"Jadi, apa kamu mau menerima aku yang tidak akan pernah bisa melupakan Reza, Rald?" tanya Karin dengan mata berkaca-kaca. Secara tidak sadar percakapan mereka menjadi aku-kamu, bukan gue-elo lagi.
"Aku paham, karena aku pernah merasa kehilangan. Aku tidak peduli masa lalu kamu. Malam ini hingga malam-malam selanjutnya aku hanya ingin kita bisa sama-sama bangkit dari masa lalu."
Gadis dan yang lainnya masih diam-diam memantau mereka. Mereka sampai ikut terharu dengan Karin. Lalu, Gadis pun memprovokasi lagi teman-temannya untuk membujuk Karin supaya jangan menghiraukan masa lalu itu lagi.
"Move on, Rin!"
"Teeeriiima, teeeriima!"
Gerald pun memberi isyarat kepada Karin perihal jawaban Karin yang akan diberikan kepadanya. Tak lama, Karin pun mengangguk mantap. Gerald refleks memeluk Karin.
"Cieeee!"
"Iiii Gerald, malu tau!" ucap Karin yang ingin melepaskan pelukan Gerald. Tetapi, Gerald pura-pura tidak mendengar.
"Cieee yang jadian, huhuyyy!"
Rean yang sedang tidur daritadi rupanya merasa terganggu lagi. Ia pun berteriak, "berisik woy, ganggu orang terus!"
Gadis merasa kesal kepada Rean. Akhirnya, ia pun mendatangi tenda Rean dan membentaknya, "Rean! Lo kenapa sih?"
"G!" jawab Rean singkat tak kalah membentak Gadis. Sebenarnya, sikap Rean kali menjadi seperti anak kecil yang marah. Padahal, ia sendiri yang membuat ulah dengan ucapannya pada Gerry tadi.
"Lo cemburu kan? Yaudah, lo jadian aja sama Karin, kita putus!" teriak Gadis memancing Rean supaya keluar. Rean pun langsung terbangun dan keluar dari tenda menyusul Gadis. Rean sangat tidak ingin putus dengan Gadis. Akhirnya, ia pun terpaksa menceritakan kepada Gadis alasan dirinya menjadi seperti itu.
"Sinting, lo!" teriak Gadis lalu pergi meninggalkan Rean. Gadis tidak percaya dengan apa yang diucapkan Rean kepadanya. Ia pun terus kepikiran dengan ucapan Rean yang mungkin ada benarnya.
Malam pun semakin larut. Akhirnya, mereka memasuki tenda hendak tidur. Malam yang sangat indah bagi Karin dan Gerald. Tetapi, ini malam yang buruk bagi Rean. Apakah Rean cemburu pada Gerald? Ataukah ia ada maksud tertentu dengan Gerald atau Gerry?
🌃
Keesokan harinya, mereka pun siap-siap untuk pulang. Rean masih saja bersikap acuh tak acuh. Semua orang menjadi tidak enak dengan sikap Rean yang seperti itu. Sepanjang perjalanan, mereka hanya diam. Tidak ada lagi Rean yang usil dan banyak bicara.
Setelah sampai rumah. Karin langsung mendatangi rumah Rean. Dan langsung marah-marah kepada Rean.
"Rin! Gue curiga sama Gerald!" ucap Rean. Karin pun membentak Rean.
"Maksud lo apa sih? Dulu lo yang paling ngedukung hubungan gue, sekarang malah lo yang paling nentang, kenapa? Lo gak suka?"
Rean mendekat pada Karin. Ia lalu, berkata serius, "Gerry, Rin. Lo gak liat ada tiga bekas jahitan luka di deket bibirnya. Lo gak curiga, Rin?"
"Ngaco, loh!" ucap Karin lemah dan langsung meninggalkan Rean.
"Percaya sama gue, Rin!" teriak Rean dengan emosi. Otak Karin kacau. Ucapan Rean sangat mengganggu pikirannya. Karin tidak bisa berpikiran jernih. Ia pun langsung mengajak Gerald bertemu besok malam di sebuah cafe coffee.
🌃
Malam pun tiba. Kini, Karin sedang menunggu kedatangan Gerald. Perasaan gelisah dan resah kembali menghantuinya. Bagaimana jika dugaan dan kecurigaan Rean selama ini benar? Sungguh, Karin tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Tak lama, yang ditunggu-tunggu pun datang. Gerald tersenyum manis pada Karin. Tapi, Karin hanya membalas dengan wajah datar. Gerald kebingungan dengan sikap Karin. Ia pun langsung bertanya maksud Karin mengajaknya bertemu malam-malam untuk membicarakan hal penting apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
History Influence [Terbit]
Novela JuvenilOPEN PO 27 NOV-18 DES 2021 Tentang Karin yang menyukai Gerald, kembaran Gerry, cowok yang diduga menjadi penyebab kematian pacarnya karena ia sering melukai dan menganggap dirinya sudah meninggal sejak kecelakaan maut yang menimpanya dulu. Apakah Ka...