0.6

179 32 1
                                    

Selama beberapa hari semenjak Serim dan Mingyu di cafe itu, ia tidak pernah bertemu lagi dengan Wonwoo. Katakan gadis itu berlebihan, namun memang begitulah adanya. Ia terus mencari keberadaan lelaki itu. Berusaha untuk menerobos celah demi melihat wajah tampan itu.

Jeon Wonwoo— berhasil membuat Serim kebingungan. Mantra apa yang sudah dirapalkan pria bermarga Jeon itu kepadanya? Apakah pertemuan-pertemuan sederhana mereka selama beberapa kali itu akan memberi dampak seperti ini kepada Serim?

Gadis itu menjambak rambutnya lemas. Kemarin selepas menyerahkan hasil revisi yang akhirnya sedikit membuahkan hasil— ya, Serim bisa melanjutkan ke bab selanjutnya. Setelah mengurus keperluannya, selepas makan siang nanti gadis itu akan pulang— pulang ke rumahnya. Minhyun sudah uring-uringan di telepon karena kepulangan gadis itu sedikit mundur dari rencana.

“Hh Kak Wonwoo tolong berhenti!”

Gadis itu berkata lirih setelah merasakan kepalanya sedikit berdenyut. Kepalanya terus bekerja, memikirkan satu nama— yang belakangan ini hadir dalam hidupnya.

Sebelumnya ia tidak pernah merasakan hal seperti ini. Persisnya setelah Hyunjae pergi. Cinta pertamanya itu pergi meninggalkan kenangan yang tidak manis. Bukankah cinta pertama memang jarang sekali berhasil?

Menghembuskan napas lelah, Serim akhirnya berdiri. Meraih vitamin yang selalu ia sediakan. Sebenarnya bukan dirinya sih— itu adalah stok wajib yang selalu dikirimkan Minhyun untuknya. Atau ketika gadis itu pulang, maka ketika ia akan kembali ke kontrakannya, Minhyun selalu membekalinya persediaan vitamin.

Ini sudah hari kesekian, semenjak Mingyu mengantarnya pulang sampai di depan kontrakan. Serim selalu mendapat godaan dari teman-teman kontrakannya yang mengatakan bahwa Mingyu adalah pacar barunya.

Membereskan sedikit kekacauan di kamarnya, gadis itu berlalu dan turun dari lantai kamarnya berada.

Jihoon belum lama tadi meminta tolong kepadanya untuk membeli makanan untuk monggi, kucing lucu peliharaan Jihoon. Huh, ada-ada saja Park Jihoon ini. Kesibukannya menjelang sidang membuat pemuda itu lebih sering menghabiskan waktu di kampus. Hingga tidak jarang ia meminta Serim datang ke kontrakannya untuk memberi makan monggi, ketika Dino— teman sekaligus pemilik kamar yang bersebelahan dengan Jihoon juga telat pulang.

Selepas membeli makanan untuk monggi, Serim menuju kontrakan Jihoon yang masih searah dari perjalanannya saat itu.

Gadis itu menenteng kantung belanja yang berisi dua snack makanan kucing.

Sesampainya di kontrakan Jihoon, Serim disambut oleh Dino dan Lucas yang juga baru pulang dari kampus.

“Direpotin Jihoon lagi?” ledek Dino ketika gadis itu baru menaruh kantung belanjanya di atas meja panjang yang disediakan.

“Sialnya iya. Padahal aku sebentar lagi akan pulang.”

Dino tertawa mendengar jawaban Serim. Lalu mempersilahkan gadis itu untuk duduk bergabung bersamanya dan Lucas. Serim mendudukkan dirinya di samping Lucas yang tampak fokus ke ponselnya. Pria itu mendecak, terlarang mengumpat tidak jelas.

“Makan rim.”

Dino menyodorkan sekaleng permen foxs. Kebiasaan pemuda itu, selalu sedia permen. Mengambil satu permen lalu memakannya, Serim melirik ke arah lantai atas kontrakan Jihoon.

“Tck. Sialan....”

Lucas mengumpat yang kemudian membuat Serim tersedak, “Uhuk.. Uhukk...”

Dino dan Lucas yang menyadari itu pun seketika langsung panik dan segera menyodorkan sebotol air mineral pada gadis itu.

SEE《On Hold》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang