Warung Sate Mang Pri 2

484 22 2
                                    

Raja menyelesaikan makannya terlebih dahulu. Sedangkan Kanya yang terlebih dahulu makan masih belum selesai, karena Kanya menambah satu porsi lagi. Sungguh Raja yang melihat Kanya menambah satu porsi sate lagi hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Kamu sudah selasai" ucap Raja setelah menghabiskan minumannya.

"Belum masih tinggal satu tusuk lagi, ini yang terakhir" jawab Kanya sambil memegang satenya yang terakhir dan kemudian Kanya memakannya. Kanya tidak peduli dengan pemikiran Raja saat ini yang melihat dirinya makan sebanyak itu. Tidak ada kata jaim bagi Kanya dalam hal makanan itu prinsipnya.

"Saya tidak menyangka kamu akan makan sebanyak ini"

"Saya butuh tenaga"

"Tenaga maksudnya"

"Tenaga buat luapin semua emosi saya sama bapak, sekarang bapak bisa lanjutkan omongan bapak" sahut Kanya setelah mengelap mulutnya dengan tisu.

"Aneh" jawab Raja.

Kanya yang mendengar itu tidak memperdulikannya.

"Bapak mau lanjutin nggak , kalau nggak saya mau pulang" tanya Kanya lagi.

"Tunggu sebentar, saya masih ingin berbicara denganmu"

"Oke" 

~○○~

"Saat ini saya masih mencari tahu alasan Rena kembali"

"Mau cari sampai kapan pak, bapak dapet alamat saya, bapak dapet nomer telfon saya dengan mudah, tapi kenapa urusan seperti ini bapak nggak bisa" kini Kanya sudah siap meluapkan emosinya yang sedari tadi dia tahan.

"Entahlah, saya merasa sedikit kesulitan" Ucap Raja sambil menatap gelas yang sedari tadi dia mainkan.

"Hehh" Kanya tertawa sinis. "Gini biar saya perjelas, sebenarnya bapak mudah melakukan ini dengan kekuasaan yang bapak miliki saya rasa itu tidak sulit, bapak bisakan memerintahkan anak buah bapak untuk mendapatkan informasi tentang nenek sihir itu dan saya rasa tidak butuh waktu lama" Kanya mengehentikan ucapannya sebentar dan melihat Raja.

"Tapi disini yang tidak ingin mencari sebenarnya adalah bapak. Bapak masih belum siap untuk megetahui kebenarannya" lanjut Kanya lagi dan ada penekanan disetiap kata-katanya.

Raja yang mendengar pernyataan Kanya merasa tersentil hatinya. Karena apa yang diucapkan Kanya memang benar. Raja masih belum siap menerima pengkhianatan untuk kedua kalinya.

"Mungkin apa yang kamu katakan memang benar, kenyataannya adalah saya masih belum siap"

"Hahhaaha" kali ini Kanya tertawa.

"Bapak lucu ya, bapak belum siap terima kenyataan, tapi bapak siap ngorbanin saya. Itu namanya bapak Egois" . Sungguh Kanya tidak habis pikir ada orang seegois Raja.

"Saya memang egois Kanya, tapi saya tidak bisa berhenti sekarang dan kamu juga tidak ada pilihan lain" Kali ini Raja menatap Kanya.

"Bapak sadar nggak sih, saya ini bukan siapa-siapa bapak, saya bukan teman bapak, saya bukan sauadara bapak, saya bukan adik bapak, bahkan saya bukan kekasih bapak, saya nggak punya ikatan apa-apa dengan bapak, tapi bapak melibatkan saya dalam masalah bapak. Bapak Raja yang terhormat saya disini punya kehidupan sendiri"

"Kamu kekasih saya"

"Pura-pura pak, pura-pura saya harap bapak tidak lupa itu"

"Apa kamu mengaharapkan saya menjadi kekasih kamu sebenarnya" goda Raja, ntahlah saat ini dia ingin menggoda Kanya.

"Saya masih waras buat jadi kekasih bapak"

"Hahahahaha" Raja tidak bisa menahan tawanya.

"Bisa-bisanya bapak bercanda" ucap Kanya kesal.

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang