C10 - Terlambat

808 123 108
                                    

"Sini lo maju kalau berani, iblis betina!" teriak Rean dari luar.

Teman-teman yang biasa bersama Karin itu akhirnya datang, Gerald pula. Mereka juga habis melihat mading yang menghebohkan satu sekolah itu. Karin yang tidak tertarik karena dalam suasana hati yang tidak baik sejak kemarin itu memutuskan untuk sendiri di kelas.

"Apa lo, An?" ucap Selena menantang Rean dengan semakin mengencangkan cengkraman jarinya di pipi Karin dan matanya mengarah ke Rean. Gerald pun mendekat ke arah mereka.

"Lepasin!" ucap Gerald melotot ke arah Selena.

"Apa? Lo juga mau bela cewek pembawa gosip ini?" jawab Selena tak kalah melotot matanya meski tangannya sudah gemetaran.

"Lo ga lebih dari sekedar cewek pengecut. Menindas orang ga akan buat lo jadi tersanjung!" ucap Gerald pedas.

"Kalau lo ga lepasin Karin, siap-siap aja lo tambah diskors bokap lo sendiri," teriak Rean yang sedang merekam adegan itu.

Selena geram dan semakin emosi dengan apa yang diucapkan Gerald dan Rean untuknya. Ia pun membanting wajah Karin dengan kasar.

"Masalah kita belum selesai!" ucap Selena seraya pergi sambil menabrakkan bahunya ke badan Karin, dan diikuti oleh Fiza dan Winda.

Gerald langsung menarik tangan Karin dan membawanya ke rooftop sekolah. Rean dan Gadis yang melihat itu pun membiarkan mereka.

"Muka lo masih sakit?" ucap Gerald sambil mengusap lembut pipi Karin.

Karin hanya menggelengkan kepala lalu menjatuhkan kepalanya ke bahu Gerald di depannya. Ia pun menangis terisak-isak di bahu Gerald yang bidang. Gerald hanya membeku berdiri tegap. Tangan mereka menjuntai ke bawah. Hanya kepala Karin dan bahu Gerald yang berbicara.

🌃

Rean tersenyum puas, karena rencananya mempermalukan Selena berhasil. Meski Karin menjadi korban Selena lagi, tapi setidaknya Karin akan tenang seminggu ke depan karena Selena masih diskors. Lalu, Rean mengirim pesan kepada Gerald.

Rean
Rald, sebaiknya lo pulang sekolah anterin Karin sekalian, setelah itu lo bisa ke rumah gue. Rumah gue gak jauh kok dari rumah Karin.

Gerald pun membaca pesan dari Rean ketika kepala Karin masih terjatuh di bahunya.

"Rin, lo nanti pulang bareng gue ya," ucap Gerald pelan namun penuh perhatian.

Lalu, kepala Karin terangkat dan matanya menjadi sembab dan merah. Gerald pun merogoh saku kemejanya dan mengambil sapu tangan lalu ia mengusap pipi Karin yang basah dengan sapu tangan itu. Karin pun tersenyum ketika Gerald mengelap air matanya.

"Maafin gue Rald soal kemarin."

"Iya gue ngerti, mungkin belum saatnya gue tau tentang lo dan masa lalu lo," ucap Gerald yang tersenyum senang.

Mereka pun kembali ke kelas dengan mencuri perhatian semua orang yang lewat. Termasuk Seila, matanya terus memicing memperhatikan mereka dari jauh.

Setelah sampai di kelas, rupaya sudah ada Pak Icung yang siap memberikan materi kali ini.

"Kalian darimana saja? Kenapa baru masuk?"

History Influence [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang