Chapter 2

313 23 4
                                    

Pria yg sudah berumur namun masih terlihat sangat tampan berjalan dengan langkah angkuh memasuki apartement Lisa.

"Mau apa kau datang kemari?" Tanya Lisa dengan nada acuh tak acuh.

"Sebaiknya kau menjaga ucapanmu saat berbicara dengan ayahmu" ucap pria itu dengan nada datar.

Lisa hanya memutar bola matanya malas "Apa yg membuat Tuan Hyun-seung datang kemari dan sudi menginjakkan kaki diruangan kumuhku ini?" Tanya Lisa dengan tekanan yg sangat jelas pada nama ayahnya itu.

"Kembalilah kerumah! Tanggal pertunanganmu sudah ditentukan" perintah Hyun-seung tegas.

"Ayah! Sudah ku katakan aku tidak mau menerima perjodohan itu!" ucap Lisa dengan nada yg agak tinggi.

"Keras kepala!" kini Hyun-seung menaikkan nada suaranya. Ia sudah sangat jengah menghadapi anak kesayangan sekaligus anak tunggalnya yg sangat keras kepala.

"Jika ayah tidak memiliki hal lain untuk dibicarakan maka, sebaiknya ayah urusi saja bisnis ayah. Dan semoga anak buah ayah MAMPU menyelesaikan semua tugasku dengan sempurna" usir halus Lisa dengan tekanan pada kata mampu.

Ketika Hyun-seung hendak meninggalkan Lisa "Semua anak buahku sudah menarik diri, karna mereka tau pemimpin mereka bukanlah ayah. Ahh! Apa anak buahmu sanggup menangani para bandit itu ayah?" langkah Hyun-seung terhenti.

Hyun-seung menoleh "Sombong!" ucap Hyun-seung yg sudah sangat jengah dengan keangkuhan dan keras kepala Lisa lalu pergi meninggalkan Lisa yg tersenyum penuh kemenangan.

Lisa merupakan anak kesayangan, anak tunggal, sekaligus kebanggaan bagi Hyun-seung. Karna, semua tugas yg diberikan kepada Lisa dapat dituntaskan dengan cepat dan sangat sempurna dan lagi kemampuan Lisa mendidik seluruh anak buahnya dengan sangat baik juga mampu membuat mereka sangat loyal terhadapnya.

Cantik, cekatan, tangguh, dan pandai. Ahh bukan pandai, tapi genius. Setiap taktik yg Lisa buat selalu berhasil membuat lawan membeku dan mati berdiri.

Hanya saja Lisa sangat angkuh dan keras kepala.

.

.

.

Ting Tong Ting Tong

Tidur Lisa harus terganggu dengan bunyi bel "Ugh siapa manusia terkutuk yg berani mengganggu tidurku" umpat Lisa. Sekilas Lisa melirik jam dinding 3D yg elegan dan mewah menunjukkan pukul 11.

Ting Tong Ting Tong

"Ashh! Bajingan sialan!" umpat Lisa yg dipaksa beranjak dari tempat terindahnya karna bunyi bel sialan itu.

Lisa membuka pintu dan menampakkan tubuh seorang pria yg sangat dibenci Lisa saat ini.

"Kau si bajingan sialan itu! Mau apa kau datang kemari!? Dan bagaimana kau mengetahui alamatku? Siapa yg menyuruhmu!?" Tanya Lisa dengan nada intimidasi.

"Maaf nona, namaku adalah Huang Xu Kun dan kau bisa memanggilku Kun. Bukan 'bajingan sialan'" jawab Kun dengan penekanan pada 2 kata terakhir.

"Terserah! Mau apa kau?" Tanya lisa tak perduli.

"Bukankah etika yg baik saat menerima tamu adalah mempersilahkan tamu masuk dan duduk, lalu menyuguhkan sesuatu?" ucap kun dengan nada tenang dan sopan.

Lisa menghela nafas dan mempersilahkan Kun masuk dengan malas.

Saat memasuki ruang tamu Lisa, Kun disuguhkan pemandangan ruangan dengan 2 lantai, terlihat kaca jendela yg besar ditutupi dengan gorden monokrom berwarna abu-abu yg senada dengan furniture lain seperti sofa dan meja berbahan tebal dilapisi dengan gorden tipe sheer berwarna putih polos berbahan tipis membuat cahaya dari luar tetap bisa masuk ditambah dengan white globe multi pedant yg menggantung dengan anggun membuat kesan elegan dan mewah tetapi tidak berlebihan.

"Wah seleramu cukup bagus nona" puji Kun pada Lisa.

"To the point. Jadi, apa maumu?" Tanya Lisa tanpa basa basi sambil menyuguhkan segelas Americano.

"Nona sudah saya katakan saya adalah pria yg bertanggung jawab. Saya harus memastikan bahwa nona baik-baik saja"

Lisa memutar bola matanya malas "Lalu apa bentuk  pertanggung jawabanmu?"

"Segera menikahi nona"

Ucapan Kun barusan mampu membuat bola mata Lisa membulat sempurna dalam waktu sekejap.

"WHAT!? APA KAU SUDAH GILA!?"

"Saya hanya ingin bertanggung jawab atas apa yg sudah saya perbuat terhadap nona, apa yg salah dengan itu?"

"Pertama berhenti memanggilku nona. Kedua kau belum mengenalku, apa kau tau apa yg akan kau hadapi jika bersikeras menikahiku? Dan ketiga aku tidak mau menikah denganmu" balas Lisa santai sambil menyesap Americano kesukaannya.

"Tapi bagaimana jika nona hamil?"

"Uhuk uhuk uhuk uhukk..."

Lisa memberi tatapan membunuh kearah Kun. Sang korban hanya tersenyum polos membuat Lisa ingin segera menarik sudut bibir itu hingga ke telinga.

"Well, kita baru bisa melakukan tes minggu depan. Jadi mohon nona mempersiapkan diri untuk itu. Saya akan menemui nona kembali setelah 1 minggu dan karna pembicaraan kita sudah selesai, saya mohon undur diri" Ucap Kun sambil berdiri, sedikit membungkuk kemudian berlalu meninggalkan Lisa yg masih menatap tajam punggung tegap Kun.

"Cazzo! Bastardo! Vaffanculo!" Umpat Lisa dalam bahasa Italy.

.

.

.

"Kali ini sasaran kita adalah salah satu bank yg cukup besar di korea. Tidak terlalu sulit kurasa. Bagaimana menurutmu?" Tanya Bambam pada Lisa.

Tak ada jawaban. Bambam  menepuk pelan pundak Lisa yg tengah tenggelam dalam pikirannya.
"Apa yg kau pikirkan huh?"

Lisa hanya menggeleng dan mengalihkan topic dengan menjelaskan rencana mereka.

"Kali aku ingin menggunakan katana kesayanganku".

.

.

.

Lisa menebas semua karyawan bank tak bersalah itu tanpa ampun dengan katana kesayangannya. Bambam yg melihat sahabat sejak kecil ya itu hanya menggelengkan kepala 'Apa yg membuatnya menjadi sangat marah seperti itu' gumam Bambam.

"Ya Bambam! Apa yg terjadi dengan Lisa? Dia benar-benar menggila, Apa yg membuatnya menjadi sangat marah seperti itu?" Tanya seorang wanita pada Bambam rekan dan juga sahabatnya sejak kecil.

"Dia sedang mengamuk. Sudahlah kita harus pergi, polisi akan segera tiba" keduanya mengangguk dan memberi isyarat kepada Lisa dan anak buah lainnya untuk segera mundur.

...

"Wahhhh tadi itu sangat menyenangkan. Lisa-ya kau benar-benar menggila hari ini" Seru seorang wanita.

"Cihh Jennie-ya kau bahkan lebih gila dari Lisa, kau bahkan berteriak dan tertawa seperti orang tak waras" decih Bambam.

"Ya! Wajar saja aku seperti itu, karna biasanya aku harus duduk mengawasi didepan computer saat kalian bersenang-senang mengejar, menebas, dan menembak musuh" Bela Jennie.

Sedangkan Lisa hanya diam menatap polisi yg berlarian menuju gedung bank dihapannya.


Harusnya itu gambar apartement harusnya isi lampu multi pedantnya hehe tapi gak nemu.
Terima kasih sudah berkunjung kembali *^_^*
Jangan lupa vote dan commentnya *^_^*
Terima kasih*^_^*
Salam hangat Ty-Dy 🤗

Vitam et MortemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang