1.1

152 23 0
                                    

Jatuh cinta. Dua kata yang memiliki makna seluas melebihi kata dan kalimat apapun yang bisa dijabarkan. Memberikan berbagai sensasi luar biasa bagi setiap manusia. Hal yang lumrah, dan merupakan anugerah dari tuhan. Jatuh cinta, bisa membawa energi positif bagi mereka yang mampu mengendalikannya. Seperti yang dialami kedua insan yang tengah diliputi asmara yang menggebu-gebu.

Sepanjang hari, Serim tidak memudarkan senyumnya. Anggap saja dia gila, sejak setelah mengutarakan perasaan masing-masing; ia dan Wonwoo, gadis itu benar-benar merasa hidupnya berubah.

Ia bahkan jauh lebih semangat dari hari-hari sebelumnya. Skripsi? Jangan tanyakan lagi. Bab sebelumnya yang sudah diamanahkan oleh dosen pembimbingnya sudah habis ia kerjakan secara mencicil di setiap kesempatan.

Hal itu tentu saja membuat para sahabat dan temannya terheran-heran. Apa benar gadis itu adalah Kim Serim? Ia tidak sedang mengalami penuaan dini kan?

"Hisss, istirahat dulu. Aku lelah melihatmu." ujar Arin mendengus malas.

Serim yang masih asyik dan santai mengetikkan bahan materi yang sudah dikumpulkannya mendongak, "Hm? Kenapa?" responnya tanpa mengalihkan pandangannya dari kegiatan yang sudah dikerjakannya selama hampir 4 jam.

"Istirahat dulu Serim. Memangnya kau tidak lelah apa? Aku yang melihatmu saja sudah lelah." balas Arin lalu menutup laptopnya.

Serim menatap sahabatnya lamat, "Memang sudah berapa lama sih kita disini?" tanya gadis itu lagi.

Pandangan Serim mengedar ke sekeliling mereka. Perpustakaan umum yang disediakan untuk mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan.

Serim berhenti memutar lehernya ketika Arin kembali bersuara, "Sudah 4 jam." kontan hal itu membuatnya menganga tidak percaya.

"Hah yang benar saja? Selama itu?"

"Ya itu karenamu sih. Terlalu fokus sampai tidak tau waktu. Dari tadi aku mengajakmu mengobrol juga sepertinya kau tidak terlalu merespon kan." jawab Arin lesu.

"Hehe maaf ya. Aku ingin cepat menyelesaikan bab ini. Lalu, baru bisa sampai bab terakhir."

Arin mengangguk sekilas, "Semangat sih boleh. Asal jangan lupa diri saja. Kau harus ingat, bahwa tubuhmu juga perlu istirahat."

Serim tertawa pelan dan menutup jendela kerjanya setelah memastikan bahwa pekerjaannya sudah tersimpan di penyimpanan laptop.

"Ya sudah iya aku minta maaf. Habis ini kau mau kemana?"

Serim ikut mengemasi barangnya dan memasukkan laptopnya kembali ke dalam tas jinjing khusus.

"Aku sudah ada janji sebenarnya dengan Seunghun. Dia ingin mengajakku mencari kado untuk sepupu perempuannya."

"Oh? Kalian sudah taken?" tanya Serim asal tanpa menatap ke arah lawan bicara.

Arin yang mendapat pertanyaan seperti itu seketika ling-lung, entah harus menjawab seperti apa. Ia malu, jujur saja selama hidupnya gadis itu belum pernah berpacaran. Hanya sebatas dekat saja, tidak lebih.

"Kenapa diam?" tanya Serim lagi.

Arin yang hanya diam dengan ekspresi yang sulit diungkapkan justru membuat Serim tertawa dan menggaruk hidungnya.

"Sedang masa pendekatan ya? Semoga lancar." timpal Serim.

Arin mendecak sebal, "Baiklah. Aku percaya yang sudah taken duluan."

"Hahaha... Sebentar ya."

Serim izin untuk mengangkat telepon sebentar. Gadis itu tersenyum melihat sebuah nama tertera di layar ponselnya yang menyala.

SEE《On Hold》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang