Ost|TANGGA-CINTA BEGINI
... Aku bisa terima meski harus terluka, karena ku terlalu mengenal hatimu
Aku telah merasa, dari awal pertama
Kau tak'kan bisa lama berpaling darinyaKembalilah pada dirinya,biarku yang mengalah...
EMPAT hari berlalu, namun nyatanya tak sekalipun Mas Jul mengabari tentang keberadaannya. Empat hari itu juga aku tetap menjalani hari seperti biasa. Pergi ke sekolah, membersihkan rumah, memberi makan Jomin, berbicara dengan ikan cupang, semua ku lakukan. Mencari kesibukan padat berharap rasa sepi karena di tinggal Mas Jul itu perlahan membuatku terbiasa.
Hahaha, bodoh ya aku? Sudah jelas tau kalau Mas Jul itu hanya memiliki satu nama perempuan di hatinya, tapi aku masih aja berharap lebih hanya karena di ajak tidur bareng dan di perlakukan sedikit manis olehnya. Membuatku jadi GR dan mulai berangan jauh hidup bersamanya layaknya suami istri yang seharusnya.
Kata orang, yang spesial akan kalah dengan yang selalu ada.
Tapi untuk kasusku, sepertinya justru yang selalu ada yang akan kalah dengan yang spesial.
Aku ada di dekatnya tiap hari, tapi lihat? Hanya karena alarm peringatan ulang tahun Mbak Jihan, dia langsung pergi meninggalkanku.
Untuk sekarang, aku mencoba berpikir positif. Tapi mau positif gimana coba? Gimana bisa ada istri yang masih bisa mikir positif saat suaminya pergi ngilang gak ada kabar.
Sedangkan Mas Jul itu perginya keliatan buru-buru banget kayak ngelupain sesuatu yang penting.
Hari saat dia tak kunjung pulang, aku janji itu adalah hari di mana pertama dan terakhir kalinya aku membuang air mataku cuma-cuma untuknya. Tak'kan ada hari kedua lagi untuk aku menangisinya. Mauku sih begitu.
"Semangat Jasmine!"
Aku mengepalkan tangan lalu menguncir tinggi rambutku. Dengan kaos hitam polos yang kebesaran serta celana jeans berwarna biru dongker yang cukup usang, aku mengambil tasku lalu pamit pada Jomin yang sejak tadi mengeong di kakiku."Jomin, Jasmine pergi dulu ya. Kamu yang baik di rumah sampai Papa kamu pulang. Okey?"
Aku mengajak ngobrol Jomin sebelum pergi. Tak lupa aku memberinya makan sebelumnya.Meongg...
"Iya gak akan lama kok, kalau Jomin laper, ambil aja ikan asin yang di meja, tudung sajinya sengaja gak Jasmine tutup kok buat Jomin."
Miawwww...
"Apa lagi Jomin?"
Jomin terus mengeong seolah tak ingin aku pergi meninggalkannya. Melihat itu, aku ikut tak tega. Aku menunduk lalu mengelusnya cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simbiosis Agreement
Ficción General[Story 11] Aku pikir menikah itu sesuatu yang sakral yang harus dihargai sebisa mungkin, aku pikir itu yang semua orang pikirkan tentang pernikahan. Hingga akhirnya pria berwajah kaku tanpa ekspresi itu muncul menghancurkan stigma tentang pernikahan...