PART 24 : DITAMPAR

5.7K 1.1K 209
                                    

Apa pun yang dilakukan setengah hati dan penuh kepura-puraan, pada akhirnya akan menyiksa dirimu sendiri.

***

Semalam Gembulan sengaja tidak pulang ke tempat kos. Ia memilih menginap di salah satu hotel bintang lima yang letaknya tidak jauh dari kampus.

Niatnya untuk absen kuliah beberapa hari pupus seketika, begitu Rose menghubunginya di pagi-pagi buta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Niatnya untuk absen kuliah beberapa hari pupus seketika, begitu Rose menghubunginya di pagi-pagi buta. 

"Nanti ada fitting baju karya peserta Pekan Seni dan bakal dinilai sama dosen-dosen pilihan kampus. Peserta yang nggak dateng di seleksi ini, bisa kena diskualifikasi dari panitia."

Kalimat tegas dan bernada ancaman itu masih terngiang-ngiang di kepala Gemaya. Ingin bersembunyi di tubuh Gembulan, tapi jelas tidak mungkin.

Karena baju rancangan Rose rencananya akan dipamerkan oleh Gemaya di acara Pekan Seni, mana mungkin muat di tubuh Gembulan?

Itu sebabnya, Gemaya terpaksa melewatkan makam malamnya agar ketika terbangun di pagi hari, ia sudah kembali ke tubuh semula. Dan pagi tadi ia hanya sarapan segelas susu dan selembar roti tanpa selai.

"Sudah sampe, Kak." Pengemudi taksi online yang ditumpangi Gemaya, meliriknya melalui kaca di dalam mobil.

Gemaya masih tertahan di kursi belakang. Enggan beranjak, enggan bertemu teman-temannya, juga enggan mengikuti perkuliahan hari ini.

Khusus hari ini saja, ia ingin diberi dispensasi. Tapi setiap kali berniat ingin kabur, bayang-bayang wajah Rose muncul lagi. Gemaya jadi tak enak hati saat teringat bagaimana perjuangan Rose selama mengerjakan baju yang khusus dirancang untuknya.

Kalo gue nggak dateng, sia-sia dong usaha Rose bikin baju buat gue?

Secuil perasaan bersalah sekaligus iba, menyelinap di hati Gemaya. Perasaan yang biasanya hanya ditunjukkan oleh Gembulan, kini juga melekat pada sosok Gemaya. Secara tidak langsung gadis itu mulai peduli, mulai memikirkan perasaan dan nasib orang lain.

Namun selang beberapa detik, pemikirannya berubah drastis.

Ngapain gue ngerasa nggak enak? Toh, dari awal yang nawarin kan dia. Coba aja kalo gue tolak, mana ada yang mau jadi partnernya di seleksi ini?

Dalam waktu singkat, gadis itu kembali menjadi sosok Gemaya yang keras kepala dan egois.

"Mbak? Saya mau jalan lagi, nih."

Teguran dari kursi depan, membuat Gemaya cepat-cepat beringsut dari kursinya. Belum juga sampai kelas, ia sudah mendapat respon kurang menyenangkan dari seseorang. Walaupun masih dalam batas wajar, tapi ketika sedang tertimpa masalah seperti sekarang, pikiran Gemaya jadi kemana-mana.

Bahkan efeknya, Gemaya jauh lebih tidak percaya diri dibanding saat menjadi Gembulan.

"Eh, liat, deh! Itu yang kemarin gue ceritain ke lo." Suara dari sisi kanan Gemaya itu terdengar sinis.

GEMAYA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang