Andai saja, keadaan bisa dibantah dengan secarik usaha. Andai saja— ego dan logika tidak berada dalam satu kubu untuk memenangkan tindakan yang berujung akan kembali di titik awal, lagi. Hanya ada satu kata— andai.
Wonwoo melipat selimut yang semalaman membelit tubuhnya. Sudah beberapa malam ini, dia tidur di ruang kerja yang persis berada di sebelah kamarnya. Sedikit melakukan peregangan sambil mencuri sengatan sinar mentari dari celah jendela yang sengaja dibukanya sedikit, Wonwoo mengulas senyum tatkala menatap beberapa kotak es krim sisa semalam.
Kemarin, Serim menunggunya di halte biasa. Alih-alih mengatakan rindu atau melakukan tindakan lainnya akibat kesibukan mereka berdua akhir-akhir ini, gadis itu justru menyerahkan sebuah kantung belanja dengan beberapa kotak es krim yang berada di dalamnya.
Sudah hampir siang, Wonwoo membereskan sedikit kekaucan yang dilakukannya semalam. Bungkus roti serta snack lainnya tergeletak di atas meja. Pria itu menyeka keringat ketika di rasa suhu udara mulai sedikit naik— “Hari yang cerah”, dengusnya pelan.
Setelah membersihkan diri dan menghabiskan sepiring nasi dan telur mata sapi sebagai menu sarapan, Wonwoo melanjutkan pekerjaannya— huh, bahkan itu belum ada 30% nya sama sekali.
Ting... Tong... Ting... Tong...
Baru saja Wonwoo menekan tombol power pada laptopnya, bunyi bel dari bawah menghentikan kegiatan pria itu. Dengan malas Wonwoo berjalan keluar untuk melihat siapa tamu yang mengganggunya.
“Kook? Apa yang kau lakukan disini?”
Kedua bola mata Wonwoo kontan melebar saat melihat sosok yang saat ini berdiri di hadapannya. Jungkook— mengedikkan bahu acuh, “Kalau saja ibu tidak memaksaku, aku tidak perlu repot-repot datang kesini.”
Wonwoo menggeram kesal hendak memelintir telinga adiknya namun lelaki yang lebih muda itu dengan cepat menangkis tangan kakaknya, “Eitsss mau apa? Sudah baik aku kesini. Dimana adab tuan rumah ketika kedatangan tamu? Ayolah Kak, kakiku sudah pegal sedari tadi melongok kesana sini untuk memastikan nomor kamarmu.” rengek Jungkook dengan hidung yang mengerut— hmm menggemaskan.
“Masuklah. Mengganggu saja, aku sedang sibuk tau.” kata Wonwoo ketus kemudian kembali menutup rapat pintu tatkala adiknya sudah melangkah masuk.
Jungkook terkekeh pelan. Kemudian menaruh tas kecil di atas meja. “Ini dari ibu.” kata Jungkook.
Pria itu duduk dengan sembarang di sofa lalu merebahkan tubuhnya.
“Apa itu?” tanya Wonwoo menatap tas yang rupanya berisikan sekotak makanan favorit Wonwoo.
“Entahlah aku tidak tau. Yang jelas kemarin ibu pergi belanja bersama dengan— em. Itu maksudku aku mengantar ibu belanja kemarin untuk membeli bahan makanan.”
Wonwoo mengerutkan dahi sekilas, “Kook? Kau sedang tidak membohongiku 'kan?”
Untuk mengalihkan perhatian kakaknya, Jungkook dengan segera meraih remote tv kemudian menekan tombol power. “His berisik. Sudah baik aku mau mengantarnya untukmu.”
Wonwoo memutar bola matanya malas melihat tingkat menyebalkan sang adik, “Dasar adik kurang ajar.”
Jungkook tertawa renyah kemudian menekan-nekan tombol remote sesuka hati berusaha menemukan acara hiburan yang menarik. Namun perhatian pria dengan gigi kelinci yang manis itu teralihkan tatkala melihat ponsel Wonwoo yang berada tidak jauh di hadapannya menyala.
Serim? Jadi benar kakak sudah punya pacar? Batin Jungkook melongok untuk melihat siapa nama pengirim pesan.
Wonwoo kembali dengan satu kotak besar susu rasa pisang dan dua buah gelas serta roti cokelat membuat Jungkook yang masih memusatkan perhatian pada ponselnya terkesiap. “Ehm, aku kira kakak lupa bagaimana cara menjamu tamu dengan baik.” ejek Jungkook.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEE《On Hold》
FanficI'll wait for you all the time. You can turn around and come back to me, In the distant future. DISCONTINUED Started : April, 18. 2020 ©skyfaa_ [-Indonesian Language]