PART 38 : TERPENCAR

2.6K 693 80
                                    

Hai, pada kangen aku, ngggak? Atau kangen si Gembul?
Maaf ya aku lama nggak update. Sebenernya kemarin, aku ikutin naskah ini buat lomba.

Tapi....... TETOOOOT...FAILED! wkwkwk

lalu aku coba lagi ikut kompetisi lain, seleksinya beda dari yang kompetisi sebelumnya.

but, im failed again! 

Gimana rasanya? 20% kecewa , 80% gemes. wkwkw. Aku kalau kalah kompetisi gitu, bawaannya greget. Pengen nyoba terus sampe ada yang tembus! Jadi buat kalian yang sering tanya gimana caranya biar naskah diterima penerbit? Ya, coba kirim terus. Nggak ada jalan lain, gaiz.

Semangat, ya! Siapa pun penulisnya, tentu pernah mengalami up and down. Dan masih mengalaminya juga karena kita dan kalian semua masih berproses.

Jangan putus asa dan tetap lakukan yang terbaik!

(aku ingetin part sebelum ini ya: jadi setelah Gemaya sama Rose berantem di panggung gara-gara gaun buatan Rose yang menurut Gemaya norak, tiba-tiba Dewangga menghampiri Rose di belakang panggung. Saat itu Rose lagi sama Marcell dan Hanif. Mereka debat kecil sampai akhirnya Dewangga nyambar gaun itu lagi untuk diberikan ke Gemaya. Karena Dewangga yakin jika dirinya bisa membuat Gemaya tetap tampil di acara Pentas Seni.)

***

"Gue pastiin Gemaya bakal tetep tampil di acara Pekan Seni besok," ucap Dewangga penuh keyakinan. Ia menatap Rose beberapa saat lalu pergi begitu saja, menyambar gaun buatan Rose lalu memasukkannya ke dalam ransel. 

Diam-diam ia bergidik memandang gaun berwarna mencolok itu. "Emang norak, sih, tapi mau gimana lagi?" gumamnya sembari beringsut mencari Gemaya.

Beberapa mahasiwa yang bergerombolan di depan aula, sempat meneriakkan namanya begitu melihat Dewangga melintas. Namun laki-laki itu hanya mengangkat tangan untuk merespon. Tidak berhenti atau bahkan sampai berbalik ke aula demi memberi penjelasan kepada teman-teman satu bandnya, menurutnya tidak perlu.

Dewangga tidak peduli jika orang-orang menganggapnya aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dewangga tidak peduli jika orang-orang menganggapnya aneh. Ini mungkin kali pertama secara terang-terangan ia membela Gemaya. Sungguh ia tidak ambil pusing, sekali pun kini orang-orang mulai berbisik ketika lelaki itu melangkah lebar-lebar menjauhi aula.  

Tampil atau tidaknya Gemaya di acara Pekan Seni besok, tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya. Tapi ia terus beralibi pada hatinya sendiri. Mencoba mengelak perasaan tak biasa yang membuatnya bertindak di luar logika. Ia berusaha memasukkan sugesti lain ke kepalanya; menganggap jika Gemaya batal tampil, imbasnya akan merusak susunan acara Pekan Seni yang sudah dipersiapkan panitia. Dampak berikutnya, mungkin jadwal manggungnya bersama AmbyaRock berubah dari rencana awal. Rundown acara yang sudah dipersiapkan sebelumnya jadi berantakan karena ketidakhadiran salah satu pengisi acara.

"Oke, masuk akal," Dewangga menggumam sendiri sembari manggut-manggut, "gue cuma nggak mau perform gua sama temen-temen band gue jadi kacau. Mana kita yang jadi pengiring musik waktu mahasiswi Tata Busana tampil di catwalk. Gue nggak mau acaranya rusak gara-gara Gemaya mengundurkan diri."

GEMAYA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang