Barang kali menahan semua keluh kesah akan jauh lebih baik dari pada harus mencurahkannya, sedangkan kau tidak tau harus kepada siapa.
Wonwoo memandangi seorang gadis yang tengah berjalan menapaki trotoar. Malam ini cukup dingin, dan dia tidak habis pikir— gadis yang menjadi objek pandangannya hanya mengenakan sweater tipis tanpa balutan apapun lagi.
Mata mereka bertemu tatkala Wonwoo melangkahkan kakinya mendekat dan menimbulkan bunyi antukan antara sepatu dan permukaan jalan. Dia bisa melihat gadis itu bergeming tanpa pergerakan apapun. Maka Wonwoo segera mempercepat langkahnya.
“Hei... Aku menunggumu sejak tadi. Dari mana saja?”
Serim jadi sedikit kesal melihat tingkah sok perhatian Wonwoo, padahal memang kenyataannya demikian. “Main.” jawab gadis itu datar.
Wonwoo tersenyum lalu mengusak rambut gadisnya gemas, sadar jika gadisnya mungkin saja merajuk. “Maaf, seharian kemarin aku tidak mengabarimu. Aku sibuk.” ujar pria itu dengan nada menyesal. Sejurus kemudian, Wonwoo melepaskan jaket yang ia pakai kemudian menyampirkannya ke kedua bahu Serim.
“Tidak usah sok perhatian begini, Kak.” kata Serim kemudian mengeratkan genggamannya pada tali sling bag yang ia pakai.
Wonwoo tertawa, dengan menaikkan letak kaca matanya yang melorot sedikit; “Aku perhatian pada siapa saja. Tidak terkecuali, kamu.”
Blush. Oh shit, Serim rasanya ingin menjambak rambut pria tampan yang saat ini tersenyum manis ke arahnya. Apakah Jeon Wonwoo memang tipikal yang seperti itu?
“Hm begitu ya? Pantas aku kemarin lihat Kakak dengan siapa itu Kakak Cantik yang katanya teman sekolah dulu.” ujar Serim berusaha mengalihkan pandangan.
Glek. Wonwoo menelan ludahnya kasar— dia memang menunggu saat ini; saat dimana Serim membahasnya kemudian Wonwoo akan menjelaskan dengan baik-baik. Namun, ia sekali lagi tak habis pikir, tatkala yang ia dengar justru sebuah rentetan pernyataan yang kalau telinganya tidak salah dengar; Serim jelas menyindirnya.
Wonwoo tersenyum tipis kemudian meraih kedua tangan Serim yang astaga— kenapa dingin sekali? Apakah gadis itu terlalu lama berada di luar ruangan?
“Kau melihatku bersama Soora kemarin ya?” tanya Wonwoo yang dibalas dengan anggukan lemah dari Serim.
Menghela napas pelan, Wonwoo segera mengingat kembali susunan kata-kata yang sudah dirancang nya sejak sebelum meninggalkan apartemen. Dia rindu gadisnya, tentu saja. “Sekali lagi aku minta maaf karena seharian kemarin tidak memberikan kabar untukmu. Dan—”. Wonwoo menggantungkan ucapannya ketika Serim sedikit menggeser netranya yang kemudian mau menatap Wonwoo secara perlahan.
“Dan?” ulang Serim. Gadis itu sangat penasaran, jadi ia terkesan tidak sabar.
“Dan— tentang apa yang kau lihat kemarin, itu pure karena aku membantunya. Dia sedang berada di masa sulit, Serim.” jelas Wonwoo dengan memorinya yang kembali menerawang tentang kondisi sebenarnya seorang Park Soora.
Menaikkan sebelah alisnya, Serim lalu bersuara; “Memangnya ada apa dengannya?”
Wonwoo merundukkan pandangannya, kini ia menatap genggaman tangannya yang melingkupi tangan kecil Serim yang tidak terlalu dingin— seperti tadi. “Maaf, aku tidak bisa memberitaumu tentang itu. Yang terpenting, sekarang kau paham. Dan, aku sudah bicara jujur padamu.”
Dari pada memperpanjang konversasi tentang gadis lain, Serim akhirnya memutuskan untuk mengangguk dan memaklumi. Yah, mungkin saja ada masalah internal atau apapun itu. Tapi, kenapa harus Wonwoo? Tidakkah ada pria lain yang bisa membantunya? Batin Serim bermonolog, oh ya ampun. Pikiran negatif itu lagi-lagi mencari celah untuk melenyapkan akal sehat Serim. Itu privasi orang lain, jadi sudah cukup. Setidaknya sekarang, ia bisa kembali melihat Wonwoo dalam keadaan baik-baik saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEE《On Hold》
FanficI'll wait for you all the time. You can turn around and come back to me, In the distant future. DISCONTINUED Started : April, 18. 2020 ©skyfaa_ [-Indonesian Language]