1.9

162 25 2
                                    

Sudah beberapa hari ini cuaca berubah menjadi lebih buruk dari biasanya. Hujan sering turun kendati sebelumnya mentari masih bersinar terik. Memang tidak terduga. Perubahan cuaca yang berada di luar kendali itu tentu saja sangat mengganggu aktifitas. Terlebih berakibat cukup buruk pada kesehatan. Wonwoo mengalami demam sejak kemarin. Selepas pulang dengan keadaan basah kuyup dua malam lalu, pria itu lantas tidak mengganti bajunya. Ia membiarkan tubuhnya masih dirundung dinginnya air hujan yang mencekam. Ditambah pikiran serta suasana hatinya yang memang sedang kacau, membuat kesehatannya semakin memburuk.

Seungcheol menghela napas tatkala Soonyoung datang dengan tergesa-gesa ke apartemen Wonwoo. Pria dengan marga Kwon itu tampak sedikit kusut, terlihat dari peluh yang masih tersisa di pelipisnya. Dengan segera, pria berpipi tembam itu melempar tas kerjanya asal.

“Akhirnya kau datang, Soonyoung-a.”

Soonyoung kemudian berdeham, “Kenapa Wonwoo masih dibiarkan disini?”

Buru-buru Soonyoung meletakkan punggung tangannya di atas dahi Wonwoo. Suhu tubuh Wonwoo sangat tinggi, ditambah ia sudah sedikit menggigil. Lihat, bahkan Soonyoung terlihat sangat khawatir dan sudah seperti seseorang yang sedang mencemaskan keadaan kekasihnya.

“Yaa, aku tadi panik karena mendapat telepon dadakan dari si cunguk ini. Sebentar lagi aku akan ada rapat dengan kolega ayahku. Jadi aku memintamu untuk kesini.” kata Seungcheol dengan menggaruk tengkuknya.

Soonyoung menarik napas dalam kemudian menghembuskannya bersamaan jari pria itu menyentil keras dahi Wonwoo yang sedikit berkeringat. “Hoshi-ya, apa yang kau lakukan? Aku sedang sakit begini.” rengek Wonwoo merasa tidak terima dengan ulah sahabatnya.

“Kau tau? Aku bahkan sampai harus izin pulang lebih awal dan meninggalkan beberapa mahasiswa bimbinganku hanya karenamu. Dasar merepotkan.” sungut Soonyoung.

Wonwoo berdecak, lalu menarik selimutnya sampai ke leher. “Kau tidak ikhlas datang kesini? Seungcheol hyung sedang sibuk, dia akan pergi.”

Seungcheol yang mendengar Wonwoo mengatakan hal itu kontan mendelik, “Sejak kapan kau memanggilku hyung?”

“Sejak aku sakit.”

Soonyoung memukul lengan Wonwoo keras membuat pria itu mengaduh kesakitan. “Tidak usah banyak bicara. Hyung, bisakah kau membantuku membawa bocah tengik ini ke mobil? Demamnya cukup tinggi.”

Seungcheol mengangguk, “Tentu saja. Aku akan mengantar kalian sampai ke rumah sakit. Lalu aku baru bisa pergi menuju perusahaan.”

Wonwoo akhirnya berjalan susah payah dengan bantuan Soonyoung dan Seungcheol yang memapah tubuhnya sampai di basement. Seungcheol mengambil alih kemudi dan membiarkan Soonyoung menjaga Wonwoo di kursi penumpang. Jeon Wonwoo— ada-ada saja pria itu.

***

Wonwoo tampak terlelap dengan tenang di atas bangsal setelah perawat mengganti infusnya untuk yang kedua kali. Pria itu terkena tyfus. Dokter berpesan kepada Soonyong agar memperingatkan sahabatnya itu untuk memperhatikan pola makan dan jam istirahatnya. Soonyoung hanya berdecih malas memperhatikan tubuh kurus Wonwoo yang sangat ingin ia hajar saat itu juga.

Sudah lama Soonyoung tidak mengunjungi Wonwoo dan begitu pula sebaliknya. Profesi Soonyoung sebagai seorang dosen membuat kesibukan pria itu tidak bisa diganggu gugat. Dan kali ini— Jeon Wonwoo berhasil membuatnya kepalang kesal hingga berakhir di rumah sakit ini.

“Oh, Soonyoung-a?”

Soonyoung terkejut begitu mendapati pintu ruangan terbuka. Nyonya Jeon Hye Jung disana dengan raut khawatir yang terlihat jelas di wajah wanita itu.

SEE《On Hold》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang