5 | f i v e

267 50 23
                                    

Heejin menimang-nimang keputusannya. sejujurnya ia sangat bingung, lebih baik menebeng dengan Jeno atau menunggu bus sampai—ah entahlah, bahkan Heejin tidak tau jam berapa bus itu akan lewat.

namun di sisi lain, ia belum terlalu percaya dengan sosok cowok bernama Jeno ini. bagaimana bisa percaya, kenal saja tidak. bahkan mereka berdua dipertemukan dalam keadaan tidak elit, 'tidak sengaja tertabrak'. tambah lagi pertemuan keduanya membuat dirinya memberi kesan buruk kepada sosok Jeno. sekarang otaknya berasumsi, mungkin saja nanti Heejin tidak diantar pulang tapi—GA! Heejin membuang jauh-jauh pikirannya itu.

"terserah kalo ga mau." final Jeno yang merasa tidak mendapati jawaban dari Heejin. ia sudah memakai helm nya, berancang-ancang akan pergi meninggalkan area kampus.

"eh! y-yaudah deh gue ikut!" kata-kata Heejin barusan menghentikan niat Jeno yang tadinya sudah ingin menancap gas.

"naik."

akhirnya Heejin memantapi keputusannya setelah sebelumnya berdoa agar Jeno tidak melakukan hal aneh-aneh kepadanya. ia menaiki motor ninja Jeno, agak sedikit kesusahan karena jok belakang nya lumayan tinggi.

"pegang pundak gue." titah Jeno yang mengetahui sepertinya Heejin kesusahan untuk naik.

Heejin mau tidak mau memegang pundak Jeno sebagai tumpuannya agar tidak jatuh. terpaksa harus menghilangkan rasa gengsi nya terhadap Jeno daripada nanti ia harus menahan malu karena terjatuh saat menaiki motornya.

[•]

"thanks ya." ucap Heejin canggung setelah turun dari motor Jeno. saat ini ia sudah berada di depan parkiran apartment nya dengan selamat. ia jadi menyesal sudah berfikir aneh-aneh kepada Jeno tadi.

Jeno hanya membalasnya dengan deheman saja. setelah nya bersiap akan menancapkan gas motornya kembali menuju rumah nya. ia tak ingin berlama-lama, karena hari sudah semakin gelap. akhirnya Jeno meninggalkan Heejin yang masih terpaku berdiri didepan parkiran apartemen.

"cih, curiga gue tuh cowok bukan manusia kali ye? masa bisu gitu?" gumam Heejin, sebab sedari tadi saat diperjalanan hingga sekarang Jeno tidak mengatakan sepatah kata apapun kepadanya.

[•]

Heejin memasuki unit apartemen nya. ia harus segera membersihkan dirinya lalu setelahnya mengerjakan tugas-tugas yang lumayan menumpuk untuk hari ke-2 ospek nya itu.

ah sepertinya malam ini Heejin tidak akan sempat merapihkan apartemen nya dikarenakan tugas nya itu. ia merutuk, salahkan saja Minju karena kemarin dengan tega mengotori ruang tamu nya dengan sampah makanan ringan yang berserakan.

Heejin membuka pintu kamarnya. menggantung slingbag nya di tempat gantungan tas. lalu menyepol rambutnya dengan jedai, bersiap untuk mandi.

sekilas sesaat dirinya mengaca, ia baru sadar akan sesuatu. HEEJIN LUPA! ia masih mengenakan hoodie putih milik Jeno.
sial, salahkan penyakit flu yang tiba-tiba saja menyerang nya saat dijalan tadi. heran padahal sebelumnya ia baik-baik saja.

Jeno meminjamkan hoodie nya kepada Heejin sebab selama perjalanan ia mendengar Heejin bersin-bersin. jika kalian pikir Jeno melakukannya romantis seperti di drama korea dengan kata-kata lembut dan raut wajah khawatir? itu nihil.

bahkan Jeno saja terlihat seperti tak ikhlas meminjamkan hoodienya. benar-benar bukan tipe Heejin.

[•]

He's JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang