0.4

224 36 1
                                    

Mengulum senyum, pria dalam balutan jas mewah itu menatap ke bawah. Memperhatikan sepasang pantofel berkilap yang ia gunakan hari itu.

“Berhenti jadi orang bodoh. Dia bahkan sudah pergi jauh.” ujarnya dingin.

Tatapannya beralih pada seorang pria lainnya yang mengenakan setelan casual yang jauh lebih santai dibanding dirinya. Mengeratkan genggamannya pada sekaleng soda yang baru saja diteguk, pria yang mengenakan kaos lengan pendek itu mendongak. “Kau benar, tapi aku sendiri tidak tau bagaimana caranya untuk berhenti.”

Mendengar jawaban dari lawan bicaranya, pria yang memulai percakapan dari awal itu mendengus malas. Ia berjalan keluar dari rumah sahabatnya.

“Bodoh. Dasar lemah.” ujarnya membanting pintu.

Tertawa mendengar umpatan kesal sahabatnya, pria yang masih duduk di sofa pun berteriak; “Aku masih bisa mendengarmu.”

Sedangkan seorang pemuda lain kemudian masuk bertepatan setelah pria tadi pergi.

“Loh kak, tumben pulang?” sapa pemuda itu kepada seseorang tadi yang masih meneguk sisa colanya. Mengarahkan pandangan ke sumber suara, “Iya. Bosan di apartemen.” jawabnya pelan.

“Itu tadi Kak Seungcheol kenapa? Wajahnya terlihat kesal begitu?” tanya pria yang lebih muda seraya berjalan melalui kakaknya untuk menuju lemari pendingin yang berada di dapur.

“Biasalah Kook. Dia tadi datang lalu marah-marah, mau memecatku dari cafenya.” ujar pria itu, Jeon Wonwoo.

Sang adik yang baru saja meneguk milkshake rasa pisangnya tersedak. “Apa?” pekiknya sangat terkejut.

Pria tampan yang lebih muda itu, Jeon Jungkook— berjalan mendekat ke arah kakaknya menuntut penjelasan secara detail dari kakaknya yang kini hanya tersenyum masam.

Mengusap bibirnya kasar akibat cairan milkshake yang sedikit keluar tadi, Jungkook—menatap Wonwoo tajam. “Kakak gila.” desisnya.

“Hampir.” balas Wonwoo santai.

“Kakak benar-benar bekerja di cafenya Kak Seungcheol?” tuntut sang adik yang masih melayangkan tatapan kesal pada kakaknya itu.

“Untuk apa aku berbohong. Lagi pula aku bosan.” jawab pria itu lalu beranjak dari ruang keluarga yang hanya diisi oleh mereka berdua.

Menggeleng tidak percaya sekaligus gemas dengan kakaknya, Jungkook akhirnya sedikit berteriak. “Ayah nanti pasti akan marah kalau tau kakak seperti ini.”

“Justru itu kau jangan memberitahu ayah. Eh— aku lupa, tanpa kau beri tau pun dia pasti sudah mengetahui semuanya bukan?” balas Wonwoo lagi lalu berpaling menuju dapur. Entah mencari apa, akhirnya Jungkook mengekor di belakangnya.

“Dimana sih ibu meletakannya?” gerutu Wonwoo sambil membuka beberapa lemari penyimpanan di dapur rumahnya.

Memutar bola mata malas, Jungkook membuka salah satu dipan itu dan mengeluarkan sesuatu dari sana. “Ini, kalau cari sesuatu itu yang benar.” ujarnya meletakkan satu bungkus kemasan pudding di hadapan kakaknya.

“Kau kenapa sih, sudah seperti Seungcheol saja sensi terus.” kata Wonwoo lalu diikuti tawa canggungnya.

Ia berjalan memutari meja makan lalu mengambil sebuah panci kecil dan meletakkannya di atas kompor.

“Stop kak. Jangan jadi gila begini.” lanjut Jungkook frustrasi. Tubuhnya yang masih mengenakan setelan kerja itu terlihat letih.

Memutar tubuh untuk menatap adiknya, Wonwoo kembali bersuara; “Siapa yang gila sih? Aku hanya ingin membuatkan pudding untukmu saja. Dimana letak gilanya?”

SEE《On Hold》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang