FOLLOW mousvra SEBELUM ATAU SESUDAH BACA!
.Dentuman musik itu keras sekali. Lampu sorot di mana-mana. Pakaian tak sepantasnya menjadi mayoritas dan memang seluruhnya seperti itu setiap malam. Wanita pria menuangkan cairan haram itu ke gelasnya. Bertos ria dengan badan tak berdaya. Tertawa tidak jelas mengisyaratkan masalahnya reda. Nyatanya, jiwanya remuk, ambruk, menangis tersedu-sedu. Sungguh, menyedihkan melihatnya salah langkah. Kini mereka, si pencari kebahagiaan itu sedang berada di titik puncak euforia. Bersenang-senang di ambang dunia malam penuh dosa.
Selena terbawa hanyut dalam alam setengah sadar. Satu teguk. Dua teguk. Ia telah merusak otak dan akhlak di seperempat hari. Lupa diri. Senang datang. Ah dunia macam apa ini. Selena bodoh sampai menusuk kromosom setelah mengetahui DNAnya sendiri tak seperti yang dirinya bayangkan.
“Sel, ayo pulang Sel, dah malem!” ajak Fiza sambil memboyong tubuh Selena yang hampir ambruk.
“Hahaha, gue seneng di sini, masalah gue ilang!” jawab Selena sambil tertawa mengerikan dan meneguk lagi minuman itu.
“Fiz, si Selena udah gak bener nih, kita bawa pulang paksa aja!” ucap Winda pada Fiza yang sudah menyerah dengan kondisi Selena saat ini.
“Sel, lo udah banyak minum daripada, kalau lo minum terus lo bisa ambruk di sini!” ajak Fiza lagi pada Selena.
“Lo ngapain sih minta temenin kita ke tempat kek gini?” tanya Winda yang belum mengetahui masalah Selena saat ini.
Bau alkohol itu sudah menyerbak ke seluruh tubuhnya. Apalagi mulutnya. Berjalan sempoyongan sudah tak kuat menahan beban di tubuhnya. Ia lemas tak berdaya. Sahabatnya pun sudah kewalahan mengajaknya untuk pulang. Mereka terpaksa mau menemani Selena karena uang Selena kembali mengalir dan tak jadi ditahan selama satu bulan. Kalau tidak ada iming-iming shopping mungkin mereka sudah mengabaikan Selena.
Selena menjadi ambyar. Sudah satu minggu ia selalu menghabiskan malam-malamnya di tempat seperti ini. Ia mengambil kesempatan untuk mencari kesenangan di dunia luar ketika ayahnya sedang dinas ke luar kota. Bi Nani, selaku pembantu di rumahnya pun sudah kewalahan membukakan pintu dini hari untuk Selena. Ia ingin melaporkan ulah anak majikannya itu, tetapi Bi Nani selalu diancam Selena.
Kini, hidup Karin semakin tenang karena Selena tak lagi mengganggunya. Selena menjadi acuh dengan keadaan sekitar. Di kelas pun ia kebanyakan tidur dengan lengkungan hitam di matanya. Badannya tak terurus. Rambutnya terlihat kusut dan berantakan. Badannya mengurus. Suaranya menjadi parau. Selena sudah berubah dalam hitungan hari. Otaknya salah jalan. Sebegitu ia depresinya setelah mengetahui ia bukan anak kandung ayahnya sekarang. Ia marah karena merasa menjadi anak yang tidak diinginkan. Ayah kandungnya sendiri menyerahkan dirinya pada orang lain. Setelah itu, ia meninggalkan Selena selamanya.
“Mamah aku kangen sama, Mamah,” ucap Selena sambil menangis terisak dan memeluk lututnya sendiri di atas Kasur.
“Mah, sebenernya aku ini bukan anak kandung Mamah? Apa bener aku ini anaknya Mamah Sysy dan Papah Herman yang berengsek banget udah ninggalin aku,?” tanyanya lagi pada langit-langit kamar berharap almarhumah istri Pak Hardito itu mendengarnya.
Hingga candu suasana tempat itu kembali mengiring Selena menuju sana. Kali ini ia sendiri, tidak ditemani oleh dua sahabatnya yang licik itu. Ia terus menerus meneguk minuman haram itu. Belum dua jam rasanya ia mulai bosan tanpa kehadiran sahabatnya. Dan ia pun memutuskan untuk pulang dalam keadaan setengah sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
History Influence [Terbit]
Novela JuvenilOPEN PO 27 NOV-18 DES 2021 Tentang Karin yang menyukai Gerald, kembaran Gerry, cowok yang diduga menjadi penyebab kematian pacarnya karena ia sering melukai dan menganggap dirinya sudah meninggal sejak kecelakaan maut yang menimpanya dulu. Apakah Ka...