6 | s i x

255 47 9
                                    

Author POV

Heejin menuruni motor Jeno, lalu menunggu Jeno memarkirkan motornya.
kini mereka sudah berada di apartemen Heejin. oh ya, jangan tanyakan reaksi Heejin pada saat Jeno menyetujui tawarannya.

kaget bukan main. Heejin pikir Jeno akan menolak nya, secara Jeno anaknya cuek juga kelihatannya tidak ingin berurusan dengan cewek.

tak ingin berlama-lama, karena tujuan Jeno ke apartemen Heejin hanya untuk diobati. mereka langsung menuju unit apartemen Heejin yang terletak di lantai 1. apartemen Heejin sebenarnya tidak terlalu besar, kira-kira cuma terdapat 5 lantai di dalamnya. lebih mirip rumah rusun sih tepatnya.

Heejin membuka kunci pintu apartemen nya. mempersilahkan Jeno untuk masuk dan menunggu di ruang tamu nya, sementara Heejin mengambil kotak P3K di dalam kamar.

keduanya melewati ruang tamu, dan rasanya Heejin ingin mengumpat sekarang. ck, ingat kan? tadi malam Heejin tidak sempat merapihkan ruang tamu nya dari sampah makanan ringan yang berserakan.

Heejin harus menahan malu nya di depan Jeno. Jeno sudah melihat pemandangan ruang tamu nya yang berantakan itu. entah sekarang apa yang Jeno pikirkan. mungkin saja ia berasumsi kalo Heejin cewek pemalas? tukang ngemil? atau—ancur sudah reputasi Heejin.

Heejin segera memunguti sampah nya satu persatu, lalu laki-laki yang berada di sofa itu menyahut,

"ruang tamu lu enak juga." sindir Jeno sambil menahan tawanya.

"ish anjir, ga usah nyindir gue." ketus Heejin.

sedangkan Jeno hanya mengangguk-angguk saja, mengiyakan jawaban Heejin. Jeno duduk anteng di sofa ruang tamu seraya sesekali memegangi luka di ujung bibirnya.

Heejin keluar dari kamarnya, menenteng kotak P3K. ia memang menyimpan beberapa obat-obatan seperti P3K, mengingat dulu Daniel sering mampir ke apartemen Heejin dalam keadaan babak belur karena berantem dengan temannya.

Heejin segera menghampiri Jeno di ruang tamu—yang asik senderan di sofa seperti yang punya rumah.

"dibersihin dulu." ucap Heejin seraya menuangkan alkohol antiseptik ke kapas yang ia pegang.

Heejin membersihkan luka darah di ujung bibir Jeno. posisi mereka duduk bersebelahan di sofa. meskipun begitu, keduanya agak sedikit menjaga jarak, baik Heejin ataupun Jeno.

setelah dibersihkan, Heejin menuangkan obat merah di cuttonbud. lalu mengoleskannya pada ujung bibir Jeno. tidak jarang Jeno meringis saat obat merah itu terolesi di sudut bibirnya. membuat Heejin agak kesusahan karena Jeno tidak bisa diam.

"kesinian dikit ih, susah ni ngobatinnya." celetuk Heejin.

Jeno diam beberapa saat, entah sedang berpikir apa. namun setelahnya, posisi duduknya agak maju, membuat jarak mereka berdua lumayan dekat.

setelah selesai dengan luka di ujung bibirnya, Heejin mengkompres lebam di dagu dan dahi Jeno menggunakan es batu. tak butuh lama dan akhirnya selesai.

"udah." final Heejin lalu setelah nya menaruh kotak P3K di kamar dan bekas kompresan es batu nya di dapur.

"makasih, gue mau balik." kata Jeno, lalu menggendong tas kuliahnya, bersiap ingin pulang.

"Jen," panggil Heejin sebelum Jeno pergi keluar pintu. membuat langkah Jeno berhenti dan menoleh kebelakang. menaikkan satu alisnya mengisyaratkan, ada apa Heejin memanggil nya.

"anu, itu lo bisa babak belur kenapa?" tanya Heejin akhirnya. tidak mungkin gadis itu tidak kepo dengan Jeno yang tiba-tiba datang dengan wajah biru-biru seperti itu.

He's JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang