Sekilas Kisah

16.9K 890 26
                                    

Sekilas tentangku, yang mencoba memaafkan masa lalu. Meluluhkan ego, dan melebur dendam yang tertanam bertahun-tahun.
Nendra


Alunan bising ibu kota masih menjadi melodi paling damai yang Nendra rasakan. Melodi yang tak pernah berubah sejak delapan tahun yang lalu.

Dulu, saat umurnya baru menginjak empat belas tahun, Nendra dihadapkan dengan keras hidup yang sebenarnya. Ibunya pergi menghadap semesta. Dan takdir yang semula kelabu, berubah menjadi sendu.

Hidup sendiri di tengah ganasnya kota, menjadikan Nendra sosok yang yang kuat, walau kadang sedikit brengsek. Yang tak takut apapun, sekalipun itu kematian. Pikirnya hanya satu, hidup untuk hari ini. Karena untuk selanjutnya, dia biarkan takdir yang mengatur.

Nendra tahu, dia tidak pernah benar-benar sendiri. Masih memiliki Ayah, yang menceraikan Ibu saat dia berusia lima tahun, hanya untuk kekasih barunya. Ya, semenjak itu Nendra menghapus satu sosok laki-laki dari hidupnya. Laki-laki yang tidak pernah mau dia kenal lagi, apalagi memanggil dengan sebutan ayah.

Sekalipun laki-laki itu sering hadir saat ibunya masih hidup dulu, namun Nendra tak pernah sekalipun mau bertemu. Apalagi bertatap muka dengan laki-laki itu. Dia terlampau kecewa. Sakit hatinya sudah dia tanam sejak satu kata 'cerai' itu dia dengar. Walau saat itu dia masih sangat kecil untuk mengerti sebuah perceraian, tapi dia paham, bahwa itu adalah pukulan keras untuk ibunya.

Dia melihat bagaimana ibunya menderita sejak berpisah dengan Ayah. Dia tahu, diam-diam ibunya menangis saat merasakan hidup yang mulai tak adil. Sekalipun Ayah datang untuk memberinya uang, tapi dia lebih memilih hidup dengan jeri payah sendiri. Daripada menerima uang dari orang yang sudah menghancurkan masa depannya.

"Bang, hari ini gue balik telat ya. Setelah nganter koran, gue disuruh bantu benerin genteng di komplek depan." Riski mendekati Nendra yang baru saja melepas satu customer di bengkel milik Pak Jaya. Membuat Kakak asuhnya langsung menoleh.

"Sama siapa, Ki?"

"Joko. Katanya bapaknya sakit, jadi gue disuruh bantu dia. Kan lumayan nambah uang jajan, Bang," ucap Riski lalu duduk di sebelah Nendra.

"Oh. Jangan ambil resiko kayak gue! Awas lo!"

Riski mengangguk cepat mendengar ucapan Nendra. Dia masih ingat ucapan Nendra kala itu, "Gue brengsek. Kalian jangan! Kerja yang bener, cukup gue yang udah terjebak sama dosa."

Nendra masih bisa bersyukur diatas derita. Saat dia kira hidupnya hanya sendiri, dia diberikan tiga adik yang menemaninya sejak delapan tahun kemarin. Sejak saat itu, Nendra memiliki alasan untuk melanjutkan hidup.

"Gue cari kemana-mana, ternyata di sini. Dipanggil Bang Heru lo! Koran kalau masih sisa dibawa balik, jangan dibawa kabur."

Itu Eja, salah satu dari tiga orang yang Nendra tampung di kontrakannya. Hanya kontrakan satu petak, tapi cukup untuk 4 orang. Nendra masih belum memiliki uang untuk mengontrak yang lebih luas lagi.

Riski bangkit. Lalu pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Lo nggak sama Endi, Ja?"

"Tadi iya, tapi waktu gue dapet pelanggan di pasar, anaknya pamit duluan. Katanya mau jualan di perempatan depan," ucap Eja yang dibalas anggukan oleh Nendra.

"Lo istirahat aja dulu disini, gue mau ambil pelanggan lagi." Nendra berbalik, meninggalkan Eja yang sudah bersandar di kursi depan.

Setiap hari memang tak banyak yang berubah. Hanya bekerja dan mencari makan. Tapi bagi Nendra tidak masalah. Takdirnya sudah seperti itu. Dan beruntung, ketiga adik angkatnya juga tidak menyusahkan. Bahkan mereka mau mencari pekerjaan apapun, asal menghasilkan.

Nendra tidak pernah berpikir tentang apapun yang bisa dia nikmati dari harta ayahnya. Padahal bila dia mau, dia bisa menghampiri Ayah dan meminta hak atas hidup yang sudah dia telantarkan. Tapi Nendra memilih diam. Membiarkan anak dari istri baru Ayah yang menikmati semua limpahan harta yang seharusnya menjadi miliknya.

🌵🌵🌵

Aku tahu, hadirku adalah sebuah kesalahan. Penghianatan yang melukai hati seseorang. Tapi aku akan berusaha, mencari maaf sebelum semua terlambat.
Arkan


"Maaf, Nak. Papa baru bisa pulang bulan depan. Kamu baik-baik di rumah dengan Tante Renata, ya?"

Arkan memutus sepihak panggilan dari papanya. Dia ingin mengatakan bahwa dia tidak bisa tinggal lebih lama lagi di rumah ini dengan Adik dari papanya. Arkan bisa mati secara perlahan di sini.

Tapi, Arkan tidak mungkin mengatakan itu. Terlebih bila Papa sampai menghubungi Tante Renata, sudah pasti dia akan menjadi sasaran lagi dari wanita itu.

Dia tidak tahu mengapa Tante Renata bisa sebenci itu dengannya. Padahal di depan Papa, dia bisa menjadi paling manis dengan tutur katanya. Begitu pun saat masih ada Mama dulu, Tante Renata bahkan tidak berani sedikitpun membentak Arkan. Namun setelah dua bulan kepergian Mama, Tante Renata seperti menujukkan siapa dia yang sebenarnya. Dan menyiksa Arkan sudah menjadi hobi tantenya sejak saat itu.

Andai saja Arkan tahu kemana tujuannya bila dia memutuskan untuk pergi, mungkin dia sudah meninggalkan rumah ini sejak hari pertama Papa pergi mengurus pekerjaan. Tapi, Arkan rasa dia tidak memiliki keluarga lain lagi selain Tante Renata.

"Ma, Arkan ikut Mama, ya?"

Selamat datang di dunia Nendra dan Arkan 💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat datang di dunia Nendra dan Arkan 💜

Maaf aku akan memenuhi pemberitahuan kalian dengan cerita ini, ya. Aku lagi revisi untuk penulisan dan tanda baca. Kemungkinan tidak ada yang berubah di alurnya nanti 😊

Jadi, untuk yang ingin membaca ulang, dipersilahkan. Salam sayang dan terima kasih, aku 💜

Bali, 24-04-2020

The Reason ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang