, kalau mau triple up jangan lupa persyaratan diatas ya... Pengen cubit ginjalnya Ian dehh.



Magic Family [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang