Cuaca di luar sana sedang tidak bersahabat. Aura gelap menyelimuti langit malam yang menukik, menjatuhkan milyaran tetes air hujan yang turun ke bumi. Membuat suhu udara semakin terasa mencekam. Seseorang yang meringkuk di atas sofa sejak beberapa jam yang lalu tak kunjung merubah posisinya. Ia mengabaikan resiko apabila tubuhnya bisa saja membeku karena suhu udara yang keluar dari pendingin ruangan dengan temperatur rendah.
Ponselnya sejak tadi menyala— sudah menjadi kebiasaan seorang Jeon Wonwoo, menghidupkan mode silent kapanpun itu. Tak jarang membuat Jungkook kesal setengah mati karena kakaknya itu sulit untuk dihubungi.
Karena terlalu kesal akibat gangguan dari cahaya yang meredup kemudian menerang kembali dari ponselnya, Wonwoo dengan malas mengambil benda pipih itu.
“Halo, ada apa?”
“Kak? Astaga, akhirnya kakak mengangkat panggilanku.”
“Tidak usah banyak bicara. Cepat katakan apa tujuanmu, huh.”
Wonwoo menggeliat, membuat sekujur persendian di tubuhnya terasa ngilu. Kepalanya terasa berat karena lehernya yang terlalu lama bertumpu pada lengan sofa dengan posisi yang tidak nyaman.
“Aku hanya ingin mengingatkanmu untuk mengecek email yang sudah dikirim Kak Joshua.”
Kedua alis Wonwoo kontan menukik tajam, “Email apa?!”
“Lihat sendiri. Aku tidak ingin berakhir menjadi sasaran mulut pedasmu jika aku mengatakannya sekarang. Ku tutup dulu.”
Wonwoo lantas membuka aplikasi email sesaat setelah Jungkook mematikan panggilannya. Benar— tertera nama Joshua Hong di sana. Membuat Wonwoo menahan napas kesal setelah membaca isi dari email itu. Ayahnya, benar-benar keterlaluan sampai membuat Wonwoo tidak bisa berkata apapun lagi.
Ia pikir, pertemuannya dengan gadisnya beberapa waktu yang lalu akan berakhir baik dan mengesankan, seperti biasanya. Ia harap, dengan melihat senyuman secerah awan di wajah Serim bisa mengurangi segala beban di kedua pundaknya. Namun semua bayangan dan persepsi gila itu menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Sikap dan ucapan gadisnya itu—oh ralat, ‘sekarang tidak lagi’; berhasil membuat pertahanannya hancur. Rongga dadanya seakan diremat sehingga meninggalkan sesak yang tak kunjung mereda. Dan apalagi sekarang? Ayahnya meminta agar dia segera pergi dan menyelesaikan masalah perusahaan.
Mengingat kepergian Serim bersama laki-laki yang kalau tidak salah ingat, siapa namanya? Kim Mingyu ya? Membuat Wonwoo benar-benar hampir gila. Jelas terlihat raut penuh kekecewaan yang terlukis di wajah gadis itu. Katakan Wonwoo naif, dan sekarang dia benar-benar menyesal. Ketakutannya selama ini akhirnya terjadi.
Pria itu mengumpat di dalam hati. Kerinduannya akan Serim bahkan sama sekali tidak terobati. Hujan di luar sana masih turun dengan derasnya, seolah mewakili perasaan Wonwoo yang lebih jauh dari kata semerawut. Ia tidak ingin berakhir dalam kubangan yang sama lagi. Ia harus menyelesaikannya sesegera mungkin.
Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Yang Wonwoo perlu lakukan hanyalah, mencobanya. Setidaknya— ya begitulah kurang lebih yang terlintas di pikirannya.
***
Keadaan kamar yang gelap menambah kesan sunyi di ruangan itu. Serim terkesiap di tengah isakan kecilnya yang tertahan di balik selimut.
“Rim? Kau baik-baik saja kan?”
Gadis itu diam tidak berkutik, tidak berniat untuk menjawab seseorang yang baru saja mengetuk pintu kamar kontrakannya.
Sejak di antar pulang oleh Mingyu tadi, gadis itu buru-buru masuk ke kamar tanpa memperdulikan sapaan teman-temannya di lantai bawah. Ada Jihoon disana. Ngomong-ngomong, pemuda itu sudah mendapatkan tawaran pekerjaan. Jadi, kemungkinan sebentar lagi dia akan segera pindah. Mingyu tadi menemaninya untuk ke gramedia membeli perlengkapan serta beberapa keperluannya untuk sidang. Pria jangkung itu sempat bertanya apakah ia baik-baik saja, terlepas dari sesaat sebelum mereka beranjak pergi; Serim terlibat dalam perbincangan yang kurang menyenangkan dengan Jeon Wonwoo. Tentu saja Mingyu mengetahui itu, bahkan Mark saja tidak berani menampakkan batang hidungnya dan memilih menyelinap ke dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEE《On Hold》
FanfictionI'll wait for you all the time. You can turn around and come back to me, In the distant future. DISCONTINUED Started : April, 18. 2020 ©skyfaa_ [-Indonesian Language]