22. Janji

3.9K 491 146
                                    

Akan ada adil yang telah ditegaskan oleh takdir.
Nendra


"Arkan? Lo kok bisa di sini?" Endi bangkit setelah mendengar seseorang datang. Sedikit terkejut melihat Arkan yang datang seorang diri.

"Kaki lo kenapa, Di?"

Endi menggeleng."Nggak apa-apa, ada kecelakaan dikit. Lo ngapain di sini? Kalau ketahuan papa lo, dia bisa marah."

"Papa tahu gue ke sini. Lo tenang aja. Gue mau ngasi tahu kalau Kak Nendra di penjara. Hmm, sekalian mau ngajak pergi, mau ikut gue nggak? Tapi kalau kaki lo masih sakit, nggak usah dulu kali ya."

"Iya gue udah tahu, kemarin Bang Leon kabarin kita. Santai, kaki gue nggak apa-apa. Memang lo mau ke mana? Ke penjara?"

Arkan mengangguk yakin. "Iya mau jenguk Kak Nendra. Mau ikut nggak?"

Dengan cepat Endi mengangguk. Walau dia tahu, Arkan pasti melakukan ini secara sembunyi-sembunyi. Tapi tidak apa, asal dia juga bisa bertemu dengan Nendra, dia rasa bisa memikirkan resikonya nanti.

Arkan meminta Endi mengajaknya bertemu Eja dan Riski. Mereka perlu ikut. Setidaknya dengan cara ini bisa membuat Nendra lebih semangat lagi melewati kasus hukumnya. Dan Arkan sudah berjanji, secepatnya dia akan membebaskan Nendra.

"Lo ngapain sama ni anak?"

Suara Eja membuat langkah Arkan terhenti. Masih ingat terakhir mereka bertemu, Eja pasti menyimpan kesal karena Nendra membawanya. Dan meninggalkan mereka bertiga. Terlebih kini, dia kembali dengan informasi bahwa Nendra di penjara.

"Arkan mau ngajak kita ketemu Bang Nendra di penjara," sahut Endi.

Eja kembali melirik Arkan yang masih berdiri di belakang Endi. "Lo harusnya bertanggung jawab! Bebasin kakak lo, bukan ke sana cuma jengukin. Kalau aja Bang Nendra nggak pergi sama lo, dia nggak akan kayak gini!"

"Ja, udahlah. Percuma lo marah sama Arkan, dia nggak salah." Riski berusaha menahan Eja. Takut anak itu tiba-tiba menyerang Arkan secara tiba-tiba.

"Gue pasti bebasin Kak Nendra. Tapi gue perlu waktu buat yakinin papa. Gue janji, secepatnya gue pasti bebasin Kak Nendra."

"Gue pegang ucapan lo!"

Setelahnya Arkan hanya mengangguk. Iya, dia tidak mungkin ingkar. Dia pasti melakukan semuanya demi Nendra. Dia pasti berusaha meyakinkan papa untuk memebesakan Nendra. Pasti.

🌵🌵🌵

"Waktu anda hanya tiga puluh menit," ucap seorang polisi saat membawa Nendra.

Nendra mengangguk. Kembali melangkah untuk menemui adik-adiknya. Tadi, Nendra diberitahu ada yang ingin menjenguk. Awalnya, Nendra kira tidak akan ada Arkan di sana. Mengingat bagaimana ayah memisahkan mereka kemarin. Tapi dugaannya salah. Apalagi saat melihat Arkan yang sudah lebih dulu bangkit dan berlari kearahnya.

Dia tidak menyangka bisa bertemu dengan adiknya lagi. Nendra kira, kemarin adalah kali terakhirnya mereka bisa bertemu. Dia kira ayah akan mbawa Arkan pergi jauh.

"Kak, maaf." Kalimat itu yang pertama kali muncul dari bibir Arkan saat memeluk kakaknya. Semakin tidak tega saat melihat wajah lusuh Nendra dengan pakaian tahanan.

"Enggak. Lo nggak salah. Lo kenapa bisa di sini? Ayah di mana?" Nendra melepas pelukannya, menatap wajah adiknya yang masih pucat. "Lo kenapa? Masih sakit?"

The Reason ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang