Chapter 5

188 17 3
                                    

"Halo?" Lisa menunggu suara dari seberang sana.

"Nona bagaimana keadaanmu? Saya harap nona tidak lupa karna lusa adalah waktunya untuk melakukan pemeriksaan" jawab seseorang dengan ramah.

Lisa mendelik saat mendengar kalimat seseorang diseberang sana dan mengumpatinya "Fuck u jerk! darimana kau mendapatkan nomor teleponku!? Berani-beraninya kau mencari tau nomor pribadiku!".

"Ah bukan hal yg sulit" jawab Kun dengan santai. "Dan lagi kau mengatakan ini pribadi? Bukankah ini nomor tlpn kerjamu? Ini bukanlah nomor pribadi. Karna jika begitu kau tidak mungkin memberikan ini kepada Sehun dan pelayanmu" Imbuh Kun.

Lisa akhirnya menyadari jika nomor yg hubungi Kun adalah nomor bisnisnya.

"Lalu?"

"Lusa saya akan menjemput nona dan mengajak nona kedokter kepercayaanku"

"Mengapa harus doktermu? Mengapa bukan dokterku? Apa kau pikir hanya kau saja yg mempunyai dokter kepercayaan huh?"

"Karna saya tidak mempercayaimu" Jawab Kun ringan "Baiklah, sampai bertemu lusa nona"

"Berhenti memanggi..." ucapan Lisa terputus karna Kun sudah memutuskan panggilannya.

Lisa hanya mendecak kesal. Dia sudah terlalu lelah untuk mengamuk.

Keesokan paginya saat Lisa terbangun dari tidurnya karna dering kedua ponselnya. Bagaimana bisa 2 orang sekaligus menelpon dipagi buta begini? Lisa memeriksa kedua ponselnya.

"Bambrengsekbam cukup kau hubungi salah satu SAJA!!! Mengapa kau membuatku kesal pagi-pagi begini!?" Lisa berteriak kesal kepada pelaku yg membuat tidur nyamannya terganggu.

"Lisa akhir-akhir ini kau sangat mudah marah, bukankah itu hal yg biasa aku lakukan jika keadaan sedikit genting?" Bambam diseberang sana menggaruk kepalanya yg tidak gatal sama sekali.

"La-lalu ada apa kau menghubungiku?" Tanya Lisa tergagap salah tingkah.

Lisa biasanya akan selalu menjadi siaga dan bergerak cepat jika Bambam atau Jennie menguhubungi kedua ponselnya dipagi hari. Tapi entah mengapa akhir-akhir ini dia sangat sensitive.

...

"Apa!? Bagaimana bisa? Aku kesana sekarang" ucap Lisa menutup teleponnya lalu bergegas menuju markas utamanya.

.

.

.

Lamborghini Reventon berwarna hitam milik Lisa memasuki sebuah rumah  di daerah pedesaan yg tidak terlalu jauh dari pusat kota Seoul.

"Lisa seseorang menghabisi anak buah ayahmu. Beruntung Felix dan paman Kim masih bisa menyelamatkan diri" Ucap Bambam sesaat setelah Lisa memasuki ruang pusat  kendali markasnya.

"Lalu bagaimana dengan barangnya?" Tanya Lisa sembari bergegas duduk dan membuka laptopnya

"Sedang ku lacak" Jawab Jennie sambil masih tetap focus dengan laptopnya.

"Segera temukan barang itu, lalu dimana dan bagaimana mereka menyerang? Apa mereka meninggalkan petunjuk atau lainnya?

"Mereka menyerang tepat saat ditengah perbatasan, mereka menggunakan penembak runduk untuk memecahkan ban kedua mobil penjaga, dan ini adalah hasil rekaman yg tertangkap kamera" Jelas Bambam sambil menunjukkan video rekaman tersebut.

Mata Lisa menyipit "Siapa mereka? Apa hanya Paman Kim dan Felix yg selamat?"

"Ya" jawab Jennie singkat .

"Bambam jemputlah Felix dan gantikan paman Kim, Jennie perintahkan Mina untuk segera mencari tau pelakunya" perintah Lisa.

Bambam dan Jennie mengangguk kemudian bergegas melakukan yg diperintahkan Lisa.

"Siapapun yg berani mengusikku harus mati" Ucap Lisa penuh amarah. "Bambam beritahukan kepada yg lain disana untuk memeriksa tempat itu," Tambah Lisa

Bambam hanya mengangguk sekali dan berlalu.

Lisa duduk diam sambil menatap tajam laptopnya. Pikiraannya terus bekerja keras menemukan siapa bandit brengsek yg berani mengusik pekerjaannya. Sudah lama, sudah sangat lama sejak kegagalannya hari itu.

Lisa tiba-tiba teringat sesuatu "Jennie suruh Jinyoung  cari tau siapa pria bertopeng di German yg menyerangku dan segera kirimkan datanya kepadaku"

"Kenapa tiba-tiba?" Tanya Jennie yg sedikit kebingungan karna Lisa tiba-tiba membahas pria itu.

"Aku curiga dialah pelakunya karna dialah pengusik pertama sejak hari itu" jawab Lisa untuk menghilangkan kebingungan Jennie.

Jennie hanya menggangguk dan segera melakukan yg dipinta Lisa.

Tidak butuh waktu lama bagi Jinyoung untuk mendapatkan yg diminta Lisa.

Beberapa saat setelahh Jennie menghubungi Jinyoung. Sebuah pesanpun masuk ke laptop Lisa.

Lisa menatap layar laptop miliknya membaca file yg kirimkan Jinyoung.

"MOD?" Lisa mengernyitkan kening, karna dia benar-benar belum mendengar apapun soal MOD ini.

Lisa mengambil ponselnya dan menghubungi Jinyoung. "Jinyoung-a coba kau cari tau soal kepada siapa mereka bekerja pertama kali, dan misi apa yg mereka ambil, semua hal. Jangan lewatkan informasi sekecil apapun itu. Kau paham?" setelah mendapat jawaban Lisa menutup panggilannya "Jennie kau urus segera barang itu, setelah itu beritahu Bambam soal lokasi barang itu, aku akan menemui Tuan Jang" ucap Lisa kemudian berlalu

Jennie menatap punggung Lisa yg menjauh. Jennie sudah tau apa yg sesungguhnya akan terjadi. Mereka  sudah berteman sejak kanak-kanak.

Lisa bergegas memasuki mobil mewahnya dan melaju dengan cepat menuju kediaman orang tuanya.

Sesampainya Lisa dirumah kedua orang tuanya Lisa segera menuju ruang kerja ayahnya.

BRAKKK

Pintu ruang  kerja Hyunseung dibuka dengan kasar. Sang pemilik ruangan melirik sang pelaku dari balik kacamata bacanya dan mengalihkan atensi penuhnya kepada Lisa,si pelaku.

"Apa seperti ini kinerja anak buahmu? " Lisa berbicara dengan nada tenang dan meremehkan.

Hyunseung menyenderkan punggunya dan menaruh kacamata bacanya dengan tenang "Anak didikmulah yg membuat masalah ini terjadi" Jawab Hyunseung santai

"Apa maksudmu?" Lisa masih dengan posisi berdiri mengepalkan tangannya. Bagaimana bisa ayahnya menyalakan Felix yg jelas-jelas bukan penanggung jawab dari misi ini.

"Lisa, jelas-jelas itu adalah musuhmu karna mereka tak menyentuh Felix sama sekali.... Atau mungkin kaulah yg sengaja mengirim orang-orang itu untuk mengalahkanku?"

"Aku tidak akan pernah melakukan cara kotor seperti yg kau katakan tadi hanya untuk bertanding dan mendapat gelar, dan lagi paman Kim juga selamat" Lisa menatap langsung kearah manic mata Hyunseung dengan tatapan tajam.

"AHAHAHAHAHAHAHAHA" Hyunseung tertawa sangat keras hingga memenuhi seluruh ruangan.

"Kim berbeda. Dia harus mati-matian berjuang sedangkan Felix? Hahaha Lidah bahkan tak memiliki tulang" Ucap Hyunseung sambil mengusap air mata diujung matanya kemudian menyeringai.

Lisa memanglah kebanggaan, dan kesayangan Hyunseung. Tapi begitulah mereka. Tidak mempercayai satu sama lain. Dan tak pernah lagi saling memeluk sejak usia Lisa menginjak 6 tahun. Itu karna Hyunseung benar-benar mulai mendidik Lisa. Dan kini semakin jauh saja jarak mereka sejak kekalahan Lisa hari itu. Tapi bagaimanpun malas atau rakusnya singa jantan, dia tetap menjaga wilayahnya.


Terima kasih sudah mampir☺️
Jangan lupa untuk vote dan comment☺️
1 bintang dan saran dari kalian sangat berarti bagi kami☺️
Terima kasih☺️
Stay humble

Sincerely ty-dy

Vitam et MortemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang