Sok-sokan ngasih motivasi, padahal sendirinya punya banyak masalah dan masih belum nemu solusi.Siapa? Aku, kamu, atau kita semua?
Pada dasarnya sifat manusia selalu ingin menyenangkan hati orang lain, hingga tanpa sadar, dirinya sendiri lupa untuk dibahagiakan
(Kalian juga gitu, nggak?)
***
Sekuat tenaga Gembulan menahan tangannya yang terkepal di samping badan. Tidak.. Gembulan tidak boleh memeluk wanita itu. Karir dan nama baiknya sebagai youtuber yang menginpirasi banyak orang, kini sedang diambang kehancuran.
Kalau sampai Gembulan nekad memeluk sang mama, bisa-bisa wanita itu berteriak histeris, mengira ada orang asing yang mencoba mengganggunya.
Oh, tunggu sebentar. Gembulan mendadak urung hingga kakinya mundur beberapa langkah. Masih pantaskah jika Gembulan memanggil wanita itu dengan sebutan Mama?
"Kamu siapa? Kenapa ke luar dari rumah saya?" tanya wanita itu dengan wajah tak bersahabat. Berbeda dengan Papanya yang hanya sekali lihat dan langsung menyadari jika Gembulan adalah putrinya.
"Saya..."
Kalimat yang ingin dilontarkan Gembulan kembali ditelan bulat-bulat. Di balik punggung Mamanya, ia melihat beberapa wartawan tampak saling berbisik. Mulai curiga jika wanita di depan Gembulan adalah target yang sudah dicari selama berhari-hari.
"Lebih baik anda segera masuk sebelum para wartawan datang." Gembulan memperingati.
Bukannya merasa terancam, Renita malah menunjukan wajah menantang. "Kamu siapa ngatur-ngatur saya?"
Cukup. Gembulan tak bisa lagi menahan diri untuk tetap bersabar. Seandainya saja kasus Renita tidak ada kaitan dengan karirnya, mungkin Gembulan akan berpura-pura menutup mata dan bersikap masa bodoh.
Tapi masalahnya sekarang jauh lebih rumit. Sekali saja Mamanya keceplosan atau bahkan sampai memberi pernyataan macam-macam pada wartawan, habislah riwayat Gemaya sebagai sosok youtuber yang dicintai banyak orang.
"Itu wanita yang sama dengan di video!"
Teriakan dari balik punggung Renita sontak membuat wajah Gembulan mengencang. Bolak-balik ia menatap Renita lalu beralih ke arah sekumpulan wartawan yang berlarian menuju posisi Gembulan dan Mamanya berbincang.
"Apaan, sih?" Renita mengibaskan pundaknya yang didorong pelan oleh Gembulan agar segera masuk rumah. Namun rupanya wanita itu salah paham, mengira Gembulan adalah orang asing yang mencoba mengganggunya. "Jangan-jangan kamu punya niat jahat, ya? Habis maling di rumah saya?"
Belum juga Gembulan berhasil membujuk Mamanya agar bergegas masuk rumah, sekumpulan wartawan berlarian menyerbu Renita. Bahkan Gembulan yang bertubuh gempal itu seolah tak terlihat. Bak makhluk tak kasat mata yang hanya dilewati begitu saja.
"Aduh." Gembulan merintih sembari mengusap-usap lengannya.
Beberapa kali kamera yang menjadi alat perang mereka sempat membentur badan Gembulan. Jangankan mengucap kata maaf atau hanya sekedar mengangguk sopan sebagai bentuk penyesalan, meliriknya saja tidak. Keberadaan Gembulan di samping Renita seolah tidak disadari. Seluruh pasang mata dan fokus para wartawan sepenuhnya berporos pada Renita.
"Ma..."
Gembulan kehilangan kata-kata. Tangannya sudah terangkat, ingin menarik Mamanya ke luar dari lautan manusia yang mengerubung dengan suara-suara saling bersahutan. Tapi mendadak ia urung ketika tiba-tiba pintu belakang rumahnya terbuka. Sosok pria berwajah tegas muncul di sana. Ya, papanya. Lagi-lagi pria itu yang menjadi penyelamat dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMAYA (SUDAH TERBIT)
FantasyJADWAL UPDATE MINGGU Namanya Gemaya Gembulan, biasa dipanggil Gemaya. Punya tubuh semampai, dengan tinggi 170 cm dan berat badan 52 kilogram. Sebanyak apa pun ia makan, berat badannya tetap stabil. Terbukti dengan video-video mukbang yang sering d...