Chapter 10

6.1K 582 55
                                    

Part ini part agak panjang dr sebelum-sebelumnya ya. Pokoknya votenya tembus nanti langsung up😍.

Setelah kejadian Septian mengalami sariawan, ia memang menjadi pendiam, namun setelah sembuh, sifatnya kembali seperti semula, Lia sampai dibuat pusing.

Lia menaiki ranjang, disana ada suaminya yang tengah tertidur dengan tangan memegangi dot yang dimasukkan didalam mulut Cailla. Lia jadi kasihan melihatnya, dengan gerakan sepelan mungkin, ia mengambil alih botol dot dan menggantikan pekerjaan suaminya. Kata Bara, ia lebih memilih mengasuh Cailla dan Callio daripada mengasuh Septian.

"Lia?" sepertinya tidur Bara terusik, ia mengerjapkan kedua matanya sambil mengusap wajahnya.

"Mas, nanti aku ke rumah Mbak Kayla ya, mau nengokin Sella." Lia mengapit lengan suaminya agar suaminya itu memperbolehkannya keluar dari rumah untuk menegok anak kedua dari Kayla dan Rio.

Bara menghela nafas. "Kamu tinggalin Mas dengan lima anak kita?" Tanya Bara tak percaya, ia ngeri sendiri membayangkan mengasuh tiga anak kecil yang memiliki sifat beda-beda dan berpotensi membuatnya terkena penyakit jantung.

Lia berdecak, ia meninju legan Bara. "Salah siapa buat banyak-banyak!" Gerutunya. Lia tidak bisa membayangkan bahwa cita-cita Bara terwujud, ia memiliki sebelas anak, yatuhan... pasti ia akan merasakan migrain setiap waktu.

"Tapi kamu mau aja Mas hamilin." Bara berbisik pelan ditelinga istrinya.

Lia melotot, ia dengan cepat meninju dada suaminya. "Awas aja ya, nanti malam bobo diluar sama Snowie!" Ancamnya sambil berbalik badan.

"Sayang, Mas cuma bercanda kok." Rajuk Bara sambil memeluk istrinya. Lia dengan cepat menepis kedua tangan suaminya yang melingkar di pingangnya, modus sialannya terkonfirmasi dengan keinginan sang bayi, entah kenapa ia ingin dempet-dempet suaminya itu, tapi apalah daya ia sedang ngambek.

"Tapi, ijinin aku buat kerumah Mbak Kayla, lho!" Dengusnya.

Sebenarnya berat, namun Bara bisa apa untuk membuat nya tidak jadi tidur diluar bersama sang kucing.

"Hah... Okay, tapi-"

"Yeay!" Sorak Lia sambil mengepalkan tangannya. "Oke, aku berangkat sekarang, bye Mas... I Love You, mwahh..." Lia mencium kilat pipi Bara dan segera kekamar mandi untuk mengganti baju.

"Sayanggg... Katanya nanti, kok sekarang?" Bara berteriak dari luar kamar mandi.

Lia sudah cantik dengan balutan gamis dan pashmina dengan warna yang sama. "No, no... Biar ijinnya lancar jaya sentosa." Jawabnya sambil menaburkan wajahnya dengan bedak, lalu mengoleskan bibirnya dengan liptint.

Bara mendengus, ia bersedekap menatap istrinya dengan mata memincing, ia tertipu, tapi bagaimana lagi, ia pasrah saja.

"Jangan banyak gerak, disana nanti makan yang sehat, jangan lari-lari, apa perlu Mas buatin susu nanti bisa kamu minum disana." Bara sudah mondar-mandir menyiapkan semua keperluan Lia dan dimasukkan kedalam tas.

Lia berdecak. "Mas, aku mau main bukan mau piknik, astaga..."

"Biar Mas antar-"

"Aku udah pesan Go-Car, Mas." Jawab Lia sambil menarik slingbagnya. "Mas, aku pamit dulu ya..." Ia mencium punggung tangan Bara dan mencium pipinya.

Bara mengangguk, mengantar istrinya sampai didepan dan mengawasinya dengan intens. Setelah benar-benar pergi, Bara menghela nafas berat sembari memasuki rumahnya yang sudah seperti kapal pecah, seperti biasa kedua anak laki-laki nya itu sedang bermain bola didalam rumah, padahal Bara membuat lapangan selebar padang mahsyar untuk memfasilitasi anaknya agar dapat bermain bola.

Magic Family [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang