C9 - Kenapa Kamu Semarah Itu?

839 132 112
                                    

"Dis!"

"Eh, Rean!"

Rean heran lalu bertanya, "lo belum pulang? Bokap lo mana?"

"Tadi ayah nge wa gue, katanya dia udah nungguin gue lama, terus dapet kabar dari kantornya ada masalah jadi harus balik lagi ke kantor, dan gue disuruh pulang naik angkot, tapi daritadi lama," terang Gadis dengan ekspresi memprihatinkan.

Rean mendengarkan Gadis sambil menatapnya penuh artian dan bertanya, "mau sampai kapan lo nungguin angkot?"

Gadis menjadi salah tinggal lalu berkata dengan gerogi, "ya sampai-ada lah! Nga-ngapain lo masih disini?" dan matanya berputar-putar karena malu ditatap Rean.

"Ayo pulang!" ajak Rean sambil menarik lengan Gadis.

"Iii Rean, gue takut ketauan ayah kalo sama cowok," jawab Gadis dengan polos.

"Ya elah lemah!" jawab Rean sambil mendelikkan mata.

"Ayo, ah!" lanjutnya dengan paksa.

Gadis tampak berpikir.

"Kalau nunggu angkot gak pasti kapan datangya, mending gue ikut sama si Rean, lagian bisa turun depan toko bangunan tinggal jalan dikit," gumam Gadis sambil memajukan bibirnya dan memainkan bola matanya ke atas.

"Ngapain si lo malah bengong, ayo ah cepet!" ucap Rean sambil membetulkan tas gitarnya di samping lengan.

"Hmmm, ayo deh. Tapi lo turunin gue depan toko bangunan ya!" jawab Gadis sambil nyengir.

"Gak gentle amat dong gue jadi cowok?" decih Rean.

Sekarang giliran Gadis yang menarik-narik tangan Rean sambil berkata, "aaa cepetan keburu sore. Nanti gue tunjukkin jalannya!"

"Iyaaa, iya Tuan Putri!" jawab Rean dengan senyum dipaksa-paksakan.

Akhirnya mereka pun pulang bersama. Tanpa disadari, bibir mereka mengembang dan jantung mereka berdetak tak menentu.

"Rean, agak cepet bawanya! Udah mendung nanti keburu ujan!" ucap Gadis cemas.

"Biarin aja ujan!" jawab Rean tak peduli.

"Iiii nanti basah," pekik Gadis kesal.

"Gapapa, asal gue bisa lama-lama sama lo itu ga masalah," ucap Rean sambil tersenyum.

Gadis memukul-mukul bahu Rean ringan sambil berteriak ke teliganya, "iii Rean cepetan ah udah gerimis nih!"

"Yakin mau ngebut?" jawab Rean balik teriak.

"Iyaa Rean," ucap Gadis pasrah sambil memajukan wajahnya ke telinga Rean.

Rean menoleh ke belakang dan menatap Gadis sebentar dengan wajah datar tapi menantang lalu berkata, "sabuk pengaman siapin!"

"Hah?" dahi Gadis berkerut dan mulutnya sedikit terbuka. Rean tersenyum geli lalu kembali fokus ke jalanan.

Tak butuh waktu lama, saat Gadis sedang mencerna kata-kata Rean, Rean langsung mengendarai motor dengan kecepatan yang sangat tinggi. Alhasil tubuh mungil Gadis hampir terjengkang ke belakang dan refleks memeluk Rean. Modus Rean berhasil pada gadis polos itu, meski akhirnya harus kena pukulan dan teriakan Gadis. Tapi, ia senang bisa merasakan lagi indahnya jatuh cinta.

🌃

Sementara itu, Karin dan Gerald yang duduk di atas motor berdua itu ditemani dengan perasaan canggung satu sama lain sehingga mereka bisu seribu bahasa. Dan tak terasa mereka pun sampai di depan Rumah Karin.

History Influence [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang