⭕ Ada Apa Dengan Masnya?

112K 13.8K 2.8K
                                    

Ost part ini |BEN-I CAN'T GO
Putar mulmednya yaa :)

Ost part ini |BEN-I CAN'T GO Putar mulmednya yaa :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚫⚫⚫

      KEJAM. satu kata yang sangat pantas aku sematkan pada Mas Jul.

Hatiku entah kenapa jadi sangat terluka mendengar dia mengatakan hal tadi.

"Yasudah, kalau kamu gak kuat dengan suami seperti saya, pergi aja."

Jahat banget. Walaupun aku gak ada perasaan apapun ke dia, tapi setidaknya seorang suami gak sepantasnya mengatakan hal itu ke istrinya.

Terus apa tadi katanya? Dia bilang jika aku membencinya itu lebih baik?

Hah! Tanpa dia minta aku membencinya pun, aku jauh lebih dulu sudah membencinya! Sangat.

Aku duduk di teras depan sambil mengingat kejadian tadi. Aku lihat lagi jariku yang lecet karena cincinnya dia tarik paksa. Lepas baik-baik kan bisa. Iya, aku tau aku yang salah karena kelewat lancang memakai cincin punya mantan calon istrinya, tapi kan sekarang aku yang jadi istrinya loh, jadi kenapa harus dia sangat marah dan berlaku kasar padaku?

Andai saja aku bisa mengadu pada ibu sekarang.

Tapi ibu bahkan gak tau kalau anak gadisnya ini sudah menikah. Menyedihkan.

Oh ya, ngomong-ngomong ini cincin nikahku kemana ya?kok gak ada? Habis aku lepas tadi di ruangan Mas Jul, perasaan masih sempat aku ambil kok, tapi mungkin jatuh karena aku buru-buru. Sehabis di bentak Mas Jul seperti tadi, aku langsung keluar sambil lari dari ruangan dia. Ah biarin aja, aku bodo amat dengan cincin itu. Toh cincin itu hanyalah sebuah benda simbolis tanpa makna sama sekali. Hilang pun gak masalah.

Iya, biarin aja hilang.

Lalu beberapa menit kemudian...

"Duh, cincin itu kemana ya?"
Udah aku cari di dapur, di kamar mandi bahkan di kolong meja juga gak ada.

Ahh, apa jatuh di bawah kolong sofa ya?

Aku kemudian menurunkan tubuhku mengambil posisi tengkurap untuk bisa mengintip ke dalam celah kolong sofa.

Aku menjulurkan tangan untuk meraba-raba kolong, namun bukan cincin yang aku dapatkan tapi malah sarang laba-laba.

Payah, aku bilang cincin itu gak penting sama sekali. Nyatanya aku masih nyari juga. Bukannya karena aku peduli dari hati pada cincin nikah itu, hanya aja, cincin itu bukan cincin dengan harga murah. Kan lumayan bisa aku gadein suatu hari kalo lagi kepepet.

Simbiosis Agreement Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang