C22 - Cerita dari masa lalu

599 63 26
                                    


UDAH FOLLOW mousvra BELUM?
.
.

AWAS BAPER!!!
.

SPAM KOMEN TIAP PARAGRAF SERU TUH!
.
.

Mereka langsung bertanya-tanya kenapa Rean bisa sampai menaruh hati pada Selena, perempuan yang kemarin-kemarin ia benci setengah mati lalu ia merasa iba setelah mengetahui masa lalunya.

"Yaelah, siapa yang gak bakal suka sama Selena coba, apalagi dulu kita kan sahabatan," jawab Rean yang terpaksa mengakui perasaannya yang sudah basi. Gadis langsung tertunduk lesu dan menjadi tidak mood.

"Okey, giliran gue ya," ucap Rean dan matanya seperti mencari target. Ia melihat Gerry yang tertawa sedikit-sedikit. Lalu, ia menunjuk Gerry untuk lebih mengakrabkan diri dan lebih mencairkan kecanggungan Gerry dengan alasan terselubung lain.

"Gue pengen lo jujur, ya!" ucap Rean tanpa memberi kesempatan Gerry untuk memilih. Tapi, Gerry langsung setuju begitu saja dan menganggukkan kepalanya. Di sisi lain, Gerald tampak cemas karena takut pertanyaan Rean akan membuka luka lama Gerry.

Rean ternyata terlalu penasaran dan tidak sabar untuk mengetahui masa lalu Gerry, apalagi terkait kecelakaan itu. Ia merasa ada sesuatu yang ganjal. Kini, Gerry tampak menjadi risau dan wajahnya memucat.

"Dosa terbesar lo apa, Ry?" tanya Rean to the point. Gerald langsung membentak Rean.

"Rean! Lo apaan sih?"

"Gue kan pengen nanya doang, sans aja kali palingan cowok ya gitu, ngerti kali lo, hahaha," jawab Rean yang menutupi niatnya dengan candaan. Arga dan Dimas yang otaknya sedikit menyimpang langsung tertawa karena mengerti apa yang dimaksud Rean. Berbeda dengan yang lainnya yang hanya diam dan suasana menjadi tegang. Tiba-tiba Gerry membuka suara sambil menunduk.

"Mabuk, terus kecelakaan karena nabrak orang sampai meninggal!" ucap Gerry lalu langsung pergi meninggalkan mereka. Gerry pun pulang ke kamarnya disusul oleh Gerald.

"Hati-hati, An kalau ngomong!" teriak Gerald sambil menunjuk Rean lalu berlari kecil menyusul Gerry.

"Emang gue salah apa?" tanya Rean pura-pura tidak mengerti.

"Gerald!" teriak Karin yang langsung berdiri tetapi urung untuk menyusul mereka.

Satu jam sudah berlalu, mereka sudah tidur di dalam tenda dengan perasaan bersalah. Berbeda dengan Rean yang merasa pertanyaan di kepalanya sedikit terjawab meski harus menyinggung Gerry dan Gerald. Entah mengapa Rean menjadi seperti ini.

Lain dengan Karin, kini ia masih berada di depan api unggun menunggu kedatangan Gerald. Ia yakin Gerald pasti akan kembali. Ia tidak peduli kini ia sendirian dengan dinginnya malam. Karena ia menyukai suasana malam. Baginya itu menenangkan, meski malam ini sedikit resah dengan ucapan Rean yang menyinggung pasangan kembar itu.

Ternyata benar, tak lama Gerald pun datang. Karin yang sedang menunduk dan memainkan kayu bakar pada api unggun pun mendongak menyambut kedatangan Gerald dengan senyum lebar.

"Gerald!" ucap Karin sambil bangkit dari duduknya. Gerald hanya tersenyum kaku. Mereka pun duduk lagi menghadap api unggun yang hampir habis.

Lalu, Gerald menceritakan kondisi kakaknya saat ini. Ternyata Gerry baik-baik saja. Ia tidak tersinggung. Hanya saja perasaan Gerry tiba-tiba menjadi sedih dan rasa bersalah itu kembali menghantuinya. Oleh karena itu, ia memilih untuk kembali ke kamarnya saja. Dan, Gerald pun kini sudah memaafkan Rean.

History Influence [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang