13. Rumah

3.6K 537 95
                                    

Biar semesta yang tahu, seberapa besar artimu dalam hidupku.
Nendra


Nendra sudah berpikir semalaman tentang rencananya. Dia yakin, Ayah pasti sudah pulang. Karena tidak mungkin Tante Renata rela hingga menghampirinya, bila tidak ada yang membuat dia merasa terancam. Dan hari ini dia akan memui Ayah, mengatakan Arkan berada bersamanya. Nendra tidak mungkin membawa Arkan terlebih dahulu. Takut bila dilihat oleh Tante Renata, Arkan kembali menjadi korban.

"Gue balik agak malem ya, ada urusan. Titip Arkan. Lo boleh bawa dia kerja, asal tetep lo awasi. Jangan sampai dia capek, apalagi berurusan sama orang yang nggak bener."

Endi mengangguk. "Lo mau kemana?"

"Ke rumah papanya Arkan. Gue mau pastiin dia aman kalau gue pulangin nanti."

Endi masih belum mengerti. Mengapa tiba-tiba? Apa ada yang Nendra sembunyikan sebelumnya? Pantas saja semalam mereka pulang larut, mungkin memang Nendra ingin menghabiskan waktu sebelum mengembalikan Arkan pada papanya.

"Lo mau pulangin Arkan? Kenapa mendadak?"

Nendra tersenyum, menepuk pelan pundak Endi. "Karena udah saatnya, Di. Dia nggak mungkin selamanya tinggal sama kita. Gue berangkat, ya. Titip Adek gue."

Setelahnya Endi hanya kembali mengangguk. Dia tahu ada yang coba kakaknya sembunyikan. Terlihat dari bagaimana sorot mata Nendra yang tanpa binar. Tahu benar, pasti berat melepas adiknya, walau mereka dipertemukan hanya sebentar.

Nendra yakin dengan keputusannya. Yakin bahwa melepas Arkan saat ini, menjadi keputusan yang terbaik.

Lagi pula, mereka masih tinggal di kota yang sama, kan? Harusnya tidak terlalu berat melepas Arkan. Harusnya dia rela Arkan mendapt haknya kembali disana.

Tapi mengapa tetap berat? Saat Nendra baru saja ikhlas menerima kehadiran Arkan, namun takdir memaksanya berpisah.

🌵🌵🌵

Nendra sampai di rumah Ayah menjelang malam. Setelah selesai dengan pekerjaan di bengkel tadi. Langkahnya siap, walau hati tak pernah siap untuk kembali beratatap muka dengan ayahnya.

Terakhir mereka bertemu adalah ketika Nendra masih bersama ibunya. Sudah sangat lama. Dan kini, mereka harus kembali bertemu setelah membuat jarak yang cukup jauh.

Nendra menghembuskan nafasnya berat, sebelum memutuskan membawa langkahnya masuk.

Namun belum sampai langkah Nendra di depan pintu, seorang wanita kembali membuatnya terhenti. Tante Renata, lagi. Padahal dia berharap orang yang dia temui pertama kali adalah ayahnya.

"Ternyata punya nyali juga kamu datang kesini!" Tegas. Dingin suara Tante Renata berhasil menusuk kulit Nendra. Membuatnya merasa takut bila kali ini keputusannya salah.

"Tante sudah peringatkan kamu, Nendra. Jangan pernah berurusan dengan Kakak saya lagi!"

"Maaf Tante. Arkan masih menjadi anak Ayah. Masih memiliki hak penuh atas rumah ini. Dan yang pasti, Arkan masih menjadi kunci untuk membongkar kebusukan Tante!"

Tante Renata tersenyum, "Lucu, ya kamu! Kamu kira kamu sehebat apa Nendra? Anak jalanan seperti kamu, tidak akan bisa mengalahkan Tante. Kamu datang, hanya akan menghancurkan diri kamu sendiri, dan juga Adik kamu!"

Tanpa terasa, tangan Nendra terkepal. Amarah dan emosinya terkumpul begitu saja, walau hanya dengan melihat wajah tantenya itu.

"Maaf Tante, saya datang untuk bertemu Ayah, bukan Tante!" Nendra kembali membawa langkahnya maju, walau setelahnya tangan Tante Renata kembali menariknya.

The Reason ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang