Ost|Same-Cek multimedia
Ya menurut Mas?
Koment dong siapa yang paling nyesek di part kemarin;
Jasmine?
Joel?
Ato kalian?
⚫⚫⚫
SEPANJANG perjalanan menuju rumah, aku hanya bisa terduduk sedih di atas motor Jo.Meski singkat, tapi tatapan mata Mas Jul itu masih sangat membekas tanpa ada yang terlewat sekalipun.
Percayalah, saat kami saling pandang mata tadi, aku merasa sangat sesak di dada. Di bilang asma juga bukan karena aku gak punya riwayat penyakit asma. Lalu, kenapa dia hanya diam seperti orang bodoh saat melihat istrinya di bawa pulang oleh lelaki lain?
Harusnya ada adegan di mana dia mengejarku dengan mobilnya itu lalu meblokade motor Joshua seperti yang di drama-drama gitu. Tapi lihat? Aku menoleh ke belakang tapi sama sekali tak bisa menemukan di mana mobilnya. Yang ada justru mobil ambulance. Payah nih.
Aku yang jahat atau dia yang terlalu gak berperasaan sih?
"Jo, sampai sini aja. Nanti aku lanjut naik angkot." aku tepuk pundak Joshua, mumpung kami baru berhenti di lampu merah, bukannya aku gak mau di anter sampai rumah, cuma ya emang rasanya tuh kayak ada yang ngeganjel di dalam hatiku tuh loh.
Semacam ada yang ketinggalan. Ibaratnya masakan lupa di kasih micin. Kurang gurih.
Sebelum Joshua menolak atau justru menahanku untuk terus diam duduk di atas motornya, aku buru-buru turun lalu melepaskan gitar dan jaketnya dari pinggangku.
"Jo, makasih ya kamu udah mau nganterin aku. Tapi maaf, aku gak bisa pulang sampai rumah sama kamu."
Ku ulurkan tanganku padanya. "Bisa minta kalung aku gak?"
Aku tak bisa melihat dengan jelas bagaimana ekspresi wajah Joshua saat ini karena tertutup helm fullface-nya. Namun dia segera mengambil kalungku dari kantong celananya.
"Jaga baik-baik, jangan sampai hilang lagi." nasihatnya. " Jangan sampai sesuatu yang berharga jadi milik orang lain."
Aku tersenyum sumringah lalu berlari ke arah angkot yang juga berhenti di lampu merah. Untung aja.
Ku lambaikan tanganku dari jendela angkot pada Joshua, sebelum akhirnya dia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, sampai-sampai berapa mobil yang ia lewati mengklaksonnya secara beruntun.
Di dalam angkot, aku memandangi cincin nikahku dan Mas Jul yang aku taruh di telapak tanganku.
Bisa-bisanya aku menghilangkan benda berharga seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simbiosis Agreement
Ficción General[Story 11] Aku pikir menikah itu sesuatu yang sakral yang harus dihargai sebisa mungkin, aku pikir itu yang semua orang pikirkan tentang pernikahan. Hingga akhirnya pria berwajah kaku tanpa ekspresi itu muncul menghancurkan stigma tentang pernikahan...