12 - Poison

134 27 1
                                    

"Kkamjagiya! Ya, Choi Beomgyu!" Yoona mendongakkan kepalanya. Ia menatap pria di sebelahnya sinis. "Sedang apa kau disini? Bukannya dikamar mengerjakan tugas."

"Tugasku sudah selesai." Balas Beomgyu dengan santainya. Gadis di sebelahnya mendelik, "bagaimana bisa?"

Tangan Yoona menyentuh dahinya dan pria di sebelahnya. "Sama saja, tapi kenapa kau bersikap seperti ini?"

Beomgyu memutar matanya, melepaskan tangan Yoona dari dahinya. "Tenang, masih sehat bugar kok."

"Tapi, kau sepertinya kerasukan sesuatu deh."

"Bercanda terus, kapan fokusnya."

"Memangnya kita lagi sedang fokus? Fokus apanya?"

"Aish, aku kesini bukan ingin berdebat denganmu." Beomgyu mengambil ponselnya di saku, jarinya menekan sebuah galeri, memperlihatkan gambar kertas dan ditunjukkannya pada Yoona. "Lihat dan baca baik-baik."

Yoona mengamatinya, membaca setiap kata-kata di dalam foto tersebut. "Shin.. Ryujin? Dia yang jadi ibu tiri Cinderella? Pfft.. hahaha,"

"Masih untung jika kau yang jadi Cinderella. Jika tidak, mungkin yang jadi lawanku itu Ryujin." Beomgyu menarik kembali tangannya. Menaruh ponselnya ke tempat semula.

"Kenapa kau begitu tidak menyukai Ryujin? Meski gadis itu suka cari perhatian, setidaknya ia cantik."

"Cantik darimana? Hongkong? Aku itu bukan menilai seseorang dari parasnya cantik atau tidak, tetapi sikapnya." Yoona ber'oh ria seraya mengangguk.

"Tipemu bagus juga, aku malah ingin sikapnya dingin sepertiku. Meski sekarang sudah tidak lagi. Aku hanya ingin dia terus menjaga hatinya untukku. Tapi, bukan berarti ia dingin terhadap siapapun, boleh berteman dengan perempuan, tapi jangan sampai jatuh dalam pesonanya." Balas gadis itu, tubuhnya sedikit condong ke depan, kemudian tersenyum kecil.

"Kenapa jadi berbicara soal itu? Sekarang, kita harus lebih banyak latihan untuk drama nanti." Sahut Beomgyu mengalihkan topik. Wajahnya kini sudah memerah, entah apa penyebabnya.

Yoona mendongak dan mengembalikan posisinya semula. "Ah! Sepertinya kita tidak bisa menghilangkan fobia fotomu. Maaf, apa disaat porseni nanti, kau baik-baik saja? Atau baga-"

"Tidak, tidak perlu. Jika hanya beberapa, aku baik-baik saja." Sela Beomgyu. Ia tidak enak dengan Yoona, sebagai murid baru, ia pasti memiliki banyak tugas karena harus mengejar. Walau gadis itu terlihat santai, tapi ia tahu kalau Yoona itu sosok pekerja keras.

"Kau yakin? Baiklah, jika fobiamu muncul, panggil aku saja. Dijamin kau bakal tenang dan tidak akan takut, hehehe." Ucapnya, diakhiri dengan kekehan. Keduanya saling bertatapan, hingga mereka tidak sadar bahwa Yunki sedang memperhatikan keduanya dari jauh.

"Drama terus, membosankan. Tapi, ada sisi baiknya juga. Aku bisa menonton drama secara gratis," ucap Yunki. Anak laki-laki itu menatap keduanya, sekilas muncul rencana jahat diotaknya. Ia tersenyum licik.

"Wah! Pemandangan indah apa itu dibawah?" Teriak Yunki dari lantai atas. Kedua sejoli yang berada diruang tamu saling memalingkan wajah dan menatap orang yang sudah menganggu suasana mereka.

"Ya~! Yunki! Kurang ajar sekali," ujar Yoona geram. Ia menatap adiknya kesal.

Sementara Yunki hanya mengeluarkan lidahnya, "terus? Kakak mau apa? Kalian ini kenapa tidak pacaran saja?"

"YUNKI!" Teriak Yoona marah. Wajahnya merah tomat. Saking malunya mendengarkan perkataan adiknya.

Beomgyu hanya memperhatikan keduanya malas. Kakak dan adik sama saja, sama-sama menyebalkan. Sepertinya aku tidak dianggap disini, seharusnya aku dikamar saja tadi.

첫사랑 |  Choi BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang