PART 32 : MEMUTAR

5.8K 1K 322
                                    

Hai, semoga kalian masih setia menunggu kelanjutan cerita Gemaya :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, semoga kalian masih setia menunggu kelanjutan cerita Gemaya :')

Hai, semoga kalian masih setia menunggu kelanjutan cerita Gemaya :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Cariin judul berakhiran 'ar' )

***

Dewangga mengerjap-ngerjap. Jantungnya berdegup kencang. Masih dengan posisi yang sama, Dewangga merasa sesak begitu mendapati Gembulan juga berbalik menatapnya. Dua pasang mata yang sedang bertatapan itu saling menilai satu sama lain.

"Kalian ngapain ngumpet di sini? Lagi ngumpet dari siapa?"

Gembulan yang terkejut segera melepaskan cekalannya dari bahu Dewangga. Hingga membuat laki-laki itu hilang keseimbangan lalu tersungkur ke tanah dengan posisi pantat yang menjadi tempat mendarat.

"Buahahahaa. Mamposs," Marcel terbahak. Bukannya buru-buru maju membantu Dewangga, laki-laki itu bahkan terus terpingkal sembari memegangi perutnya, "muke lo nggak nguatin, Dew!"

Wajah Dewangga memerah. Amarahnya nyaris meledak sebelum tiba-tiba ia melihat sebuah tangan terulur di depannya.

"Hee, maaf, ya." Gembulan tersenyum canggung.

Selama sepersekian detik Dewangga merasa bumi seolah mengerucut. Hanya menyisakan sedikit tempat untuk dirinya dan Gembulan. Senyuman tulus juga bola mata gadis itu yang tak berhenti menatapnya, seketika membuatnya terhipnotis.

Dewangga tertegun untuk waktu yang lama. Tubuhnya mematung. Berulang kali ia meneguk ludah, membasahi kerongkongannya yang seperti dilanda kekeringan.

"Mingkem, Cuy!" Marcel meraup wajah adik tirinya itu lantas menarik tangannya agar segera bangkit.

Dewangga mendengkus kasar. Kesal karena lagi-lagi Marcel mencampuri urusannya. "Lo ngapain, sih, di sini?"

"Lah, hak lo ngelarang gue ke sini apa? Emang tempat ini punya lo? Kagak, kan? Asal gue punya duit buat beli tiket masuk, ya boleh-boleh aja gue main di sini," jawab Marcel ketus.

Sesekali ia menggerutu. Meratapi nasib yang sering mempertemukannya dengan Dewangga di saat suasana hatinya sedang buruk.

"Hah, nggak usah boong lo." Dewangga berdecak. "Lo kan suka ikut campur urusan orang lain, alias..." ucapan Dewangga menggantung. Ia mendekat sembari berbisik, "KEPO!"

GEMAYA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang