Wonwoo masih memikirkan perkataan Jungkook— yang membuatnya tidak berhenti berpikir semenjak kedatangan adiknya kemarin.
Bukankah jawaban Wonwoo terdengar brengsek? Bagaimana ia bisa mengatakan hal yang awalnya ia sendiri yakin bahwa dirinya sudah benar-benar berhenti? Lupakan! Bahkan ia kini sudah merasa bersalah, tentu saja kepada Serim. Membiarkan pesan gadis itu terbengkalai, lagi-lagi Wonwoo dirundung keraguan mengenai perasaannya yang cukup sulit dimengerti untuk kali ini. Ia tidak ingin berakhir menjadi pengecut hanya karena kembalinya Soora ke dalam hidupnya.
Dering ponsel yang cukup panjang menandakan bahwa ada panggilan masuk. Wonwoo segera menggeser panel hijau hingga sedetik kemudian panggilan terhubung.
“Kak...”
Wonwoo mengerutkan dahinya tajam tatkala suara rendah Jungkook mengalun di telinganya.
“Ada apa hei? Kenapa suaramu seperti mau menangis?”
“Cep—patlah kesini, Ayah membutuhkanmu.”
Pip!
Tanpa berpikir panjang, Wonwoo segera memutuskan sambungan dan meraih kunci mobil. Tidak perduli dengan pekerjaannya yang belum diselesaikan. Sesuatu yang buruk sedang terjadi, Wonwoo menggertakkan gigi kuat-kuat dengan tidak sabar menginjak pedal gas.
Mobil miliknya melaju dengan kecepatan tinggi. Hingga 20 menit kemudian mobil Wonwoo sudah memasuki gerbang rumah keluarga Jeon.
Pria itu dengan tergesa keluar dari mobilnya dan segera berlari menuju rumah. Ia menghiraukan beberapa mobil lain yang ternyata sudah berada terlebih dahulu mengisi halaman rumahnya.
“Dimana ayah?!”
Wonwoo bertanya dengan nada sedikit panik. Bagaimanapun, ia harus mengendalikan rasa khawatirnya karena saat ini di ruang tamu sudah ada seorang laki-laki yang merupakan asisten pribadi ayahnya, Joshua Hong serta Park Soora? Sebentar, kenapa ada gadis itu?
“Tuan Jeon berada di kamarnya. Beliau sedang diperiksa oleh dokter pribadinya.” jelas Joshua— sapaan akrab pria itu.
Wonwoo mengangguk tanpa mengindahkan kehadiran Soora yang sejak tadi menatapnya dengan wajah sendu.
“Kak, kau sudah datang.” kata Jungkook begitu dirinya sudah berada di ruangan yang sama.
Wonwoo mengangguk, “Bagaimana keadaan ayah?”
Jungkook menghela napas rendah, terlihat sedikit rasa jengah namun lebih terdominasi oleh rasa khawatir di wajahnya. “Kondisi ayah drop. Jantungnya mengalami shock karena kondisi perusahaan sedang kacau.”
Wonwoo menggeram, “Apakah ini ulah si brengsek itu?”
“Benar. Kakak harus segera bertindak.”
Wonwoo mengusap wajahnya frustrasi hingga terdengar bias suara lain menyela pembicaraannya dengan Jungkook, “Maafkan aku. Ini semua salahku.”
Soora— menunduk dengan wajah muram dan tidak enaknya. Di belakang gadis itu, berdiri Joshua dengan beberapa dokumen yang kemudian diserahkannya kepada Jungkook.
“Ini beberapa laporan keuangan dan penurunan saham yang diakibatkan oleh—”
“Ini semua memang salahmu. Seharusnya dulu kita tidak perlu saling mengenal.” ujar Wonwoo begitu dingin dan menusuk kemudian berlalu menghempaskan dokumen penting perusahaan yang sudah dirintis mendiang kakek bersama ayahnya dulu.
Teriakan Jungkook tidak menghentikan langkah gusar penuh amarah pria itu. Wonwoo dengan muak memukul setir kemudi kemudian melajukan mobilnya meninggalkan rumah yang dulu menjadi tempat paling hangat di hidupnya. Persetan dengan keadaan ayahnya, yang terpenting beliau sudah ditangani. Ia hanya perlu melakukan hal yang seharusnya dilakukannya sebelum semuanya terlambat.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEE《On Hold》
FanficI'll wait for you all the time. You can turn around and come back to me, In the distant future. DISCONTINUED Started : April, 18. 2020 ©skyfaa_ [-Indonesian Language]