Ost part ini |I LIKE YOU SO MUCH, YOU'LL KNOW IT
Kalian harus denger ya!!
⚫⚫⚫
KEMARIN sore, aku dan Mas Jul resmi pindah ke rumah baru. Lokasinya cukup dekat dengan rumah nenek kok kalau gak macet. Rumahnya terbilang jauh lebih kecil di banding rumah nenek, yalah kalau di bandingin beda jauh banget. Rumah nenek itu kan mansion mewah yang jarang di miliki orang dari kalangan biasa. Kaum rebahan mana mampu beli.
Saat ku tanya alasan Mas Jul memilih bangunan rumah yang tergolong lebih mini, jawabannya begini:
"Saya gak suka yang gede-gede."
Aku jadi ambigu. Tapi ya begitulah suamiku, dia menjawab sangat singkat padat merayap sehingga orang yang dengar bisa salah paham atau bertanya-tanya dalam hati 'Nih orang ngomong apa sih?'
Tapi yasudah, aku sih iyain aja, daripada jadi perdebatan lagi kan. Entar gak selesai-selesai sampai tahun depan. Kalo aku dan Mas Jul udah berdebat bisa ngalahin debat capres loh. Pak Jokowi sama Pak Prabowo lewat.
Karena kami nyampe ke sininya malem, jadinya aku dan Mas Jul belum sempat berberes barang-barang. Oh ya, Mas Jul melarangku membawa banyak baju, katanya nanti dia belikan yang baru yang lebih pantes.
"Baju kamu kuno semua, sama sekali bukan style seorang istri dokter."
Gapapa, gapapa. Sabar. Soalnya yang dia bilang benar kok.
Bajuku dah lusuh semua, sebagian besar yang aku pake itu baju bekas dari Lyodra, kadang udah ada yang kekecilan tapi masih aku pake juga, sayang kan daripada beli baru, mending uangnya aku tabung. Jadilah aku cuma bawa satu tas baju buat di pake.
"MIMIN! KAYAKNYA KLOSET DI KAMAR MANDI MASIH ADA KERAK DEH, COBA BERSIHIN DULU SANA!"
Ya, dan di sinilah ceritaku yang sesungguhnya baru di mulai.
Padahal ini masih pagi, tapi dia udah koar-koar nyuruh aku bersihin kloset. Heran, perasaan udah aku bersihin tadi malam, memangnya rumah ini tuh berapa lama gak di tinggalin sih sampai segitu kotornya? Jangan bilang ini rumah yang dulu di beliin buat calon istrinya lagi? Kalau aku jadi calonnya dia sih wajar-wajar aja kabur di hari H daripada harus kawin sama pria macam Mas Jul yang mulutnya itu loh minta di ulek.
Dia bilang pernikahan kami itu hanya sebatas simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan bukan? HAHHAHA!
mau tanya dong, aku untung di sebelah mananya ya? Yang ada semuanya menguntungkan dia.
"Jasmine, ini kayaknya masih berdebu, lap ulang." Ck, bukannya bantuin aku beberes, dia malah pake sarung tangan kayak yang buat di pake di rumah sakit itu, terus dia ke sana kemari nyentuh barang, kolong meja, lukisan dan segala benda lainnya, memastikan ada debu atau enggak.
"Tapi Mas tadi Jasmine udah lap loh."
Aku juga capek kali bersihin rumah ini sendirian sedangkan dia gak ada kontribusinya sama sekali."Masih berdebu, cek lagi makanya. Mata kamu kemana sih Min?" sinisnya lalu mengusap meja kaca yang ada di di dalam kamar. "Kamu bisa lihat? Sarung tangan saya jadi hitam, itu artinya masih ada debu yang menempel."
Ucapnya sambil mengangkat jarinya di depan wajahku."Ya Mas, iya." aku menurut lalu mengikuti perintahnya, tapi dalam hati aku gedeg bukan main. Sekalian aja tangannya yang nempel di situ aku lap pake kanebo. Biarin aja dia mau marah.
"Jasmine! Kamu pikir tangan saya itu kotoran apa hah?!"
Aku menyengir puas. "Maaf Mas, saya kira debu tadi hehhe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Simbiosis Agreement
General Fiction[Story 11] Aku pikir menikah itu sesuatu yang sakral yang harus dihargai sebisa mungkin, aku pikir itu yang semua orang pikirkan tentang pernikahan. Hingga akhirnya pria berwajah kaku tanpa ekspresi itu muncul menghancurkan stigma tentang pernikahan...